Oleh: Gunawan Trihantoro )*
–
Pertama kali saya mengenal Denny JA melalui layar kaca. Saat itu, kesan pertama saya tentangnya sederhana: seorang “pembuat polling” yang sering muncul di media.
Namun, rasa penasaran membawa saya mencarinya lebih jauh di internet. Ternyata, Denny JA bukan hanya ahli survei, tapi juga seorang seniman yang nyentrik dan penuh inovasi. Dari situ, pandangan saya mulai berubah. Saya mulai melihatnya sebagai figur yang kreatif.
Ketika saya bergabung dengan Satupena dan mendapatkan kartu anggota, saya makin dekat dengan karya-karyanya. Melalui komunitas ini, saya mulai mengikuti jejak uniknya, dari puisi esai hingga grup Kreator Era AI.
Bagi saya, kekaguman pada Denny JA muncul dari kreativitasnya yang melampaui batas normal. Inovasinya dalam seni dan teknologi di Era Digital sungguh memukau. Dia tidak hanya berkarya, tapi juga menciptakan tren baru yang jarang dilakukan oleh seniman lain.
Yang semakin menarik perhatian saya, bahkan mungkin juga banyak orang lain, adalah lukisan-lukisan fenomenal Denny JA yang dibuat menggunakan asisten AI. Ini bukan sekadar lukisan biasa, melainkan representasi dari kemampuan teknologi AI yang dikombinasikan dengan visi kreatif seorang seniman. Karya-karyanya ini tak hanya inovatif, tetapi juga memancarkan dimensi baru dalam dunia seni yang sulit diabaikan.
Meskipun ada pro dan kontra di sekelilingnya, satu hal yang tidak bisa dipungkiri adalah kemajuan teknologi yang tak bisa kita hindari. Di sinilah Denny JA unggul: dia mampu membaca arah zaman.
Sebagai pelopor Kreator Era AI di Indonesia, Denny JA membuktikan dirinya sebagai sosok visioner. Dengan forum Kreator Era AI yang sudah muncul di berbagai provinsi, Denny JA menjadi salah satu figur penting dalam membawa revolusi kreatif di era digital.
)* Penulis adalah pegiat Satupena dan Kreator Era AI Jawa Tengah, dan penulis buku-buku Moderasi Beragama, tinggal di Cepu-Blora.