Oleh Leni Marlina
–
“If you want to change the world, pick up your pen and write.”
(“Jika Anda ingin mengubah dunia, angkat pena Anda dan menulislah.” – Martin Luther)
SUARA ANAK NEGERI.COM|Padang, Sumatera Barat, tengah mempersiapkan momen besar dalam sejarah budaya dan literasi nusantara. International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) III 2025, yang akan digelar pada 8–12 Mei 2025, kini memasuki tahap persiapan intensif. Festival ini dirancang untuk memperkenalkan kekayaan bahasa, sastra, seni, dan budaya Minangkabau sebagai bagian dari warisan Nusantara yang mendunia.
Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, menyatakan bahwa dukungan akan diberikan. “IMLF adalah peluang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa literasi dan budaya nusantara mampu menjadi jembatan perdamaian dan dialog global,” ujar Ganjar usai audiensi dengan panitia IMLF III di Gedung Iswara, Rawamangun, Jakarta, Senin (13/1/2025).
Persiapan Literasi: Kunci Menuju Kesuksesan
“The pen is mightier than the sword.”
(“Pena lebih tajam daripada pedang.” – Edward Bulwer-Lytton)
Komite IMLF III telah bekerja keras memastikan seluruh elemen festival berjalan sempurna. Sastri Bakry, Ketua IMLF III, menjelaskan bahwa festival ini akan menghadirkan delegasi dari 20 negara, dengan target 200 peserta internasional. Hingga kini, peserta dari 10 negara, termasuk Australia, Jepang, Rusia, dan Afrika Utara, telah mendaftar.
“Literasi adalah jantung peradaban. Persiapan ini bukan hanya soal acara, tetapi tentang bagaimana kita menyampaikan narasi besar Minangkabau dan nusantara kepada dunia,” kata Sastri.
Sastra: Merangkai Dialog Antarbudaya
“A nation’s culture resides in the hearts and in the soul of its people.”
(“Budaya suatu bangsa hidup di hati dan jiwa rakyatnya.” – Mahatma Gandhi)
Di bawah tema besar literasi dan budaya, berbagai rangkaian acara sedang dipersiapkan, termasuk pidato utama, diskusi panel, peluncuran buku, dan seminar sastra. Salah satu fokusnya adalah memperkenalkan karya sastra Minangkabau, yang kaya akan filosofi adat dan nilai-nilai kebangsaan.
“Minangkabau bukan hanya milik Sumatera Barat, tetapi bagian dari cerita besar Indonesia,” ujar Soni Drestiana, Wakil Ketua IMLF III.
Seni dan Budaya dalam Balutan Persiapan
“Art is not what you see, but what you make others see.”
(“Seni bukanlah apa yang Anda lihat, tetapi apa yang Anda buat orang lain lihat.” – Edgar Degas)
Selain sastra, seni dan budaya Minangkabau juga menjadi perhatian utama. Tim produksi lokal sedang mempersiapkan pertunjukan seni tradisional seperti Tari Piring dan Randai, yang akan memukau delegasi internasional. Rute kunjungan wisata ke Heritage Indarung dan Gua Kelelawar Padayo juga sedang disempurnakan untuk memberikan pengalaman otentik.
“Festival ini akan menjadi etalase budaya kita. Setiap detailnya harus sempurna,” kata Yudi Indra Syani, Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang.
Kolaborasi dalam Tahap Finalisasi
“Alone we can do so little; together we can do so much.”
(“Sendirian kita hanya bisa melakukan sedikit; bersama-sama kita bisa melakukan banyak hal.” – Helen Keller)
Persiapan IMLF III tidak hanya melibatkan panitia lokal, tetapi juga kolaborasi strategis dengan lembaga nasional seperti Badan Bahasa, SATUPENA, dan komunitas internasional. Audiensi yang digelar di Jakarta baru-baru ini menjadi momentum penting untuk mempererat dukungan berbagai pihak.
“Kami terus berkomunikasi dengan mitra, baik nasional maupun internasional. Ini adalah kerja bersama,” ujar Armaidi Tanjung, Sekretaris IMLF III.
