Sebuah Puisi oleh Arsiya Oganara*
Ahmad, orang terercaya panggilanmu. Gurun sahara nan tandus, sedikit air dan langka tumbuhan, rumahmu.
Arab Adnaniyah garis keturunanmu dari Ismail nabi yang mulia. Bermula dari rantau ke rumah-Nya bersama lbrahim ayah para Nabi dan Hajar bunda tercinta.
Hijaz, Ismail dan keturunanannya mengendalikan kepemimpinan negara dan agama. Waktu berlalu, generasi berganti.
Tampaklah keingkaran pendurhaka. Menyerupakan Dia Maha Kuasa denga tiga benda, Manat, Latta, dan Uzza.
Kini,berhala itu tetap nyata, tahta, harta, dan wanita menggantikan kedudukan sang Maha Pencipta.
2/
Muhammad, kelahiranmu memberi cahaya kehidupan memadamkan api sesembahan Majusi. Keberkahan menyertai dimanapun kau berada.
Ketika engkau kanak-kanak, hatimu dibersihkan dari godaan setan dengan Zamzam, Jibril dari cahaya melakukan itu atas perintah-Nya.
Penggembala kerjamu. Pedagang nan jujur, amanah, dan berakhlak mulia kunci pembuka hati Khadijah agung dan kaya raya istri pertamamu.
3/
Empat puluh tahun usiamu, “Bacalah”, wahyu Ilahi datang tuk pertama kali. Gua hiro menjadi saksi Jibril datang kedua kali.
Roda kehidupan terus berputar. Perintah-Nya terus disampaikan. Tanda-tanda itu, mimpi yang benar, bisikan hati, wujud nyata seorang laki-laki.
Tanda risalah bergulir. Bunyi lonceng, bentuk asli penyampai wahyu, perintah langsung dari-Nya pada malam mi’raj dan waktu lainnya.
4/
Peringatan sang Maha Memerintah terus disampaiakan. Tiada Tuhan selainnya, awali langkah perjuanganmu. Akhir kehidupan dunia, pembersihan jiwa, berserah diri pada-Nya.
Makkah dan Madinah kotamu. Sayup terdengar, sembunyi-sembunyi kau sampaikan pesan itu melampaui asalmu.
Orang-orang tercinta menyambutmu. Generasi pertama hasilnya. Nyata, risalah itu terdengar lantang.
Seketika luapan amarah membabi buta seakan gemuruh tanpa hujan. Tiada lagi kebaikan bagi penentangmu.
Serangan, penyiksaan, cemooh dan hinaan, propaganda, dongeng-dongeng menyesatkan menjauh dari kitab-Nya.
Hingga kini masih saja serangan datang. Dia Maha Penyayang. Ia tunda azab itu, manusia durjana dan hina.
5/
Hamparan bumi nan luas awali perpindahan pertama, Habasyah tempat risalah. Pelipur lara, duka dan nestapa.
Tiada berapa lama, orang-orang tercinta menghadap sang Pencipta. Tahun kesedihan menerpa Nabi yang mulia.
Pertolongan datang, perjalanan di waktu malam dan menuju langit tuk bicara langsung pada-Nya.
Madinah, perpindahan kedua. Persaudaran tercipta, risalah tersampaikan. Tetapi ada saja penentangmu.
Badar, tempat pertempuran pertama. Manusia berencana, tuhan jualah penetu tetap pada risalah-Nya.
Berbondong-bondong hamba menelusuri jalan lurus-Mu. Tugas sampai di penghujung waktu. Perpisahan tiada terbantahkan ketika itu.
Muhammad Rosulullah kembali keharibaan llahi Robbi.
Bertakwalah. Ikuti risalah-Nya. Tinggalkan larangan-Nya!
Bandar Lampung, Selasa, 18 Februari 2025
*Profil Penulis:
Arsiya Heni Puspita – Arsiya Oganara adalah nama penanya. Lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi dengan hobi membaca dan travelling.
Hobi ini pula yang mengantarkannya menjadi professional Journalist yang sudah mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan dinyatakan Kompeten.
Juga Professional Tourist Guide dan Professional Tour Leader, Licensed and Certified dari Disparekraf DKI Jakarta dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Indonesia.
Saat ini mulai merambah ke dunia sastra dan kegemarannya menulis tersalurkan dengan menulis cerpen, puisi, puisi esai, dan lainnya.
Arsiya Oganara sangat senang bertemu dengan orang baru, persahabatan bisa dilakukan melalui medsosnya. FB: Arsiya Heny Puspita. IG: arsiyahenyhdl. Email: hennyarsiya@gmail.com.






