Oleh: Zahir Mahzar

MENGGALI MAKNA LAYLATUL QADR DENGAN FILSAFAT KUANTUM (9)

اِنَّاۤاَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ۝وَمَاۤاَدْرٰٮكَ مَالَيْلَةُ الْقَدْرِ ۝لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌمِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ۝تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَابِاِذْنِ رَبِّهِمْ ۚ مِّنْ كُلِّ اَمْرٍ۝سَلٰمٌ ۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Kami telah menurunkannya pada Laylatul Qadr & tahukah kamu apa itu Laylatul Qadr ?. Laylatul Qadr itu lebih baik ketimbang (masa) 1000 bulan. (Pada malam itu) turun para malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur (suatu urusan). Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar. (QS.97:1-5)

Aspek al-Qadr dalam fisika modern akan masih menjadi misteri selama kita belum tahu pasti apakah teori yang sudah mapan itu bersifat deterministik atau tidak hingga tidak banyak membantu kita untuk sekedar mengetahui apakah kehidupan dunia ini benar-benar nyata atau tidak yang diatur oleh hukum deterministik, bahkan semua teori fisika terbaik kita saat ini, termasuk relativitas umum dan model standard masih sulit untuk dipahami sebagai sesuatu hipotesis yang mendekati theory of everything. Terlepas dari kepercayaan umum bahwa mekanika klasik sebagai dasar yang mengilhami Laplace dalam artikulasi determinismenya merupakan bentuk gagasan deterministik sempurna, namun masalah muncul ketika tidak adanya batas kecepatan gerak sebuah obyek bermassa sehingga jika suatu obyek yang dipercepat tanpa batas, maka kecepatannya bisa menjadi tak terbatas dalam kerangka waktu yang terbatas.

Pada تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا saat entitas kosmik yang berupa malaikat itu bergerak dengan v ≤ c maka mereka benar-benar mulai menghilang dari dimensi kita namun worldlinenya tidak pernah mencapai ambang waktu t = ɣt’ terlepas dari bagaimana benda dipercepat dengan cara ini karena terdapat mekanisme yang konsisten dengan mekanika klasik untuk dapat melakukan gerakan seperti itu. Gerakan yang melampaui ambang batas laju cahaya meski sangat mengganggu nalar mekanika klasik namun tidak sampai menjadi pelanggaran determinisme karena adanya simetri waktu sebagai model dimensional yang memiliki kebalikan waktu imaginer. Para ilmuwan sempat berpikir bahwa ketakhinggaan ruang menjadi penyebab atas perilaku aneh ini yang mana dalam versi terbatas, kontinum ruang-waktu tergulung oleh lintasan worldline pada geometri Euclidean sebagai kerangka dasar jagad Newton.

Model pemecahan determinisme dapat dibangun atas dasar fenomena gerakan yang terjadi di alam semesta, dengan interaksi antar dzarroh dimana mekanika Newtonian tidak memiliki formulasi untuk gerakan-gerakan relativistik. Misalnya kita pertimbangkan interaksi 3 dzarroh identik yang saling mendekati satu sama lain pada sudut 120° untuk bertabrakan secara bersamaan hingga mereka memantul kembali di sepanjang lintasan pendekatan, akan tetapi mungkin juga bagi mereka untuk memantul ke arah lain selama hukum kekekalan momentum tidak dilanggar. Selain itu, terdapat literatur yang berkembang tentang sistem quasifisik yang diatur dalam konteks fisika klasik sehingga tunduk pada hukumhukum yang berlaku dalam mekanika Newtonian. Takdir manusia yang sedemikian alot merupakan kompleksitas antar pertautan dzarroh & interaksi medan gaya yang diisyaratkan dengan تَنَزَّلُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوْحُ dalam jumlah tak terhingga, diisyaratkan lebih banyak ketimbang pasir di Bumi

الْمَلائِكَةُ لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الأَرْضِ أَكْثَرُمِنْ عَدَدِ الْحَصَى

Malaikat (yang turun) di Bumi pada saat Laylatul Qadr (jumlahnya) lebih banyak ketimbang butiran pasir. (HR. Ibnu Khuzaimah)

