Senin 3 Juli 2023 Festival Munara Wampasi dengan agenda “Snap Mor” dilaksanakan di tiga wilayah yaitu kampung Manwor, Tanjung Barari dan Pulau Mnupisen Padaido. Sebelum masuk pada pemaknaan Festival Munara Wampasi, ada baiknya dipahami lebih dahulu makna “Snap Mor” pada pemaknaan luas dihubungkan dengan “Munara Wampasi”.
Tulisan ini merupakan rangkuman dari diskusi singkat penulis dengan narasumber utama Lot Louis Yensenem, SE.,M.Si pada momentum berlangsungnya Festival Biak Munara Wampasi di tiga titik sentral di mana peristiwa Snap Mor menjadi inti model kearifan lokal masyarakat adat Biyak dalam menangkap ikan.
Apabila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam pemaknaan Snap Mor pada iven Munara Wampasi, penulis terbuka menerima kritik dan saran agar setiap keraifan lokal yang menjadi khas Byak, dapat ditulis atau dinarasikan untuk menjadi bekal bagi generasi muda mendatang yang bisa saja mulai meninggalkan adat istiadat, kearifan lokal yang sejatinya menjadi bagian identitas diri.
Snap Mor
Dua suku kata bahasa Byak (Biak-red) yang merupakan kata sifat dan kata benda. “Snap” artinya men- nebarkan / melepaskan jaring. Sedangkan “Mor” artinya Kumpulan batu-batu laut secara alami atau sengaja di kumpulkan pada tempat-tempat tertentu yang oleh nelayan mengetahui titik-titik kumpul ikan
Istilah Mor dihubungkan dengan batu-batuan di laut yang timbul di atas permukaan air ketika terjadi pasang surut, dikumpulkan masyarakat nelayan diatur sedemikian rupa sehingga berbentuk tempat di mana ikan-ikan dapat bertelur bahkan bersembunyi di dalamnya. Selain batu, janur kuning dipakai melingkari celah-celah batu-batuan yang diatur sebagai sarana membatasi ruang gerak atau sebagai sarana menutup jalur ikan untuk keluar batu-batu yang telah diatur.
Istilah Snap dihubungkan dengan bagaimana perilaku manusia pada saat air laut mulai surut, ketika itu masyarakat nelayan di kampung melakukan “keributan” dengan cara memukul air laut dengan kayu, bambu, atau alat apa saja di area di mana ikan-ikan berkumpul dengan tujuan, ikan-ikan akan lari dan mencari tempat perlindungan atau bersembunyi di dalam batu (mor).
Ketika itu, para pencari ikan dengan mudah menombak, memanah atau menembak dengan cara menyelam dan hasil yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan mencari ikan di tempat yang tidak ada tempat berlindung atau bertelur seperti halnya “Mor” yang telah diatur dan ditata di areal yang memudahkan ikan berlindung.
Rosa Sifruri? Snap Mor, Sebuah Pergeseran Pemanfaatan Tools
Apa yang mereka buat? Jawabnya, Mereka sedang menebar jaring untuk menangkap ikan! Kata ganti orang ketiga jamak menunjukan bahwa jumlah orang dalam peristiwa “Snap Mor” sangat banyak. Pertanyaannya, apakah peristiwa Snap Mor yang dilaksanakan dalam rangka Festival Biak Munawar Wampasi merupakan pemaknaan “Snap Mor” pada tatanan masyarakat adat Biak? Jawabannya adalah ya, pada pemaknaan perkembangan peradaban kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan essensinya sosio-antropologisnya.
Inti dari peristiwa Snap Mor adalah cara menangkap ikan secara tradisional masyarakat adat Biak tanpa pemanfaatan alat tangkap moderen. Namun pada persistiwa Snap Mor yang dilakukan dalam rangka Festival Biak Munara Wampasi terjadi pergesaran pemanfaatan alat-alat tangkap seperti jaring (Snap Pam) yang dipasang di laut pada waktu pasang naik, dan ketika terjadi pasang surut ikan tidak bisa lari keluar areal jaring tangkap karena telah masuk area yang sangat sulit lolos.
Biak Munara Wampasi
“Munara” artinya ada festa, pesta atau festival bagi masyarakat umum, kelompok keluarga, kerabat bahkan pribadi. Sedangkan “Wampasi artinya terjadinya pasang surut pada permukaan laut (zona litoral dengan perhitungan bulan dan matahari pada bulan Juni sampai Agustus pada tahun berjalan. Terjadinya pasang surut di mana peristiwa perubuhan tinggi rendahnya permukaan laut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi benda-benda astronomi terutama matahi dan bulan di mana terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode rata rata surut biasanya 24 jam 50 menit.
Masyarakat adat suku Byak sejak turun temurun menentukan kapan terjadi pengaruh benda-benda astronomi terhadap surutnya air laut melalui pengamatan posisi bintang atau posisi bulan dan matahari, mereka dapat menentukan pada tanggal dan bulan berapa terjadi pasang surut pada durasi waktu yang lama dan di situlah munara wampasi dilaksanakan baik keluarga, seluruh warga kampung dalam mana secara sosiologis berdampak pada relasi-relasi kehidupan mereka.
Biak Munara Wampasi dan Snap Mor menjadi satu kesatuan dalam rangka Sail Teluk Cendrawasih, namun mengapa istilah Festival Sail Teluk Cendrawasih dan Festival Biak Munara Wampasi pada momentum yang sama?
Demikian Festival Biak Mumunar Wampasi merupakan Program Tahunan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor sedangkan Festival Sail Teluk Cendrawasih merupakan iven nasional yang dilaksanakan secara berkala. Demikian kedua peristiwa pesta rakyat dilaksanakan pada momentum Munara Wampasi yang juga pesta rakyat dalam budaya Snap Mor.
Mari kita belajar bahasa Biak
“Roisa Sifruri?” dia menjawab “Snap Mor!”
(Apa yang mereka buat? Jawabnya, “Mereka sedang menebar jaring untuk menangkap ikan) “Roisa mgo frur i ?” Jawabnya, “Inggonap Mor”.
Apa yang kamu buat/ kerjakan?
(Kami sedang memuat mor dengan menebar jaring)
“Roisa Wafrur i ?” Jawabnya, “Ya nap mor!”
Apa yang anda kerjakan? Jawabnya, “Saya menebar Jaring mor”.
Roisa Ko Frur i ? Jawabnya, “Ko Nap Mor)
(Ko menunjukkan/ diartikan keterlibtan penanya).