Pesan Nusantara untuk Dunia
“Literature is the most agreeable way of ignoring life.”
(“Sastra adalah cara paling menyenangkan untuk mengabaikan kehidupan.” – Fernando Pessoa)
Di tengah hiruk-pikuk persiapan, semangat untuk menghadirkan festival terbaik terus membara. Bagi para pelaku literasi dan budaya, IMLF III adalah lebih dari sekadar acara—ini adalah pesan bahwa Indonesia, melalui Minangkabau, memiliki kekayaan luar biasa yang layak dibagikan dengan dunia.
“Literasi dan budaya adalah identitas kita. Melalui IMLF III, kita menyatukan dunia dengan keindahan cerita dan seni yang lahir dari jiwa Minangkabau,” tutup Sastri Bakry.
Festival ini bukan hanya panggung literasi dan budaya, tetapi juga jembatan menuju masa depan yang lebih harmonis untuk dunia bersama.
Melangkah Menuju Harmoni Global Melalui Literasi
IMLF III 2025 bukan hanya tentang perayaan budaya Minangkabau, tetapi juga tentang membangun harmoni global. Dengan memadukan literasi seni, bahasa, sastra, dan budaya, festival ini menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk bersatu.
Ganjar Harimansyah, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, menyatakan, “Literasi adalah kunci untuk menciptakan dialog antarbudaya. Dengan menyatukan tradisi dan modernitas, kita memberi ruang bagi generasi mendatang untuk memahami dunia dengan cara yang lebih inklusif.”
Kegiatan Interaktif di IMLF III yang Menginspirasi
Festival ini dirancang dengan berbagai kegiatan yang interaktif dan edukatif, seperti:
1. Seminar Literasi Multidimensi: Diskusi panel yang melibatkan sastrawan, penyair, seniman, dan akademisi dari berbagai negara untuk mengeksplorasi peran literasi dalam mencerdaskan dan membangun masyarakat.
2. Pameran Ekonomi Kreatif: Mempertemukan pelaku UMKM lokal dengan pasar global melalui bazar produk budaya, seni, dan kuliner khas Minangkabau.
3. Lokakarya Seni dan Sastra: Kegiatan pelatihan yang menggabungkan tradisi dan teknologi, termasuk penggunaan AI dalam menciptakan karya sastra dan seni modern.
4. Pertunjukan Budaya Global: Kolaborasi seni tradisional Minangkabau dengan seni kontemporer dari negara-negara peserta, menciptakan harmoni unik di atas panggung.
Visi Besar IMLF III: Dari Minangkabau untuk Dunia
Dengan tema besar Literasi dan Budaya, IMLF III 2025 membawa misi mendunia yang kuat:
* Untuk Literasi dan Budaya Minangkabau: Menghidupkan kembali identitas budaya lokal sebagai kekuatan literasi dunia.
* Untuk Literasi dan Budaya Indonesia: Menjadikan Indonesia sebagai pusat literasi dan seni yang memimpin dialog global.
* Untuk Literasi dan Budaya Dunia: Menyatukan budaya global melalui kekayaan bahasa, sastra , seni, dan tradisi, serta menghidupkan ekonomi kreatif dan pariwisata Indonesia.
Gerakan IMLF III yang Berkelanjutan
IMLF III 2025 bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan literasi yang lebih besar. Dengan mengangkat bahasa, sastra, seni, dan budaya sebagai elemen strategis, festival ini membuka jalan bagi Indonesia untuk terus berkontribusi dalam dialog global.
“Literasi adalah denyut nadi kemajuan peradaban,” tutup Sastri Bakry. “IMLF III adalah bukti bahwa kita, melalui kekuatan kata dan seni, dapat menciptakan
dunia yang lebih baik.”
Dengan harmoni bahasa sastra, seni, budaya, dan ekonomi kreatif, festival ini akan menjadi saksi bahwa Minangkabau, Nusantara, dan dunia memiliki cerita literasi untuk dibagikan dan pelajaran budaya untuk dipelajari—bersama, dalam semangat literasi global.
[LM-Suara Anak Negeri.com, Satu Pena, Asissted by AI]






