anto narasoma

kematian telah menimbun canda tawamu yang ramah
dari nada-nada mulutmu

lalu,
tiap celoteh yang mengusung masalah dari kebijakan timpang ke kiri, kau alihkan
ke dalam seloroh panjang setajam mata pisau itu

lalu canda tawamu
yang kau asah di atas ketimpangan sosial
dalam perjalanan hidup orang-orang di bawah jembatan, menjadi saksi kelaparan panjang
yang tak berperasaan

korupsi, kebijakan yang menginjak-injak kepala rakyatmu, kau masak dengan warna selorohan yang mengundang cekikikan orang-orang kelas proletar

setelah beribu kali panggung lelucon itu terkekeh dalam candamu, lampu di matamu pun padam

garis batas tempatmu berdiri pelan-pelan membisikkan kata
yang membungkus kapergianmu dengan seluas kain kafan

Palembang
17 Januari 2025