
/1/
MASIH ADA JALAN PULANG
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Ada luka yang tak bisa dijahit
selain oleh cahaya yang jujur.
Ada jiwa yang tak bisa pulang
kecuali saat fitrah memanggilnya
dari sepi terdalam tubuh.
Kami tak datang membawa palu
bukan pula obor penghakiman—
kami hanya menyodorkan lentera
yang menyala dari cinta paling putih,
dari rahim nurani yang tak pernah mati.
Kami bicara lewat darah puisi,
meraba denyut yang nyaris padam
pada mereka yang salah membaca langit
dan menamai luka sebagai rumah.
Tapi kami tahu:
masih ada jalan,
masih ada cahaya
yang bisa menuntun pulang
mereka yang tersesat
bukan karena membenci Tuhan—
tetapi karena terlalu lama tidak mendengar-Nya.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/2/
BUKAN DUNIA YANG MEMBUANG KAMI
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami pernah jadi kabut yang lupa warna,
tinggal di antara detak yang tak bersuara.
Di langit dalam dada kami, rembulan pecah—
dan Tuhan terasa seperti gema yang menjauh.
Malam-malam kami bukan sekadar gelap,
tapi lorong waktu yang ditinggal doa.
Cermin-cermin menatap kami dengan wajah tak kami kenal,
dan nama kami pun terasa seperti luka.
Lalu, ada bisik dari celah remuk:
bukan suruhan, bukan murka—
hanya desir seperti hembusan nafas ibu
saat menggugurkan duka dari dahi bayinya.
Dan kami tahu,
bukan dunia yang membuang kami,
tapi kami yang menggulung tubuh kami dari cahaya,
takut, malu, dan menamai itu: kebebasan.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/3/
KAMI PERNAH MENJADI LUKA YANG DIAM
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami pernah jadi luka yang diam,
dibelai malam,
dicium kelam.
Kota-kota sunyi mengukur langkah kami
dengan tatapan yang enggan mengaku.
Kau datang, membawa cahaya dari dalam diri,
tak bersorak, tapi menyala, lirih dan sakti.
Bukan untuk menghakimi,
tapi menyapa jiwa yang genting antara ingin dan nestapa.
Tubuh kami:
medan perang suara-suara,
menggema dari lorong masa silam yang gundah.
Tapi dalam dirimu,
kami lihat taman,
dengan bunga-bunga doa dan embun ketabahan.
Dunia mencaci lewat lidah api,
kau balas dengan mata air yang murni.
Kau tak menghardik, hanya menggenggam,
mengajak kembali—bukan menyeret ke dalam.
Kini kami mengerti:
fitrah itu tak hilang,
hanya tertutup debu zaman yang bimbang.
Dan dalam peluk cahaya itu kami tahu:
kita lahir dari cahaya—dan semua kita bisa pulang ke sana.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/4/
MALAM YANG PERNAH KAMI PELUK SEBAGAI KAWAN
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Malam pernah kami peluk sebagai kawan,
kami sangka ia rumah, padahal hanya awan.
Kegelapan menjanjikan pelukan semu,
kami sangka cinta,
ternyata rindu palsu.
Di ujung suara yang gamang,
kami dengar panggilan tanpa dendang.
Bukan bentakan, tapi bisik lembut,
mengantar jiwa kembali ke jalur lurus.
Kami bukan aib,
kau bukan hakim.
Kita sama-sama bertanya dalam sunyi,
mencari makna yang tak dibisikkan bumi.
Tapi fitrah, ah fitrah—
dia tak membenci,
hanya menunggu.
Dan kau datang bukan untuk mengubah kami,
tapi mengingatkan kami siapa kami sebenarnya dulu.
Dengan imaji langit dan tanah,
kau tunjukkan bahwa cinta tak harus gelisah.
Bahwa pulang itu tak mesti luka,
dan pelukan Tuhan tak pernah membekas cela.
Kami kembali,
dengan luka yang perlahan sembuh.
Bukan karena kau paksa,
tapi karena cahaya yang kau bawa mengizinkan kami melihat seutuhnya.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/5/
MENULIS ULANG DIRI
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami datang dari reruntuhan,
seperti kota-kota usang dalam kenangan.
Jiwa kami disayat oleh pedang identitas,
mencari cinta dalam pantulan kaca yang pecah.
Tapi kau datang,
bukan membawa palu, bukan pula api.
Hanya seberkas cahaya,
dan suara yang berkata:
“Mari pulang ke jati diri.”
Dalam mata batinmu,
kami lihat lembah fitrah:
tak pernah menyumpah,
tak pernah memaki.
Ia hanya menunggu seperti ibu
menanti anaknya kembali.
Kami berlari tanpa alas kaki,
melewati aral bernama trauma dan stigma.
Tapi kini kutahu,
bukan pelarian,
tapi perjalanan pulang
dengan cahaya sebagai pelita.
Kini kami tulis ulang diri ini:
bukan sebagai salah,
tapi sebagai jiwa yang menemukan arah.
Dan bait-bait ini bukan penyesalan,
tapi nyanyian kemenangan
seorang pencari jalan.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/6/
SETELAH SEMUA BADAI
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Setelah semua badai,
ternyata kami tak pernah benar-benar pergi.
Fitrah kami bukan hilang,
hanya berdebu, memeluk tangis yang sembunyi.
