Oleh: I Ketut Surajaya

***

Sore ini ku buka WA
Ada banyak WA group
Berbagai postingan
Ucapan Hari Raya
Doa kesembuhan
Simpati duka cita
Ucapan berbuka
Bahkan pertengkaran
Kecil tapi seru
Ada postingan Tiktok
Yang kocak, juga nenyebalkan

Aku membelalakkan mata
Membaca artikel berjudul
GBHN oleh seorang Profesor
Di potongan koran beken
Semangat aku membacanya
Kukira Garis Besar Haluan Negara
Yang muncul di tengah-tengah
Hiruk pikuk emosional hasil pemilu
Yang banyak masalah

Aku kecut, GBHN yang kubaca
Konslet, diplesetkan
Guru Besar Hanya Nama
Mungkin maksud penulis itu
Guru Besar tidak sungguhan
Guru besar hasil tipuan nebeng

Mengejar jabatan akadrmik fungsional
Karena ngiler gaji tunjangan besar
Walau gaji pokok profesor selevel
UMR pekerja kasar di DKI
Mengejar jabatan akademik
Ngerjain dosen muda
bahkan mahasiswa
Membantu publikasi
di jurnal internasional
Terindek bereputasi

Lebih parah lagi tudingan penulis
Calon profesor tak ragu
Keluarkan jutaan rupiah
Agar tulisan bisa terbit
Di Jurnal Internasional terindek SCOPUS Q1atau Q2

Astaga naga kataku dalam hati
Bila sinyalemen itu benar
Kebejatan akademik dan moral
Sudah merambah
Ke tingkat begawan atau resi
Mudah-mudahan sinyalemen itu
Hanya sebatas testimoni diri

Sejatinya banyak kemajuan ilmu
Dibodohi sistem dan aturan
Siapa yang meluluskan sarjana,
Master dan doktor?
Lembaga pendidikan kah?
Publikasi jurnal kah?
Bukankah para dosen
Doktor profesor
Yang hebat-hebat itu?
Lantas terbitan ilmiah
Kok dijadikan syarat?
Kelulusan master dan doktor?

Inilah logika sesat
Yang telah terjerat
Dalam perangkap ilmu
Yang tidak mencerdaskan
hati nurani
Tetapi mengabdi tirani
Aku setuju publikasi ilmiah
yang terbit dimana-mana
sebagai sarana asah otak mencerdaskan
Dan komunikasi ilmiah
Tapi bukan sebagai syarat
Kelulusan atau naik pangkat
Terimakasih sejawat
Yang telah kesatria
Menelanjangi diri

Depok, 13 Maret 2024