Laporan: Tb Mhd Arief Hendrawan

Padang, Suaraanaknegerinews.com| Dikira sudah ada titik temu soal pelaksanaan Kongres IKA Unand, ternyata belum. Untuk itu tidak ada jalan lain diminta benar kesediaan dan kepedulian Rektor Unand bersama Dewan Pembina DPP IKA Unand untuk mengambil alih. Berunding memutuskannya jadwal Kongres VII.

“Kemarin malam sudah rapat di gubernuran. Hadir Gubernur Mahyeldi, Rektor Unand Efa Yonedi, sejumlah tokoh dan panpel. Diputuskan Kongres 29 November. Ini jalan tengah, tidak 15 November dan tidak pula 6 Desember 2025,” kata mantan Bupati Limapuluh Kota yang juga alumni Unand, Irfendi Arbi. Minggu (26/10/2025)| 23.00 WIB

Tapi, sambung Irfendi, DPP IKA Unand, tetap pada pendiriannya, Kongres VII digelar 6 Desember di Hotel Basko Padang. Alasannya, seperti disampaikan Ketum DPP IKA UNAND Rustian lewat media, di tanggal itulah terbaik untuk penyelenggaraan kongres dan sudah disetujui Dewan Pembina DPP IKA UNAND.

Bahkan pihak DPP IKA Unand menyebut usulan 29 November dari audiens kelompok perorangan 15 dan DPP tidak diberi lagi kesempatan untuk bicara karena mic dimatikan berkali kali oleh host yg ternyata dari kelompok 15 juga.

Waketum I bidang Organisasi DPP IKA Unand Suwirman itu menyebut cara-cara yang dilakukan kelompok ini ternyata sangat jauh dari harapan berorganisasi dengan baik.

“Ini artinya apa? Soal jadwal Kongres belum clear. Oleh karena itu, saya berharap Rektor Unand bersama Dewan Pembina berunding kembali untuk memutuskan yang terbaik. Apalagi kita tahu di Dewan Pembina, banyak tokoh nasional berpengalaman, intuisi tinggi. Tentu lebih arif dan bijak memutuskannya.” kata mantan Ketum Senat Mahasiswa FPUA ini.

Sedangkan unsur kedua kubu yang bertikai tak usah diundang. Diundang, nanti dibilang pula yang hadir tak imbang dan menguasai kuorum. Tegasnya, murni keputusan moral Rektor dan Dewan Pembina terkait jadwal Kongres. Suka atau tidak suka maupun nanti dianggap tidak sesuai aturan, yang jelas
apapun yang diputuskan Rektor dan Dewan Pembina harus diterima kedua belah pihak.

Jika tetap juga bersikukuh dengan mengabaikan saran mulia dan bijak dari Dewan Pembina dan Rektor, terserahlah apa maunya. Kalau begini, berarti bukan lagi berorientasi untuk kejayaan bangsa, tapi untuk kejayaan masing-masing. Ini bisa berdampak ke institusi dan mahasiswa Unand.

Irfendi tak habis pikir kenapa sampai kisruh begitu. Sempat jadi treding topik di berbagai media. Heboh ini sampai ke Papua. Soalnya seorang mantan Bupati di sana nelpon dirinya beberapa hari lalu. Dia bilang Pak Irfendi, kenapa heboh itu Alumni Unand. Pak Irfendi tamatan UNAND kan?

“Saya tertawa saja. Saya jawab, itu demokrasi. Sumbar adalah sentra demokrasi. Malu kan, orang nun jauh di sana tahu, kita ribut-ribut? Yang diributkan hanya organisasi sosial. Organisasi alumni. Saya yakin, berita ribut-ribut ini sampai ke alumni di luar negeri. Jadi mengalah lah selangkah, demi kokohnya organisasi alumni,”terang Irfendi. (Tb Mhd Arief Hendrawan)