Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd (Omjay)
–
Sore itu, sekitar pukul 15.30 WIB, saya, Omjay, bersiap pulang dari aktivitas mengajar dan menulis di pusat Jakarta. Seperti biasa, moda transportasi andalan saya untuk kembali ke rumah adalah Kereta Rel Listrik (KRL). Hari itu saya akan naik dari Stasiun Jatinegara dan turun di Stasiun Klender Baru, salah satu rute pendek yang kerap saya tempuh untuk menghindari kemacetan Jakarta di jam pulang kerja.
Stasiun Jatinegara sore itu tampak ramai, namun tertib. Bangunannya kini lebih modern dibanding beberapa tahun lalu, dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Saya memasuki area stasiun melalui pintu otomatis dan menempelkan Kartu Multi Trip (KMT) di mesin tap-in. Satu sentuhan, dan saya pun siap memulai perjalanan sore yang selalu memberi pengalaman menarik.
Sambil menunggu KRL arah Bekasi datang, saya memperhatikan suasana peron. Orang-orang dari berbagai latar belakang berdiri berdampingan: pekerja kantoran yang baru pulang, ibu-ibu membawa belanjaan, hingga para pelajar yang masih mengenakan seragam sekolah. Semua tampak sabar menunggu kedatangan kereta. Dari pengeras suara, terdengar pengumuman, “Kereta tujuan Bekasi segera tiba di jalur lima. Harap berdiri di belakang garis kuning.”
Kereta datang tepat waktu. Saya masuk ke gerbong tengah dan berdiri di dekat jendela. Begitu kereta mulai melaju meninggalkan Stasiun Jatinegara, saya menatap keluar. Langit sore Jakarta tampak hangat berwarna jingga keemasan. Sinar matahari sore memantul di kaca gedung-gedung tinggi dan atap rumah warga di sekitar Cipinang. Rasanya indah sekali menikmati perjalanan singkat ini.
KRL bergerak cepat dan stabil. Di dalam gerbong, suasananya relatif tenang. Beberapa penumpang terlihat fokus menatap layar ponsel, ada yang mendengarkan musik, ada pula yang tertidur karena kelelahan setelah seharian bekerja. Saya tersenyum sendiri, menyadari bahwa inilah potret nyata kehidupan kota metropolitan — sibuk, lelah, tapi tetap bersemangat menjalani hari.
Sebagai seorang guru dan penulis, saya selalu menemukan inspirasi di mana saja, termasuk di dalam KRL. Saya membuka ponsel dan mulai menulis catatan kecil untuk artikel harian saya di Kompasiana. Kalimat pertama yang muncul di layar adalah, “Perjalanan singkat pun bisa bermakna jika dijalani dengan hati.” Kalimat itu muncul begitu saja, terinspirasi dari suasana sore yang damai dan wajah-wajah penuh harapan di sekeliling saya.
Beberapa menit kemudian, suara pengeras terdengar lagi:
> “Stasiun berikutnya: Klender Baru. Hati-hati saat melangkah keluar kereta.”
Saya bersiap turun. Perjalanan singkat dari Jatinegara ke Klender Baru hanya sekitar 10 menit, tapi bagi saya selalu punya kesan tersendiri. Di luar jendela, tampak deretan rumah penduduk dan pepohonan di sekitar jalur rel yang menambah kesejukan sore hari.
Begitu kereta berhenti di Stasiun Klender Baru, saya melangkah keluar perlahan. Udara sore terasa lembut, dengan angin yang membawa aroma hujan dari kejauhan. Di peron, saya melihat beberapa pedagang kecil mulai membuka lapak — menjual minuman dingin, gorengan, dan roti bakar. Suasana khas stasiun pinggiran Jakarta yang penuh kehidupan.
Saya duduk sebentar di bangku dekat peron, menatap kereta yang kembali bergerak menuju Bekasi. Dalam hati, saya bersyukur atas kenyamanan transportasi publik yang kini semakin baik. Dulu, saya masih ingat bagaimana beratnya perjalanan dengan kereta ekonomi yang penuh sesak dan tanpa AC. Sekarang, KRL sudah jauh lebih bersih, cepat, dan nyaman.
Sambil menikmati angin sore, saya menulis satu kalimat lagi di catatan saya:
> “Naik KRL dari Jatinegara ke Klender Baru bukan sekadar perjalanan, tapi juga refleksi tentang hidup — bahwa hal kecil yang dilakukan dengan ketulusan bisa membawa ketenangan.”
Perjalanan singkat itu mungkin hanya beberapa stasiun saja, tapi selalu meninggalkan kesan mendalam. Naik KRL sore hari mengajarkan saya tentang disiplin waktu, kesabaran, dan kebersamaan. Di dalam kereta, kita belajar menghormati ruang dan waktu orang lain. Kita juga belajar bahwa pulang tak harus terburu-buru, yang penting selamat dan bahagia sampai tujuan.
Itulah pengalaman saya sore ini — naik KRL dari Stasiun Jatinegara menuju Klender Baru. Sebuah perjalanan sederhana yang selalu saya syukuri, karena di setiap langkah dan rel kehidupan, ada cerita yang layak ditulis dengan hati.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah – omjay
Guru blogger indonesia
Blog https://wijayalabs.com






