Rizal Tanjung
–
hujan deras membasuh bumi,
membasahi jejak langkah kita di jalan sepi.
di bawah naungan malam yang sunyi,
hanya ada kau dan aku—dua hati yang berjanji.
kasur dan tempat tidur jadi saksi,
tentang cinta yang mekar di malam pertama.
berdamai dalam dekap yang tak terucap,
kau dan aku, mengukir kisah tanpa jeda.
kupu-kupu menari di pagi hari,
kunang-kunang berkelip menerangi mimpi.
jalan berliku di perbukitan tinggi,
tetap kita tempuh, meski ragu menghantui.
lampu menyala di sudut kamar,
hangatnya temaram membelai rasa.
bibir yang menjilat rindu terpendam,
kau dan aku larut dalam asmara.
semoga tabir kabut tak lagi menyelimuti,
penghijauan yang kita semai dengan harapan.
angin berbisik mengirim doa,
kabut bergulung membawa pesan semesta.
di rumah impian yang kita bangun,
kau dan aku adalah nyawa yang menyatu.
namun hidup adalah teka-teki,
ditulis tuhan tanpa bisa ditebak isi.
kau dan aku, dulu dalam warna-warni,
kini menghadapi kisah perpisahan.
mari menangis sejenak, biar luka terbaca,
sebab kau dan aku—tak bisa berbuah cinta.
namun meski mandul harapan ini,
cinta tetap abadi di hati,
sebab kau dan aku pernah ada,
menjadi satu dalam cerita.
Padang, 12 Maret 2024.






