Adrianus Faidiban, Ketua Kelompok Tani Kabupaten Biak Numfor, sosok petani yang menekuni profesi pertanian sejak tahun 1996, setelah gempa berkekuatan 7,8 skala richter Biak kala itu, ia memutuskan pindah dari kampung Soryar ke Romuni wilayah tanah adat milik marga Faidiban yang kurang lebih menempuh jarak 1 km dari kampung Kajasbo Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.

Adrianus menuturkan, “Sejak awal kepindahan kami ke Romuni, daerah ini masih dipenuhi pepohonan alias hutan dengan pohon-pohon berdiameter besar. Bersama saudara-saudara saya, kami mulai berkebun menanam keladi, petatas, sayur-sayuran apa saja. Suatu ketika Direktur LSM Santa Lusia datang dan menemui kami, memberi  alat-alat pertanian berupa pacul, sekop, linggis, handsprayer dan bibit-bibit sayur-sayuran, cabe untuk dilatih oleh staf Santa Lusia yang memiliki keahlian di bidang pertanian mengajarkan kami untuk bertani”.

Adrianus melanjutkan, “Ketekunan LSM Santa Lusia mendampingi kami di Romuni dengan bantuan dana dari lembaga donor Canada Fund, Swiszerland Embassy sebuah lembaga donor dari negara Swiss sampai tahun 2005.  Kami bisa memasarkan hasil pertanian cabe ke Jayapura, Timika, Sorong bahkan pernah sekali kami mengirim ke Makassar melalui pesawat karena di Makassar mengalami gagal panen.

LSM Santa Lusia dengan pendampingannya, saya juga berkesempatan dikunjungi oleh Duta Besar Swiss untuk Indonesia yang secara khusus datang ke Biak melihat sejauh mana dana yang diberikan melalui LSM dapat bermanfaat bagi kami para petani di Romuni pada tahun 2002. Atas prestasi itu, saya diusulkan mengikuti pertemuan para petani se Asia Tenggara yang sukses dalam bidang pertanian. Acara pertemuan berskala Internasional itu sendiri diselenggarakan di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Tepatnya di sebuah desa bernama Ivu.

Desa Ivu sendiri memiliki petani dengan semangat yang sangat luar biasa untuk mengolah lahan dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.

Pada pertemuan itu, para pakar pertanian menekankan pentingnya pemanfaatan lahan dengan menggunakan pupuk organik, mengingat hanya pupuk organiklah struktur tanah tidak kurus, bahkan hasilnya tidak membahayakan manusia yang mengonsumsi hasil produk pertanian para petani. Saat ini perhatian pemerintah daerah, lembaga-lembaga sosial ke Kampung Romuni semakin baik. Bantuan alat-alat pertanian, fasilitas lain yang mendorong intensifikasi lahan yang sudah ada. Sebagai putera Papua saya berterima kasih atas semuanya. Kehadiran Bupati Herry Arrio Naap dan Ibu di lahan pertanian merupakan sebuah dorongan moril untuk semakin menekuni profesi ini demi kehidupan keluarga, anak cucu saya ke depan. Bupati telah membantu kami dengan handtraktor baru, membangun gedung pembuatan pupuk bokashi yang dulunya dilatih oleh LSM Santa Lusia”.