Oleh: Alex Runggeary

Simon baru saja pulang dari sekolah. Ia turun dari bis tepat di depan rumahnya. Ia tak bergerak untuk turun karena ia lagi sibuk dengan pikirannya sendiri, “Simon silahkan turun”, sang supir mengingatkannya. Ia seorang anak Autis yang memang aneh untuk kebanyakan orang.

Ketika akan memasuki rumahnya, ia menekan bel. Ibunya yang sedang menunggu, membukakan pintu. Mereka saling menyapa. Simon melangkah dengan waspada dan penuh keseimbangan ketika menapaki perbedaan ketinggian antara bagian luar pintu dan bagian dalam pintu. Ketika sudah di dalam, ia harus berhenti sejenak, menarik napas, merapatkan kedua kakinya sesaat, barulah kemudian ia berjalan masuk seperti biasanya.

Itulah cuplikan film netflix – Mercury Rising – dengan bintang utama – Bruce Willies sebagai, sebagai agen FBI – Federal Biro of Investigation. Dan seperti biasanya ini adalah filem adu kekuatan sesama badan keamanan nasional. Kali ini dengan NSA- Nasional Security Agency.

Simon punya kelebihan yang tak dimiliki kebanyakan orang. Ia memiliki kemampuan memecahkan teka-teki yang rumit sekalipun. Dimulai dari kebiasaan mengisi TTS- Teka Teki Silang. Tanpa terduga bahkan oleh ayah ibunya, ia mampu memecahakn- Sandi Rahasia Negara – milik NSA.

Ia menelpon mereka. Itulah awal petaka itu datang. Agen NSA dikirim secara rahasia berpura-pura sebagai polisi untuk meyakinkan anak ini harus dilenyapkan. Kedua orang tuanya mati ditembak di tempat. Ketika akan mencari Simon ke lantai ke-dua. Ayahnya dengan sisa kehidupannya merayap menghampiri telepon dan memanggil bantuan 911.

Pembunuh itu tak menemukan Simon. Ketika kembali ke bawah dan melihat kabel telepon itu bergelantungan dengan nada balasan dari 911, ia bergegas mengatur pembunuhan itu seolah-olah bunuh diri dan bergegas meninggalkan TKP.

Polisi, NSA, dan FBI menyelidiki pembunuhan ini. Bruce Willies sebagai Art Jeffries agen FBI diutus oleh kantornya untuk membantu mencari Simon yang menghilang entah ke mana.

Ternyata Simon masih di lantai 2 kamarnya dalam ruang rahasia kecilnya. Ketahuan ketika Art melacaknya lewat bunyi beep radio panggil polisi. Singkat kisah, mereka berdua meninggalkan TKP menggunakan Ambulans. Mereka dikejar oleh agen NSA untuk dihabiskan. Duel antar mobil berakhir dekat rel kereta api. Mereka memanjang pagar rel kereta dan harus berhadapan dengan bahaya lain, lalu lintas kereta api. Diperparah oleh keadaan Simon yang sama sekali tidak menyadari bahaya menghadang, berjalan tepat di rel kereta api yang sedang melaju menujunya

Awal kehidupan bersama yang memasuki bahaya satu ke bahaya berikut. Sampai pada akhirnya, ketika Simon akan dijemput menggunakan helikopter menuju tempat perlindungan saksi sebagaimana rencana Art, ternyata Kepala NSA dan anggotanya merencanakan pengalihan tujuan penjemputan.

Namun tanpa diduga, berdasarkan laporan teman Art sesama anggota FBI kepada alasannya, kini FBI bersiap menyerang satuan NSA. Ketika pintu chopper itu terbuka dan kepala NSA itu akan membawa kabur Simon, di dalam Chopper ternyata ada Art di sana. Duelpun tak terhindarkan sampai keluar dan terjatuh bersama Simon ke landasan. Chopper meninggalkan tempat.

Duel terus berlanjut sampai akhirnya pestol milik Art terlempar sampai ke batas landasan dengan ketinggian ratusan meter. Simon secara naluriah berjalan penuh keseimbangan diperbatasan lantai landasan Chopper itu. Ia memungut pestol itu dan kembali berjalan dengan pola yang sama dan memberikan pestol ke dalam genggaman Art yang sedang bergumul antara hidup mati dengan lawannya. Dengan pestol itu, Art menghabisi lawannya.
———

Saya berharap Anda kini sudah dapat menangkap apa yang dimaksud dengan – Foreshadowing –