Dalam sebuah redaksi hadits shahih, juga disebutkan sejak Allah ﷻ menciptakan Baitul Makmur setiap harinya ada 70.000 malaikat yang thawaf di sana kemudian mereka tidak pernah kembali lagi dan semenjak Allah ﷻ menciptakan langit – bumi, setiap harinya ada 70.000 malaikat yang tidak pernah kembali lagi di lain harinya artinya setiap hari (bukan hari biasa namun potongan waktu dalam kuantum realm atau waktu Planck) ada banyak malaikat tercipta dengan jumlah yang tak terbayangkan dengan di tandai i’jaz adadiy bilangan 7 dengan kelipatan 10⁴. Sementara jumlah butiran pasir di Bumi dapat kita taksir dengan perhitungan kasar bahwa pasir hanya berada di permukaannya dengan kedalaman rata² h = 10 m & radius rata² r₂ sebutir pasir ±31,375 μm (0,0000025 – 0,0000625 m) maka jumlah butiran pasir di permukaan Bumi

n = V₁/V₂

= 4πr₁²h/⁴/₃πr₂³

= 3r₁²h/4r₂³

≈ 3.6371000,8².10/4.0,000031375³

≈ ~10²⁵ butir pasir

Maka taksiran jumlah malaikat yang turun pada malam Laylatul Qadr dengan mengandaikan durasi semalam dari senja hingga pagi 12 jam selama 1000 bulan (lunar synodic) ….

N = 7.10⁴.½(24.60²)²(29,53.10³)n/√(ħG/c⁵)

≈ 1,4.10⁸⁷ malaikat

Bilangan ~10⁸⁷ ini sekaligus mengisyaratkan kemungkinan jumlah sistem dzarroh (atomik) di alam semesta tampak (observable universe) dan angka 87 merupakan nomer surat al-A’la yang memuat penentuan qadr وَالَّذِيْ قَدَّرَفَهَدٰى “yang menentukan qadr & memberi petunjuk”.(QS.87:3). Meski jumlah butiran pasir di Bumi sedemikian banyak, namun masih lebih banyak jumlah bintang-gemintang di angkasa dan jumlah dzarroh dalam sebutir pasir masih lebih banyak ketimbang bintang di angkasa. Jadi kata أَكْثَرُ itu memang mendekati tak terhingga yang menunjukkan jumlah malaikat “turun” ke Bumi saat Laylatul Qadr, secara fisikalis itu semacam bombardir partikel-partikel gelap lawan dari neutrino yang setiap saat menembus kulit kita dengan jumlah 5.10¹³ per detik/cm² atau membombardir separuh wajah Bumi ~10³⁷/hari, meski demikian jumlah neutrino yang membombardir Bumi selama 1000 bulan masih terlalu kecil di banding jumlah malaikat yang turun pada malam Laylatul Qadr dengan fraksi 2.10ˉ⁴¹ (1 : 5.10⁴⁰).

Dalam sistem alam semesta (al-Mulk), kita sering menemukan dzarroh dalam jumlah yang mendekati tak terhingga, kerapatan massa mendekati tak terhingga dan fenomena tak hingga lainnya yang digabungkan dengan beberapa penguraian determinisme lain dalam mekanika klasik. Kita mulai merasakan bahwa sebagian besar penguraian determinisme bergantung pada beberapa kombinasi dari sekumpulan gagasan matematis yang kurang meyakinkan secara fisik berikut mengenai ruang tak hingga, kecepatan tak hingga, kontinuitas mendekati sepertak hingga, partikel titik dengan dimensi sepertak hingga dalam bidang tunggal kemudian masalahnya adalah sulit untuk membayangkan jalan takdir alam semesta yang dapat dikenali secara fisika Newtonian. Contoh elegan namun sederhana bagi pelanggaran determinisme dalam fisika klasik pernah dibuat John Norton berupa sebuah bola (mengandaikan gelembung alam semesta) berada di puncak kubah tanpa gesekan yang persamaannya ditentukan sebagai funksi jarak radial dari titik puncak, kondisi diamnya merupakan kondisi awal untuk sistem bagaimana kemungkinan perilaku takdir di masa depan?, maka cukup jelas satu-satunyanya solusi adalah agar gelembung alam semesta itu tetap diam di puncak tanpa batas waktu….to be continued.