
/1/
Seikat Rindu untuk Sehat
Puisi: Leni Marlina
<1>
Di singasana pagi yang memucat,
kulihat dan kudengar, bayang-bayang sehat berbisik,
di antara celah retakan udara,
seperti burung yang pernah hinggap
di ranting tubuhku—
kini ia terbang, jauh,
membawa rindu.
Sehat, kau dulu tamu yang tak kuhiraukan,
hadirmu seperti udara,
tak terlihat namun menggenggam dunia.
Kini aku adalah angin yang lemah,
terseok berjalan menyusulmu di lembah waktu,
namun langkahku menjadi jarak,
dan jarak menjadi harapan
yang menggelepar tanpa sayap.
<2>
Tubuhku ini sepi,
seperti puisi tanpa kata,
seperti doa yang terjatuh di antara tasbih.
Aku menghitung detak jantung
seperti menanti lonceng yang tak berbunyi,
menakar nyeri dalam cawan rindu,
namun ia tak pernah penuh—
selalu tumpah oleh air mata.
Sehat,
kau seperti seikat cahaya
yang mengurai malam menjadi pagi,
kau menjelma mantra yang tak terdengar,
namun menghidupkan hening ini.
Bawalah aku dalam pelukanmu sekali lagi,
biarkan napas ini mencicipi udara baru,
dan menyatu dengan kehidupan yang sehat seperti dulu.
<3>
Aku kirimkan rindu ini padamu,
seikat yang tak bisa diukur,
seuntai yang tak bisa dipatahkan.
Dan jika kau datang kembali,
akan kuhaturkan tubuh ini dalam syukur,
seperti tanah yang merekah setelah hujan,
seperti jiwa yang menemukan rumahnya
di bawah bintang-bintang malam.
Sehat,
jika kau adalah janji,
maka aku adalah pelaut tanpa pelabuhan,
menantimu di samudra yang tak bernama,
dengan harapan yang menjelma doa,
dan rindu yang menghidupkan tetes darah dan asa.
Padang, Sumbar, 2019
/2/
Sehat Oh Sehat
Puisi: Leni Marlina
<1>
Langit putih yang menggantung di atasmu,
seperti jurang yang tak terlihat,
pada perjalan waktu,
tubuhmu berdiri,
menjadi saksi bagi napas tersenggal,
paru-paru bergerak seperti kereta api di rel yang patah,
berderak menembus udara,
lalu hilang di tikungan sunyi.
Infus menetes, mendekati detik-detik terakhir,
ritme waktu terbelah dalam fragmen air mata.
Apakah sehat itu hanya mimpi belaka?
Atau hantu-hantu yang mengintip di ambang pintu,
datang terlambat,
pergi tanpa jejak?
Di sini, ranjang besi seperti kompas patah,
berputar dalam arah yang tak pasti—
nikmat itu sepertinya bukan di sini,
bukan dari jarum kecil yang menusuk tanpa terasa,
meluncur masuk, menghilang tanpa tanda.
<2>
Doa menggantung di langit-langit yang sunyi,
lupa jalan pulang.
Tubuh bersujud,
napas merangkai waktu,
seperti bayang-bayang yang terkejar detik,
cinta pada sehat terlupakan,
cinta pada hidup hanya gema yang merayap
di ruang kosong,
tubuh dan jiwa takkan pernah bohong,
saatnya dirimu harus ditolong.
Sehat oh sehat,
kau adalah yang kudamba,
kehilanganmu saat ini, membuatku belajar kembali untuk bersyukur,
atas segala nikmat yang diberikan oleh Ilahi,
di sini,
api semangat untuk sembuh belum mati.
Padang, Sumbar, 2019
/3/
Ranjang Putih
Puisi: Leni Marlina
Kawan,
ranjang putih itu bukan sekadar penjara,
ia adalah perahu kecil yang membawa dirimu,
melintasi lautan sakit, menuju pantai kesembuhan.
Mereka yang berseragam putih berhati putih,
menyesuaikan layar, menjaga dayung,
memastikan angin berpihak padamu.
Kau tak sendirian, kawan,
cahaya pagi mengiringi obat yang memasuki tubuhmu,
doa kami mengiringi tetes infusmu,
kami percaya pada tubuhmu,
pada kekuatan yang terpendam dalamnya,
yang dititipkan Tuhan kepadamu.
Kawan,
jangan menyerah pada ombak kecil di ruang putih,
jangan penjarakan harapan sehatmu,
di ujung sana,
ada dermaga masa depan yang menunggumu,
ada daratan kehidupan yang musti kau lalui seiring waktu.
Padang, Sumbar, 2019
/4/
Bisikan Jiwa kepada Tubuh
Puisi: Leni Marlina
Aku adalah tubuhmu,
dan aku berbicara melalui nyeri dan keheningan,
aku tak melawanmu,
hanya memohon waktu
untuk menyembuhkan sakit dan luka ini.
Bantulah aku dengan senyum yang kau beri,
dengan harapan yang kau tanamkan.
Aku akan membalasmu,
dengan jantung yang berdetak lebih kuat,
dengan paru-paru yang memecah udara lebih lama.
Dengarlah, aku bernyanyi untukmu,
lagu kebangkitan,
irama penyembuhan.
Dengarlah, aku berdoa untukmu,
doa kesabaran dan kesembuhan
Jangan menyerah—
aku adalah sahabatmu yang tak akan lelah,
aku menunggumu,
jangan pasrah,
tubuhku malang – tubuhku sayang,
kita akan sehat – kita akan pulang.
Padang, Sumbar, 2022
/5/
Bangkitlah dari Ranjang Itu!
Puisi: Leni Marlina
Dari masa depan,
aku memanggilmu, tubuhku:
“Ayo, bangkitlah dari ranjang itu! Aku menunggumu.
Aku adalah hari-hari yang penuh warna,
di mana langkahmu bebas,
dan tawamu membelah udara.”
Jangan biarkan sakit ini memadamkan cahaya hidupmu,
karena kau lebih besar dari luka dan sakit ini.
Bangkitlah dari reruntuhan ceriamu,
dirikan kembali istana harapanmu.
Aku telah menyiapkan ruang
untuk mimpi-mimpimu yang tertunda,
untuk kebahagiaan yang belum kau rasa
Mari, kita bertemu—
di masa depan,
di sana, kau dan aku,
kan berdamai dengan sehat di badan,
Ayo bangkitlah, kawan!
Padang, Sumbar, 2019
———————-
Kumpulan puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina tahun 2019. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2025.
Leni Marlina merupakan anggota penulis SATU PENA Sumbar, Kreator Sumbar Era AI, Forum Siti Manggopoh. Selain itu, ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair dan Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Leni pernah terlibat dalam Victoria’s Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin komunitas digital/ kegiatan lainnya yang berfokus pada bahasa, sastra, literasi, dan sosial, di antaranya:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community
3. PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat), the Poetry Community of Indonesian Society’s Inspirations: https://shorturl.at/2eTSB; https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia):
https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community
6. Literature Talk Community
7. Translation Practice Community
8. English Languange Learning, Literacy, Literary Community (EL4C)





