Dilaporkan oleh: Paulus Laratmase
–
Pada tanggal 25 November 2024, Hari Guru Nasional di SMA Negeri 1 Biak, Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, diwarnai dengan momen istimewa yang menonjolkan keindahan dan keberagaman budaya Indonesia. Tiga ibu guru yang berasal dari Maluku tampil anggun mengenakan pakaian adat daerah mereka, memadukan semangat perayaan Hari Guru dengan kebanggaan akan identitas budaya mereka. Ibu Guru Siti Hawa, S.Pd, Defriani Virgoreta Fun, S.Pd, dan Desi Safitri, S.Pd, tampil dengan gaun adat Maluku, sebuah bentuk penghargaan terhadap warisan budaya sekaligus simbol kesatuan dan keberagaman bangsa Indonesia.
Pakaian adat yang dikenakan oleh ketiga guru tersebut tidak hanya sekadar busana, tetapi juga sebuah pernyataan kebanggaan. Bagi mereka, mengenakan pakaian adat Maluku pada perayaan Hari Guru adalah cara untuk menghargai akar budaya mereka, sembari menunjukkan komitmen terhadap pendidikan dan inklusivitas bangsa.
Dengan mengenakan pakaian adat yang kaya akan makna, mereka menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga dan merayakan keberagaman budaya Indonesia.
Pakaian adat yang dikenakan oleh ketiga guru ini, memancarkan keindahan seni dan kearifan lokal Maluku.
Motif-motif yang terukir di kain serta aksesori tradisional yang melengkapinya, membawa pesan bahwa meskipun Maluku terletak jauh di Timur Indonesia, namun budaya Maluku memiliki tempat yang sama dalam keragaman budaya Indonesia. Ini adalah gambaran nyata bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan perbedaan, namun bersatu dalam semangat kebangsaan.
Mantan Kepala Suku Orang Maluku di Kabupaten Biak Numfor dan Supiori, Paulus Laratmase, menyampaikan rasa bangga atas tampilan ketiga ibu guru tersebut. Menurutnya, pakaian adat Maluku yang dikenakan oleh para guru itu membawa nuansa yang sangat istimewa, terutama pada perayaan yang menghargai para pengajar yang telah berperan besar dalam mencerdaskan generasi bangsa.
Laratmase menyatakan bahwa keberadaan orang Maluku di Papua, khususnya di Biak Numfor, bukan hanya sebagai pendatang, tetapi sudah menjadi bagian integral dari masyarakat dan kebudayaan setempat. Melalui acara ini, mereka menunjukkan bahwa tidak ada sekat dalam budaya dan pendidikan, karena keduanya adalah bagian dari satu Indonesia yang bersatu dalam keberagaman.
Kehadiran ketiga ibu guru ini membawa pesan yang kuat tentang inklusivitas dalam pendidikan. Seiring dengan upaya para guru untuk mencerdaskan anak bangsa, pakaian adat yang dikenakan pada Hari Guru juga mengingatkan akan pentingnya pengakuan dan penghargaan terhadap identitas budaya setiap daerah di Indonesia. Ini adalah contoh konkret dari integrasi budaya yang dapat memberikan kekuatan tersendiri dalam upaya membangun pendidikan yang inklusif dan merata di seluruh Indonesia, termasuk di Kabupaten Biak Numfor.
Acara Hari Guru Nasional di SMA Negeri 1 Biak bukan hanya sekadar penghormatan kepada profesi guru, tetapi juga menjadi wadah bagi seluruh lapisan masyarakat untuk saling belajar dan menghargai perbedaan. Dengan mengenakan pakaian adat Maluku, ketiga ibu guru ini tidak hanya menonjolkan budaya mereka, tetapi juga mengajak seluruh masyarakat Biak Numfor untuk melihat keberagaman budaya sebagai kekuatan yang dapat memperkaya kehidupan sosial dan pendidikan.
Selain itu, acara tersebut turut menegaskan pentingnya keberagaman dalam pendidikan. Sebagai bagian dari sistem pendidikan Indonesia, para guru tidak hanya memiliki peran untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter anak-anak bangsa yang memahami dan menghargai perbedaan. Pakaian adat yang dikenakan oleh para guru tersebut menjadi simbol dari keberagaman yang saling melengkapi, yang harus dijaga dan dilestarikan.
Perayaan Hari Guru Nasional di SMA Negeri 1 Biak pada tahun ini menjadi bukti bahwa pendidikan tidak hanya menyentuh aspek akademik, tetapi juga memperhatikan pentingnya menjaga identitas budaya sebagai bagian dari keutuhan bangsa Indonesia. Ketiga ibu guru Maluku ini, dengan kebanggaan mereka memakai pakaian adat, telah menyampaikan pesan yang sangat penting bagi generasi muda, bahwa pendidikan harus mampu mencerminkan seluruh aspek kehidupan, termasuk keberagaman budaya yang ada di negeri ini.
Ketiga ibu guru yang mengenakan pakaian adat Maluku tidak hanya menjadi contoh dalam hal profesionalisme sebagai pendidik, tetapi juga sebagai teladan dalam menjaga dan merayakan keberagaman yang memperkaya Indonesia. Ini adalah wujud nyata dari semangat persatuan dalam keragaman, yang menjadi fondasi kuat dalam membangun masa depan bangsa melalui pendidikan.