Dari Anak Penjual Kerupuk Sagu ke Pentas Global : Muhammad Ridwan Mahasiswa S3 UM Sumbar Bicara Pendidikan di Malaysia 

Kuala Lumpur Malaysia –Perjalanan hidup Muhammad Ridwan, seorang Penyuluh Agama Islam pada Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sentajo Raya, Kementerian Agama Kabupaten Kuantan Singingi, menjadi kisah inspiratif yang menggambarkan keteguhan hati, semangat belajar tanpa batas, serta pengabdian kepada ilmu dan masyarakat. Anak dari keluarga sederhana ini kini melangkah di panggung akademik internasional melalui program Student Mobility di berbagai universitas terkemuka di Malaysia.

Muhammad Ridwan adalah anak kelima dari enam bersaudara, buah hati pasangan Agusman, seorang petani, dan Asmawati, seorang pedagang kerupuk sagu buatan sendiri sejak tahun 1980-an. Ia lahir dan dibesarkan di Pintu Gobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Sejak kecil, Ridwan dididik dengan nilai-nilai kerja keras, kejujuran, dan kemandirian yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya.

Kini, Muhammad Ridwan tercatat sebagai mahasiswa Program Doktoral (S3) Studi Islam di Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB). Ia baru saja mengikuti program Student Mobility ke Malaysia dan Thailand sebuah kegiatan akademik internasional yang mempertemukan mahasiswa doktoral dari berbagai negara. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dalam memperkuat jejaring global dan meningkatkan kualitas akademik menuju kampus berkelas dunia.

Program Student Mobility tersebut dilaksanakan pada tahun 2025, di bawah bimbingan langsung Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Prof. Dr. Mahyudin Ritonga, MA, bersama Ketua Program Studi Doktoral Studi Islam, Dr. Julhadi, MA, Ketua Program Studi S2, Dr. Rahmi, MA, Dekan Fakultas Ilmu Keagamaan, Dr. Saflin Halim, MA, serta Dosen Pascasarjana Dr. Desi Asmaret, M.Ag.

Kegiatan internasional tersebut berlangsung di beberapa universitas ternama Malaysia, yaitu Universitas Putra Malaysia (UPM), Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) Perlis, Universitas Selangor (UIS), dan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Di tempat-tempat inilah Ridwan dan rekan-rekan doktoralnya mengikuti kuliah umum, diskusi akademik, serta kerja sama riset antaruniversitas.

Partisipasi dalam kegiatan internasional ini bukan sekadar memenuhi tuntutan akademik, tetapi juga merupakan bentuk nyata komitmen Ridwan untuk mengasah kemampuan diri dan membawa nama baik almamater. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah jalan perubahan—baik perubahan cara berpikir, nasib, maupun pandangan hidup.

“Jangan bosan menuntut ilmu. Banyaklah berbuat baik kepada orang lain, dan bantu kedua orang tua mewujudkan cita-citanya. Yakinlah, Allah SWT akan memberikan kemudahan di setiap jalan hamba-Nya yang berusaha,” ujar Ridwan penuh keyakinan.

Perjalanan panjang Ridwan dimulai dari pendidikan dasar Sekolah Dasar Negeri 013 di desa Pintu Gobang Kari, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren KH. Ahmad Dahlan Teluk Kuantan, dan menamatkan jenjang Aliyah di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Islam Kampung Baru, Gunung Toar. Ia lalu menempuh pendidikan tinggi di UIN Imam Bonjol Padang untuk jenjang S1, melanjutkan ke Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat untuk S2, dan kini menapaki jenjang S3 Doktoral Studi Islam di kampus yang sama.

Dengan semangat pantang menyerah, ia membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang untuk menembus dunia pendidikan global.

Kisah hidup Muhammad Ridwan adalah cerminan perjuangan anak bangsa yang berangkat dari kesederhanaan menuju pencapaian luar biasa. Dari anak petani dan penjual kerupuk sagu di desa Pintu Gobang Kari Kecamatan Kuantan Tengah, kini ia menjadi bagian dari gerakan intelektual global yang membawa nama Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat ke tingkat dunia.

Perjalanannya menjadi teladan bahwa ilmu, kerja keras, dan doa orang tua adalah kombinasi kuat yang mampu mengubah takdir manusia.(RDW)