Oleh : joko
http:suaraanaknegerinews.com | Manila, Filipina — Udara pagi di Central Seminary Universitas Santo Tomas (UST), Manila, begitu cerah pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Namun yang lebih menghangatkan bukan hanya mentari pagi, melainkan sapaan penuh kasih dari RD. Domincs Baldawins Masriat, imam muda asal Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, Indonesia, yang kini menjalani karya perutusannya sebagai Pastor Mahasiswa di UST Manila.
Dalam momen reflektif bertajuk Sejenak Sabda yang rutin ia bagikan setiap Sabtu, RD. Domincs mengangkat permenungan istimewa bertepatan dengan Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabeth.
Sebuah momen liturgi yang tidak hanya dirayakan dalam misa, tetapi juga dihidupi melalui pesan mendalam yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
“Mengunjungi adalah tindakan sederhana, tetapi tidak selalu mudah,” ucapnya mengawali pesan Tuhan hari itu. “Pertanyaannya, apakah kita sungguh terbiasa mengunjungi orang yang kesusahan? Atau kunjungan hanya menjadi rutinitas karena ada jadwal dan program?”
RD. Domincs mengajak umat untuk meneladani Maria yang dengan sukacita mengunjungi Elisabeth bukan karena tuntutan, melainkan dorongan kasih.
Menurutnya, kunjungan yang paling bermakna bukan sekadar membawa materi, tetapi menghadirkan kasih Yesus dalam doa dan perhatian.
“Kehadiran yang penuh kasih, itu yang utama,” tegasnya. “Kadang, mereka yang kita kunjungi tidak butuh uang. Mereka butuh cinta, perhatian, dan persahabatan. Jangan tunggu mapan dulu baru berani mengunjungi. Kita punya Yesus, itulah hadiah terbesar yang bisa dibawa.”
Pesan ini tidak sekadar teologi semata. Sebagai imam diaspora dari wilayah 3T Indonesia, RD. Domincs membawa wajah Gereja Katolik Indonesia di tengah pergaulan internasional di Filipina.
Namun ia tidak lupa akar dan nilai kehidupan yang dibentuk dari komunitas kecil di Kepulauan Tanimbar di mana kunjungan dan gotong royong bukan hanya ajaran, tetapi denyut kehidupan bersama.
“Uang dan materi hanya memberi sukacita sementara. Tapi kasih Yesus? Itu sukacita yang sempurna,” tandasnya menutup refleksi dengan doa bagi semangat pelayanan dan kepekaan sosial umat.
Lewat pesannya dari Manila, RD. Domincs tidak hanya berbicara kepada mahasiswa atau umat lokal, tetapi menyapa siapa pun yang haus akan kehadiran penuh makna.
Dari lorong seminari di jantung Kota Manila, ia mengirimkan seruan universal: “Jangan takut berbagi kasih, karena kasih bukan soal seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa besar hati kita untuk peduli, salam kasih dan doaku, RD. Domincs Baldawins Masriat.