Dalam pelita di tangan-Mu,
kami melihat langit kembali utuh—
bukan tanpa awan,
tapi penuh cahaya
yang tahu cara memaafkan.
Tuhan tak menghardik,
Ia memanggil dari balik rindu kami sendiri.
Ia menanamkan cahaya dalam jiwa kami
dan menunggu kami menyiraminya dengan keyakinan.
Kini kami tak lagi bertanya,
apakah kami diterima.
Karena dalam pelukan yang tak bersyarat,
kami memukan nama kami ditulis ulang
dengan huruf-huruf cahaya.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
/7/
DAN JIKA KAU PULANG
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Jika bait ini kau dengar
bukan dengan telinga,
melainkan dengan retak-retak yang tak kau pahamkan,
maka, saudaraku,
kau sedang diselamatkan.
Kami tak menulis untuk memukul,
tetapi untuk membuka jendela
yang lama dikunci oleh luka.
Kami tak ingin dunia tunduk,
hanya ingin hati-hati
kembali tunduk pada cahaya pertama.
Lihatlah,
fitrah bukan musuh kita—
ia adalah tubuh awal kita,
para bayi sunyi yang menangis agar didengar
sebelum dunia menamainya “dosa”.
Dan jika kita pulang,
maka seluruh semesta akan diam,
lalu bersujud kepada Tuhannya.
Karena mereka yang suci bukanlah yang tak pernah jatuh,
melainkan yang memilih
untuk bangkit
dan kembali—
pada Tuhan
dengan seluruh air mata yang mereka bawa.
Victoria, Australia 2012
Revisi:
Padang, Sumatera Barat,
INDONESIA, 2025
——————————————-
Tentang Penulis: Leni Marlina
Leni Marlina merupakan seorang penulis, penyair, dan akademisi kelahiran Baso, Agam – Sumbar dan berdomisili di Padang. Ia tumbuh dengan kecintaan pada kata dan keyakinan bahwa sastra bisa menjadi jembatan kebaikan antar manusia. Sejak lama, ia melibatkan diri dalam kegiatan literasi dan sastra, baik di lingkungan kampus, sekitar maupun di berbagai komunitas yang lebih luas.
Sejak tahun 2022, Leni Marlina bergabung dalam keluarga besar SATU PENA (Asosiasi Penulis Indonesia) cabang Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Sastri Bakry dan Bapak Armaidi Tanjung. Dalam lingkungan inilah ia banyak belajar dan tumbuh bersama rekan-rekan penulis lainnya.
Pada Mei 2025, Leni diberi kehormatan sebagai Penulis Terbaik Tahun Ini oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam acara Gala Dinner Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3 (IMLF-3). Penghargaan ini ia terima dengan penuh rasa syukur, sebagai bentuk dukungan bagi semangat gotong royong dalam membangun budaya baca dan tulis di tanah air.
Di luar negeri, Leni menjadi bagian dari ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA) yang dipimpin oleh penyair dunia Anna Keiko. Sejak 2024, ia dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA, dan pada 2025 diberi amanah sebagai Ketua Perwakilan Asia dalam kelompok duta puisi ACC SHILA—sebuah kesempatan untuk mempererat jalinan budaya melalui puisi.
Tahun yang sama, Leni juga bergabung dengan World Poetry Movement (WPM) Indonesia, yang dikordinasikan oleh Sastri Bakry, sebagai bagian dari gerakan puisi dunia yang berpusat di Kolombia.
Perjalanan Leni di dunia sastra internasional bermula saat menempuh studi program pascasarjana bidang kepenulisan dan sastra di Australia pada 2011–2013. Saat itu, ia menjadi anggota komunitas penulis di Victoria dan belajar dari banyak penulis lintas budaya.
Pada 31 Mei 2025, Leni dengan sejumlah komunitas yang dipimpinnya, bersama Achmad Yusuf (sebagai ketua), turut menyelenggarakan kegiatan Poetry BLaD (Peluncuran & Diskusi Buku Puisi) dan IOSoP (Seminar Internasional Online tentang Puisi) 2025, diamananahkan oleh Media Suara Anak Negeri News (di bawah pimpinan Paulus Laratmase) berkolaborasi dengan Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini adalah ruang bersama untuk berbagi semangat dan cinta terhadap literasi, kemanusian dan perdamaian melalui karya sastra umumnya dan puisi khususnya.
Sejak 2006, hampir dua dekade, Leni Marlina mengabdi sebagai dosen di Program Studi Sastra Inggris, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia mengajar dan membimbing mahasiswa di bidang bahasa, sastra, dan penulisan. Ia percaya bahwa pendidikan dan karya tulis dan karya kreatif adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Di luar aktivitas kampus, Leni juga menulis sebagai jurnalis lepas, editor, dan kontributor digital. Sejumlah karyanya dapat dibaca di: https://suaraanaknegerinews.com/category/puisi-leni-marlina-bagi-anak-bangsa
Leni juga memulai dan mendampingi sejumlah komunitas literasi dan sosial berbasis digital, antara lain:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community (PPIC)
3. PPIPM Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat):
https://shorturl.at/2eTSB
https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community (Ling-TC)
6. Literature Talk Community (Littalk-C)
7. Translation Practice Community (Trans-PC)
8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C)





