Oleh: Dafril, Tuanku Bandaro, M.Pd.I
Kepala MAN Kota Sawahlunto dan Mahasiswa Program Doktoral Studi Islam UM Sumbar
Hari Jum’at bukan sekadar titik dalam pekan atau jeda rutinitas mingguan. Ia adalah panggung kemuliaan yang diletakkan Allah SWT sebagai anugerah khusus bagi umat Muhammad. Dalam lingkaran waktu yang berputar, ada gelombang spiritual yang memancar pada hari ini sebuah momentum yang memanggil kembali manusia kepada makna hakiki hidup: mengingat, menghayati, dan merawat hubungan dengan Sang Pencipta.
Dalam sabda Rasulullah SAW:
”Sebaik-baik hari yang terbit matahari adalah hari Jum’at.”
(HR. Muslim)
Hadis ini bukan sekadar penanda keutamaan, melainkan deklarasi kosmis bahwa Jum’at adalah hari kelahiran keberkahan. Pada hari inilah kejadian-kejadian besar terjadi, dari penciptaan Nabi Adam AS hingga diturunkannya ampunan dan kesempatan doa yang mustajab. Jum’at adalah hari kemanusiaan dibentuk, diuji, dan dijanjikan keselamatan.
1. Sejarah Sakral Hari Jum’at: Dari Penciptaan Menuju Kesempurnaan
Para ulama mengungkapkan bahwa kata“Jum’ah berakar dari kata jama’a yang berarti menghimpun. Di hari ini, manusia dihimpun bukan hanya dalam bentuk fisik dalam masjid, tetapi juga dihimpun secara spiritual: dari kesibukan dunia kepada pusat kesadaran Ilahi.
Rasulullah SAW menjelaskan:
”Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke surga, pada hari itu pula ia dikeluarkan darinya, dan tidak akan terjadi kiamat kecuali pada hari Jum’at.”
(HR. Tirmidzi)
Jum’at bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan umat manusia—ia hari asal, dan hari kembali.
2. Hikmah Shalat Jum’at: Merawat Kesadaran Kolektif Umat
Shalat Jum’at bukan sekadar ibadah pengganti shalat Zuhur, tetapi ritual penguatan identitas umat. Di dalamnya ada khutbah yang merupakan ruang dialog intelektual, sosial, dan spiritual antara pemimpin umat dan jamaah.
Allah SWT berfirman:
”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli.”
(QS. Al-Jumu’ah: 9)
Ayat ini mengajarkan dua hal penting:
1. Prioritas spiritual mengungguli prioritas ekonomi.
Dunia bukanlah yang utama, tetapi hanya jalan.
2. Ada panggilan kepada kesadaran bersama.
Shalat Jum’at membangun kesatuan hati, pemikiran, dan gerak sosial umat.
Shalat Jum’at adalah majlis ilmu mingguan, tempat umat menata kembali akhlak, menyegarkan iman, dan merawat ukhuwah.
3. Waktu Mustajab dalam Hari Jum’at: Jendela Langit Terbuka
Rasulullah SAW bersabda:
”Pada hari Jum’at terdapat satu waktu, jika seorang hamba memohon kepada Allah sesuatu kebaikan bersamaan dengannya, niscaya Allah akan mengabulkannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan waktu ini, namun mayoritas menyebut antara waktu Ashar hingga Maghrib.
Pada saat inilah hati diperintahkan untuk menjadi bening, doa diolah dengan kesadaran, bukan hanya permintaan duniawi semata, tetapi perbaikan jiwa:
memohon ketenangan, kekuatan, ampunan, kemampuan untuk mencintai dan memberi.
4. Sunnah-sunnah Yang Menghidupkan Ruh Jum’at
Memuliakan Jum’at bukan hanya pada shalat, tetapi dalam penyucian diri dan akhlak. Di antara sunnah yang sangat dianjurkan:
Sunnah Makna Spiritual
Mandi sebelum shalat Jum’at Membersihkan lahir dan batin Memakai pakaian terbaik dan wangi-wangian Memuliakan pertemuan dengan Allah Membaca Surah Al-Kahfi Meminta penjagaan dari fitnah zaman Memperbanyak shalawat Menghidupkan cinta kepada Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda:
”Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jum’at.”
(HR. Abu Dawud)
Shalawat adalah parfum hati; ia menghadirkan kelembutan dalam setiap langkah kehidupan.
5. Keajaiban Sosial Hari Jum’at: Membentuk Umat yang Peduli
Jum’at bukan hanya ibadah pribadi, tetapi ibadah sosial. Ia mempertemukan manusia dari berbagai latar belakang, menyatukan tanpa sekat jabatan, pangkat, atau harta. Dalam shaf, semua sama.
Inilah pelajaran besar kesetaraan Islam:
“Yang membedakan bukan posisi, tetapi ketakwaan.”
Di tengah krisis moral dan polarisasi sosial, Jum’at mengajarkan bahwa umat kuat bukan karena banyaknya jumlah, tetapi karena kuatnya persatuan dan keluhuran akhlak.
Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi pusat peradaban.
6. Aktualisasi dalam Kehidupan Modern
Di era digital, arus informasi bergerak liar, dunia semakin bising dan membawa manusia kepada kelelahan mental. Jum’at menjadi oasis yang mengembalikan fokus. Momentum ini memberi kesempatan manusia untuk:
Menata ulang arah hidup
Menjernihkan hati dari iri, dengki, amarah
Memperbaiki relasi sosial dan keluarga
Menata kembali visi pendidikan dan kemanusiaan
Jum’at mengajak kita bertanya:
Siapa diri kita di hadapan Allah?
Untuk apa kita hidup?
Apa warisan yang kita tinggalkan kelak?
7. Kesimpulan: Jum’at adalah Panggilan Pulang
Jum’at bukan hanya hari. Ia adalah undangan pulang ke jati diri manusia: sebagai hamba dan khalifah. Ia adalah aliran cahaya dari langit yang membersihkan langkah yang kusut, menguatkan hati yang lelah, dan menghidupkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka, marilah memuliakan Jum’at dengan ibadah, ilmu, doa, dan akhlak terbaik. Karena siapa yang memuliakan Jum’at, ia telah memuliakan dirinya sendiri.
Semoga Allah menjadikan Jum’at ini sebagai taman cahaya, tempat doa naik dan rahmat turun.
Aamiin.






