Oleh: Paulus Laratmase

Pelatihan manajerial kewirausahaan selama dua hari yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua, oleh para peserta telah membuka wawasan bagaimana berwirausaha secara baik dan benar.

Suara Anak Negeri berusaha mewawancarai tiga peserta yang dengan tekun mengikuti pelatihan untuk mendengar sejauhmana dampak dari pelatihan sekurang-kurangnya konsep rasional praksis yang dapat membuka cakrawala bertindak menekuni apa yang selama ini telah dikerjakan.

Yonas Imbiri, salah seoragng penyandang tuna netra. Mewakili ketiga temannya yang baru pertama kali dilirik pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Biak Numfor sebegai peserta pelatihan kewira usahaan.

Yonas bercerita, “Kami para tuna netra yang adalah Putera Daerah Asli Papua memiliki ketrampilan tersendiri yang darinya kami bisa memperoleh uang. Kerajinan sapu lidu, keset dan berbagai kerajinan lain yang selalu kami jual di depan pintu Super Market Hadi. Sebagai orang Papua, dana Otonomi Khusus sudah berjalan 24 tahun. Kami sama sekali tidak meraskannya sebagai bagian dari hak kami Orang Asli Papua. Kami hanya mendengar saja bahwa ada dana Otonomi Khusus Papua, tapi sesen pun belum pernah kami diberi bantuan untuk menambah modal usaha.”

“Saya atas nama teman-teman tuna netra mengucap terima kasih kepada Bapak Kepala Dinas Perindutrian dan Perdagangan, Bapak Yubelius Usyor seorang Putera Papua, Putera Biak yang mampu melihat kebutuhan kami dan direkrut mengikuti pelatihan wira usaha selama dua hari,” demikian rasa syukur Yonas Imbiri ungkapkan.

Lain halnya Grace Siska, peserta yang menekuni Crispy dan abon ikan melalui penjualan online. Grace pun bercerita, “Saya baru pertama kali mengikuti pelatihan wirausaha. Pelatihan membuka pikiran saya bahwa ternyata selama berjualan tidak mendapat keuntungan. Saya berpikir dengan mendapatkan uang 500 ribu rupiah setiap hari dari hasil jualan online, sudah mendapat keuntungan. Ternyata setelah dihitung biaya produksi, penyusutan dan lain-lain, justeru mengalami kerugian.”

“Pemaparan materi yang sangat sederhana oleh intruktur memudahkan kami mengerti dan memahami bahkan kami dituntun menghitung cost produksi sampai bahan jadi untuk dijual. Sharing kami dengan hampir seluruh peserta, kami simpulkan bahwa ternyata biaya pengeluaran untuk proses produksi lebih tinggi dibanding  harga jual. Artinya profit yang diharapkan justeru tidak ada alias kami merugi. Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya bahkan saya pikir seluruh peserta yang hadir,” ungkap Grace Siska.

Mariam Wakum mewakili kelompok “Ikan Asap” di kampung Manswam yang telah difasilitasi oleh pemerintah daerah Biak.

“Kami bisa memproduksi 30-40 ekor ikan setiap hari. Satu ekor dibelah dua dan dijual 40 ribu rupiah. Dari satu ekor jika beruntung kami mendapat Rp 80.000. Kami merasa beruntung karena semua fasilitas disiapkan pemerintah. Hanya dari pelatihan ini baru saya sadar, bahwa sering kami membeli ikan di pasar dalam jumlah banyak, diasar dan kemudian di jual di pasar. Ternyata sering mimpi kami bisa dapat Rp 80.000/ ekor jester kami hanya bisa menjaul Rp.35.000,- karena ikan asap banyak dijual di pasar. Saya baru tahu bahwa kalua ikan murah di pasar, dibeli banyak disimpan di freesher dan diasap banyak kalua ada angin kencang atau gelombang tinggi yang membuat nelayan tidak mencari ikan, pasti kami dapatkan keuntungan,” Mariam Wakum menceritakan kondisi kelompok ikan asap yang dialami dan dibandingkan setelah mengikuti pelatihan.

Ketiga peserta ini bercerita tentang bagaimana manfaat setelah mengikuti pelatihan. Kesadaran bahwa mengalami kerugian akibat kurangnya pengetahuan terkait manajemen, mulai dari memilih bahan baku, menghitung cost production bahkan menentukan harga dan strategi mengikat konsumen untuk menggandrungi produknya.

“Pelatihan dua hari di Hotel Swissbell membuka wawasan kami berempat, bahwa selama ini kami keliru dalam melakukan penjualan produk-produk hasil kerajinan. Pelatihan menuntun kami untuk melihat strategi pemasaran yang lebih jitu, biar pun kami  memiliki keterbatasan fisik namun strategi yang tepat dapat menbawa hasil yang besar. Itulah hasil dari pelatihan dua hari,” tegas Yonas Imbiri.