Era Nurza

Di padang sunyi dalam dada
kulihat bayang seorang tua
langkahnya menggores pasir waktu
membawa pisau bukan untuk melukai
tapi untuk mencintai sepenuh langit

Angin membisikkan nama:
Ibrahim, ia bukan hanya ayah
ia adalah nyala yang membakar ragu
hingga tak tersisa selain taat
dan seorang anak tersenyum dalam tunduk
di ambang ajal yang suci

Dan kurban pun bukan lagi darah
tapi ikhlas yang jatuh perlahan
seperti air mata
dari mata yang mencintai Tuhan
lebih dari dunia
lebih dari anak
lebih dari diri sendiri

Di tanah jiwaku yang kering
aku menggali lubang pengorbanan
bukan untuk menyembelih domba
tapi untuk mengubur
ego yang membatu
dendam yang menua
dan hasrat yang tak kenal sujud

Kupanggil namamu Ibrahim
dan kurasakan jejakmu
di setiap desir takbir
di setiap gemetar tangan yang memberi
di setiap luka yang ikhlas diserahkan
demi cinta
yang tak butuh balas
hanya ridha-Nya semata

Talang Babungo 7 Juni 2025