Oleh: Alex Runggeary
–
Pagi ini ketika membuka wa Analisis Papua Strategis, adik Pendeta Mauri menyapa saya dalam bahasa daerah Kurudu- Kaipuri. Walau bahasanya mirip tetapi tidak sama persis. Padahal kedua kampung ini hanya bersebelahan satu pulau, Pulau Kurudu di sisi Timur Pulau Yapen di Gelvink Bay. Aku harus berpikir ulang dan hati- hati untuk balik menyapa beliau dalam logat- Kaipuri, ” Rokait Sewi Aine Mandu Wai”, selamat pagi adikku.
Aku beruntung karena kebanyakan paman-pamanku orang Kaipuri. Sewaktu kecil Ibu membawaku serta pergi ke Kaipuri membawa sagu untuk menukarkannya dengan ikan asap. Di sana mereka ramai mengunya siri sambil bercakap bertukar kisah. Aku mendengarkan sekilas tetapi lengket dalam ingatan.
Adalah Mamboe Maruri, my grand grand father, dari garis keturunan ibuku yang dalam kisah – Di Tapal Batas – memiliki ikatan persaudaraan dengan orang Kaipuri. Sampai hari ini perbatasan wilayah Kurudu – Kaipuri pada masanya terjadi di sini, pada Perang Terakhir di sini yang namanya terus terpatri – Mamboe Ransar.
Ini jugalah yang menginspirasiku menulis – Novel Sejarah – ini yang mungkin saja – satu-satunya di Papua. Kecuali ada yang mengklaim sebaliknya. Lebih khusus lagi tentang kisah Pekabaran Injil di Tanah Papua. Bagaima Guru Injil Laurens Tanamal berjuang mengantarkan orang-orang Kurudu ke Tapal Batas antara Terang dan Gelap 1929-30. [ De Schetesen van Papoea, Albert Jan de Neef]
——————
Maka Kepala Suku Besar Kurudu MangBa memohon kepada Mamboe Sr untuk mengutus cucunya – Mamboe Jr pergi ke Kamoung Kaipuri untuk memata-matai persiapan perang mereka untuk periode perang berikutnya. Pertimbangan MangBa adalah karena anak ini, Mamboe Jr sangat mirip dengan wajah dan postur orang Kaipuri, musuh bebuyutan orang Kurudu. Selain darah keberanian yang mengalir didalam tubuhnya. Berdada bidang, berpostur kokoh.
Nasib seorang mata-mata, sekali bertolak, tak pasti kembali. Pagi itu ia dilepas kakek dan ayahnya tanpa sepengetahhan siapapun. Setelah beberapa minggu di Bonoi ia bersama pemuda Bonoi pergi berpacaran dengan gadis-gadis cantik kampung Pamai. Orang Pamai hanya tahu kalau Mamboe Jr, sang mata-mata adalah pemuda Bonoi, Mamboe Sembai.
Ketika para pemuda Bonoi pulang kembali kampung mereka, Mamboe Jr justru tidak ikut pulang karena ia diangkat sebagai anak oleh Kepala Suku Pamai Maitindom. Anak gadis sang kepala suku meminta kepada Ayahnya karena Mamboe Jr sangat mirip dengan kakak kandungnya yang telah lama pergi ke Waropen dan beluk kembali. Sang gadis kini memiliki seorang kakak yang akan selalu melindunginya. Kini namanya menjadi Mamboe Maitindom.
Tak berapa lama kemudian para pemuda Pamai berencana akan pergi berpacaran dengan gadis-gadis cantik Kaipuri pada purnama berikut. Si mata mata tak menyia-nyiakan waktu, ia pamit ke Ayah Angkatnya dan si gadis, ia akan pergi bersama teman-temannya ke Kaipuri
Malam bulan Purnama di pantai berpasir putih, para pemuda dan pemudi itu bermain – Tali -, gambar kotak di atas pasir, satu kelompok mempertahankan benteng itu dari serangan musuh yaitu kelompok satunya. Ramai saling bersenggolan dan berjatuhan di atas pasir lembut. Mamboe Jr memutuskan tak ikut bermain. Ia hanya menonton bersama pemuda dan pemudi lainnya.
Tiba-tiba tanpa diduga, seorang gadis cantik menghampirinya mengajaknya ngobrol dan berusaha menggenggam tangannya. Si mata mata kehilangan keseimbangan, gugup hampir terjatuh. Ternyata gadis cantik ini adalah anak tunggal Kepala Suku Kaipuri yang ibunya telah lama meninggal pada waktu melahirkannya. Walau bagaimanapun malam itu indah untuk dibawa pulang dalam mimpi.
Ketika esok harinya para pemuda Pamai itu mendayung ke Air Terjun Kuraidesi untuk mandi tanpa terduga mereka berpapasan dengan kelompok gadis semalam. Anak gadis Kepala Suku itu yang juga Kepala rombongan meneriaki Mamboe Jr, ” Mamboe si Penggugup” Teman teman putrinya dengan suara koor mengikutinya. Teman-teman Mamboe Jr malah balik menertawainya. Dan itu membuatnya semakin gugup yang tentu saja tak dapat disembunyikannya. Semakin membuat suasana gaduh sampai- sampai membuat perahu mereka hampir terbalik gara-gara perahu para gadis itu memang dengan sengaja diarahkan untuk menabrak mereka. Tertawa riuh berderai penuh sukacita
_____
* Kuraidesi adalah Air Terjun di Kampung Kaipuri, mengalir keluar dari lubang batu pada ketinggian tebing. Dipasang bambu untuk mengalirkannya jauh keluar dinding tebing mempermudah untuk dipakai mandi dan dibawa pulang untuk masak. Inilah sumber air utama untuk kehidupan orang Kaipuri
Diangkat dari Novel Sejarah Di Tapal Batas, Mamboe Ransar oleh Alex Runggeary 2022