Era Nurza
–
Di antara reruntuhan dan bayang debu yang belum selesai berduka,
berdiri sesuatu yang tak biasa
sebuah pasar tanpa harga tanpa kasir tanpa kata beli
Hanya tangan-tangan yang memberi, dan mata-mata yang menatap penuh arti
Itu bukan pasar biasa
Itu adalah Indonesia yang menjelma jadi ruang berbagi
Indonesia menabung doa
menyiapkan cinta dalam karung-karung gandum
Di Gaza angin membawa kabar baru
bukan suara sirene melainkan bisik dari laut Nusantara
Kami datang bukan dengan kapal perang
tapi dengan kapal kasih berisi beras minyak dan harapan
Di sana anak-anak menatap tenda-tenda putih
yang kini berubah jadi lapak kecil
tempat roti, susu, pakaian, dan buku digelar dengan senyum
seolah setiap barang yang dibagikan
adalah surat cinta yang dikirim dari seberang khatulistiwa
Aku membayangkan tangan-tangan Indonesia
yang dulu terbiasa berdagang di pasar pagi
kini berdagang kasih di antara reruntuhan Gaza
Mereka tak menawar tak menghitung laba
karena nilai sudah berganti bentuk
dari uang menjadi kemanusiaan
dan di setiap langkah relawan
ada gema azan yang memeluk
ada aroma tanah air yang menyatu dengan debu perlawanan
ada sejumput garam dari laut Jawa
yang kini larut di air mata Gaza
Mereka membawa kata-kata sederhana
Pasar ini milik bersama,
silakan ambil semoga cukup
Sementara di kejauhan
seekor merpati menukik di atas reruntuhan masjid
mencatat kisah kecil tentang bangsa besar
yang tak lagi bicara dengan pidato
tapi dengan tindakan yang menjahit luka dunia
Mungkin inilah wajah baru diplomasi
bukan meja bundar dan tanda tangan
melainkan meja kayu lapuk tempat roti dibagikan
dengan ucapan bismillah
Mungkin inilah cara baru menyebut merdeka
ketika memberi tanpa takut kehilangan
dan menolong tanpa ingin disebut pahlawan
Indonesia tak datang dengan slogan
tak datang dengan bendera yang berkibar di kamera
ia datang dengan diam yang bermakna
seperti ibu yang menyuapi anak tetangga
di tengah kelaparan panjang
Di Gaza pasar itu bukan hanya tempat
Ia adalah doa yang menjelma rupa
adalah simpati yang menjadi nyata
adalah Indonesia yang menanam makna kemerdekaan di tanah orang lain
Kini, saat tangan Indonesia menepuk pundak Palestina
dunia tahu
ada pasar yang berdiri dari puing
ada cinta yang menolak punah
dan ada bangsa yang terus belajar
menjadi manusia sepenuhnya
Di antara terik Gaza dan bayu Nusantara
pasar itu bernafas
Namanya Kemanusiaan
Padang, November 2025






