Oleh: Fenan Ngoranmele
–
Tulisan ini mengambil inspirasi dari pengalaman Mgr. Inno Ngutra bersama rekan imamnya di Keuskupan Amboina, disadur secara singkat dengan gaya penulis
***
Sebuah refleksi didasarkan pada bacaan Injil hari ini, Matius 26:14-25, menggambarkan perjuangan seorang imam dalam menghadapi krisis moral yang melibatkan uang. Dalam tulisan yang ditulis dengan gaya curhat kepada sesama imam, penulis anonim yang tidak disebutkan namanya, menyampaikan keprihatinan akan realitas imamat saat ini.
Hal subtansial refleksi Mgr. Inno Ngutra ingin menegaskan bahwa panggilan menjadi imam bukanlah hasil dari pilihan atau keinginan pribadi, tetapi sebuah panggilan ilahi yang harus dihayati dengan kesadaran dan tanggung jawab yang besar. Setiap imam dipandang sebagai bejana tanah liat yang dibentuk oleh tangan Sang Pengrajin, yaitu Yesus Kristus.
Namun, realitas imamat saat ini dipenuhi dengan tantangan. Seorang imam menerima panggilan dari seorang mantan frater yang menyampaikan keprihatinan atas perilaku beberapa imam yang telah menjauh dari standar moral dan spiritual yang diharapkan. Diantaranya adalah skandal-skandal yang melibatkan hubungan tidak pantas dengan wanita atau sesama jenis, keserakahan akan materi, dan kurangnya disiplin dalam menjalankan tugas keagamaan.
Pertanyaan kritis tentang peran dan kontribusi para imam terhadap kondisi imamat saat ini. Sementara beberapa imam tetap setia pada panggilan mereka dan hidup sederhana untuk melayani umat, banyak juga yang terjebak dalam perangkap cinta akan uang dan keinginan duniawi lainnya, yang pada akhirnya dapat merusak martabat imamat mereka.
Subtansi persoalan yang menggarisbawahi pentingnya pertobatan dan perubahan bagi para imam yang terjebak dalam pola perilaku yang tidak pantas. Pesan dari Santo Yohanes Maria Vianney, pelindung para imam, mengingatkan bahwa perubahan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan langkah yang mutlak diperlukan bagi para imam untuk mengembangkan kesuciannya.
Refleksi Mgr. Inno ingin menegaskan bahwa tidak pernah terlambat untuk bertobat dan berubah. Tuhan selalu siap memberikan belas kasihan dan pengampunan kepada siapa pun yang memohonnya dengan tulus. Ini adalah panggilan bagi semua imam untuk memperbaharui janji imamat mereka dalam Misa Kudus, dengan tekad untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus, dan menjadi teladan bagi umat yang mereka layani.
Dengan demikian, pertanyaan yang penting tentang peran dan tanggung jawab para imam dalam menjaga martabat imamat mereka di tengah-tengah tantangan moral dan finansial adalah pertobatan radikal, sebuah seruan bagi seluruh umat katolik, mendukung dan menghormati imam-imam mereka dalam perjalanan menuju kesucian dan pelayanan yang murni.