Tausiah Religi
KULIAH SHUBUH
Rabu , 05 Nopember 2025 .
(14 Jumadil Awwal 1447 H)

Oleh Tb Mhd Arief Hendrawan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.

Terlebih dahulu marilah kita selalu untuk meningkatkan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan menjalankan segala perintah Allah sejauh batas maksimal kemampuan kita.
Dan menjauhi segala larangan Allah tanpa terkecuali.

Akhlak terpuji adalah pemberian pencipta kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Akhlak dimiliki oleh makhluk yang hidup kuat akidahnya dan teguh syari’atnya.

Akhlak adalah sifat yang erat kaitannya dengan perbuatan seseorang.
Perbuatan adalah perwujudan dari pemikiran dan keyakinan.
Apa yang diyakini berasal dari apa yang diketahui.
Segala yang diketahui bersumber dari hal yang dipelajari dan dialami.
Literatur yang dibaca dan dipelajari, bersama dengan pengalaman dan keteladanan, menjadi sumber perilaku seseorang.

Bahwa terkait hal-hal yang menghancurkan akhlak, hendaknya dijauhi .
Dan hendaknya menghiasi diri terkait hal-hal yang membuat kita selamat atau akhlak mahmudah.
Karena dengan berakhlak , seorang hamba Allah akan merasakan keagungan Allah Ta’ala secara nyata .

Agama Islam adalah agama yang menekankan pentingnya akhlak , dan atau budi pekerti yang agung, dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Dalam pergaulan Nabi ﷺ dengan sesama manusia.

Bahkan Rasulullah ﷺ pun tetap berakhlak mulia terhadap mereka yang memusuhinya. Rasulullah ﷺ mentarbiyah sahabat dan umat dengan sebaik-baik didikan. Rasulullah ﷺ adalah penyempurna akhlak yang nyata.

Berbuat baik terhadap kawan maupun lawan.
Sudah semestinya, umat Islam berusaha sekuat tenaga meniru akhlak Rasulullah ﷺ.

Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 2:
“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan ridho Allah dan ganjaran di hari akhirat dan banyak menyebut Allah.”

Allah memuji Nabi Muhammad ﷺ dalam Firman-Nya :
“Engkau Muhammad berada di atas akhlak yang agung.”
(QS.Al-Qalam : 4).

Nabi Muhammad ﷺ sebagai pemimpin berwibawa, tidak tinggal di istana yang megah.
Tidur pun hanya beralas tikar yang ketika bangun meninggalkan bekas di punggung beliau yang mulia. Kewibawaan yang dialami beliau dapatkan dari kekuatan iman dan indahnya akhlak yang menjadi daya tarik utama.
Para sahabat rela berkorban untuk Rasulullah ﷺ.
Orang kafir pun segan terhadap beliau karena indahnya akhlaknya..

Dalam kapasitasnya yang amat berwibawa pun, Rasulullah ﷺ tetap dekat dengan para pengikutnya atau sahabat , yang sakit dijenguk , yang sedih dihibur , yang tidak kelihatan, ditanyakan keberadaannya.

Ketika semua sibuk, Rasulullah ﷺ selalu ikut serta bersama para sahabatnya .
Tidak sekedar mengawasi tanpa aksi.
Menggali parit, mencari kayu bakar untuk makan besar, membagi hidangan dengan tangan sendiri, serta sederet perhatian tulus lainnya.
Menjadi daya tarik dari sosok istimewa ini.
(HR. Imam Al-Bukhari)

“Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, : “Sesungguhmya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Pendidikan akhlak atau karakter, perlu dimulai dari penanaman akidah yang kuat, disertai dengan pengamalan syariat yang konsisten.
Bagaikan buah yang merupakan hasil dari akar yang kokoh dan dahan yang menjulang, akhlak adalah buah dari akar keimanan dan keteguhan mematuhi syariat.

Bagaimana mungkin seseorang mampu berakhlak mulia, bila masih ada dalam dirinya keraguan akan kuasa Allah, lemahnya akidah, serta keengganan dalam kepatuhan terhadap aturan Allah?
Terdapat banyak keteladanan dari ulama salafus shalih terkait pentingnya akhlak.

Imam Malik bin Anas, peletak dasar Madzhab Malik, menceritakan bahwa Ibuku memondokkanku, sembari berpesan “Pelajarilah adab Imam Robi’ah, sebelum kau pelajari ilmunya”.

Imam Robi’ah menyatakan, : “Dibanding segudang ilmu, kita lebih membutuhkan sedikit adab.
Beliau juga pernah menceritakan, “Aku belajar etika selama 30 tahun.
Dan aku belajar ilmu selama 20 tahun.
Ulama salaf mempelajari adab terlebih dahulu, sebelum mempelajari ilmu.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah ,
Pedoman umat Islam terkait cara membersihkan hati serta cara yang benar terkait upaya mendekat pada Allah. menjadi acuan aktivitas seorang Muslim, mulai bangun tidur hingga tidur lagi.

Diupayakan agar semua bernilai taqwa dan ibadah taat, hingga berujung pada tergapainya hidayah. Kitab-kitab yang menggabungkan antara kepatuhan terhadap fiqih dan bertasawuf, banyak pula dikaji.
Upaya untuk menjauhi pelanggaran atau maksiat pada tujuh anggota badan.
Yaitu mata, mulut tangan, kaki, perut, kemaluan, dan hati.

Hal terkait tata krama atau etika, tata busana , penampilan atau
berpakaian, tata wicara, tata laksana atau protokoler banyak diatur dalam ayat Al-Qur’an maupun Hadits.
Misalnya , bagaimana etika ketika sowan kepada Rasulullah, kepada Ummul Mu’minin dan lainnya.
Terdapat banyak aturan terkait mana yang diharuskan, disunnahkan maupun dianjurkan untuk dijauhi.

Tinggal apa yang telah diketahui, diterapkan dengan teguh oleh Muslim zaman sekarang ataukah ditinggalkan dengan sederet alasan.
Hubungan dengan Allah, maupun hablum minannas antar manusia dalam ranah bisnis, dengan lawan jenis, antara guru dan murid, dengan teman, antara orang tua dengan anak, semua telah dipelajari dalam berbagai kitab fiqih maupun kitab akhlak.

Aturan terkait hablum minallah dan hablum minannas, beserta nilai kejujuran, keteguhan, keikhlasan, kesederhanaan, mentalitas bersyukur, mentalitas keberlimpahan dan sederet nilai baik lainnya, telah pula dituturkan dan dicontohkan berulang kali oleh guru dan kiai.

Menandakan pentingnya hablum minallah dan hablum minannas, kita
dianjurkan untuk menghindari perilaku yang dilarang, berulang kali disampaikan dalam ucapan dan tulisan para ulama.
Perilaku yang tidak diridhoi, dimurkai, dan mendatangkan murka Allah.
Walaupun telah mengakar, dianggap biasa, dan membudaya; tetaplah hal yang salah tetap harus kita hindari .
Perilaku koruptif, manipultif, dekadensi moral dan sederet perilaku negatif lainnya yang membudaya, tidak bisa dijadikan alasan pemakluman dan pembenarannya bagi kita.

Pada akhirnya, hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan, agar ditunjukkan, diberi taufiq, agar dianugerahi akhlak yang terpuji.
Akhlak yang disukai dan diridhai oleh Allah Ta’ala.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah ,
Demikianlah Kuliah Shubuh ini
Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab kita untuk meningkatkan ibadah, ketaqwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan.
Wa billahit taufik wal hidayah.
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته