/1/
SUARA YANG MENOLAK SIASAT BASA-BASI
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Wahai angin,
engkau datang tak berwajah,
membelah kamar-kamar sunyi
yang kehilangan bayang nurani.
Kursi-kursi kekuasaan berdiri
tanpa sandaran ruh;
mereka menyebut namanya sendiri
berulang-ulang—
hingga lupa makna,
lupa dunia yang dahulu mengajar mereka menangis.
Kami bukan tinta haus perhatian,
kami adalah luka purba
yang menolak dijahit
oleh retorika yang mewangi
namun mengeringkan harapan,
kami menolak mengeringkan luka dengan siasat basa-basi
yang kau lancarkan selama ini.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/2/
DARI TANAH YANG TAK LAGI SUBUR
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah tanah—
pernah menjadi rahim musim,
tempat hujan dan matahari
mengantarkan panen penuh tawa canda.
Kini kami hanya batu sunyi
yang menguburkan benih
tapi masih memanggil nama Tuhan.
Kalian menanam paku di punggung kami,
mendirikan menara-menara dosa
di atas perut kami yang belum pulih.
Kami tak menjerit—
hanya letih
melihat langit koyak
rusak parah
dan jatuh sebagai peluh
di dahi kami sendiri.
Takkan kami biarkan kau menikmati kekacauan di negeri tercinta ini.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/3/
JERIT AIR
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah air—
yang dulu menyanyikan kehidupan
dari hulu ke hati.
Kini kami dikurung dalam pipa,
diperas jadi angka,
dibungkus elegi dan dijual
tanpa doa.
Dulu kami menyentuh akar,
membelai lumut,
mencium kaki-kaki kecil di desa.
Kini kami disuruh berlari
seperti budak ke reservoir uang.
Kalian meneguk kami
tanpa menoleh ke arah jerit kami
yang tertanam
di plastik bening
dan ketulusan yang kalian hilangkan.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/5/
TUBUH HUTAN
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah tubuh hutan—
pernah tegak seperti syair
dalam kitab angin.
Kini kami disembelih
dengan mesin bersuara lembut,
dan proposal yang menulis maut
dengan tinta senyum.
Kami dijadikan meja,
kursi, dan brosur musyawarah kehancuran.
Kami tidak menyimpan dendam,
tapi malam terlalu terang kini
karena kami tak lagi
menutup langit dengan doa-daun.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/5/
NAFAS LAUT
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah nafas laut—
pernah menjadi napas kapal,
penjaga arah,
dan pemanggil doa.
Kami menyimpan nyawa
dan nama-nama yang tidak pernah pulang.
Kini kami memuntahkan plastik
dan politik yang hanyut
tanpa etika.
Kami menangis dalam badai,
berteriak dalam lidah ombak,
tapi kalian tetap membangun
hotel-hotel keserakahan
di atas tubuh kami yang menahan sabar.
Kami tidak menginginkan pembalasan—
hanya satu manusia
yang bisa berenang ke hati kami
tanpa meninggalkan racun.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/6/
ANGIN YANG MENGUSUNG KUBURAN
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah angin—
dulu kami membawa harum panen
dan nyanyian ilalang.
Kini kami hanyalah utusan duka:
pembawa berita kebakaran,
gempa,
dan tubuh-tubuh yang ditinggalkan
di bawah runtuhan pembangunan.
Kami tidak lagi ringan—
terlalu banyak abu
yang tak pernah dijadikan pelajaran.
Kami bukan murka,
hanya ingin berhenti sejenak
di langit yang bersih,
tanpa membawa bau luka
yang kalian ciptakan sendiri.
Padang, Sumatera Barat, 2025
/7/
DARI MASA DEPAN
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ASM, ACC SHILA, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kami adalah masa depan—
tumbuh dari rahim waktu
yang tak pernah diberi istirahat.
Kami belum berbicara,
namun suara kami telah tercetak
di plastik yang menjerat leher penyu,
di hutan yang dibakar menjadi abu,
di laut yang muntah limbah
tanpa bisa membela diri.
Kami belum punya nama,
tapi luka kami sudah ditulis
dalam grafik pertumbuhan
yang tak menumbuhkan cinta.
Kami adalah masa depan—
tidak butuh seremoni Hari Bumi.
Kami butuh manusia
yang tak membakar rumahnya sendiri
sebelum anaknya lahir.
Padang, Sumatera Barat, 2025
——————————–
Tentang Penulis: Leni Marlina
Leni Marlina merupakan seorang penulis, penyair, dan akademisi kelahiran Baso, Agam – Sumbar dan berdomisili di Padang. Ia tumbuh dengan kecintaan pada kata dan keyakinan bahwa sastra bisa menjadi jembatan kebaikan antar manusia. Sejak lama, ia melibatkan diri dalam kegiatan literasi, baik di lingkungan sekitar maupun di berbagai komunitas yang lebih luas.
Sejak tahun 2022, Leni Marlina bergabung dalam keluarga besar SATU PENA (Asosiasi Penulis Indonesia) cabang Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Sastri Bakry dan Bapak Armaidi Tanjung. Dalam lingkungan inilah ia banyak belajar dan tumbuh bersama rekan-rekan penulis lainnya.
Pada Mei 2025, Leni diberi kehormatan sebagai Penulis Terbaik Tahun Ini oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam acara Gala Dinner Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3. Penghargaan ini ia terima dengan penuh rasa syukur, sebagai bentuk dukungan bagi semangat gotong royong dalam membangun budaya baca dan tulis di tanah air.
Di luar negeri, Leni menjadi bagian dari ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA) yang dipimpin oleh penyair dunia Anna Keiko. Sejak 2024, ia dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA, dan pada 2025 diberi amanah sebagai Ketua Perwakilan Asia dalam kelompok duta puisi ACC SHILA—sebuah kesempatan untuk mempererat jalinan budaya melalui puisi.
Tahun yang sama, ia juga bergabung dengan World Poetry Movement (WPM) Indonesia, yang dikordinasikan oleh Ibu Sastri Bakry, sebagai bagian dari gerakan puisi dunia yang berpusat di Kolombia.
Perjalanan Leni di dunia sastra internasional bermula saat menempuh studi S2 Menulis dan Sastra di Australia pada 2011–2013. Saat itu, ia menjadi anggota komunitas penulis di Victoria dan belajar dari banyak penulis lintas budaya.
Pada 31 Mei 2025, Leni dengan sejumlah komunitas yang dipimpinnya, bersama Achmad Yusuf (sebagai ketua), turut menyelenggarakan kegiatan Poetry BLaD (Peluncuran & Diskusi Buku Puisi) dan IOSoP (Seminar Internasional Online tentang Puisi) 2025, diamananahkan oleh Media Suara Anak Negeri News (di bawah pimpinan Paulus Laratmase) berkolaborasi dengan Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini adalah ruang bersama untuk berbagi semangat dan cinta terhadap literasi, kemanusian dan perdmaaian melalui karya saatra, puisi.
Sejak 2006, Leni mengabdi sebagai dosen di Program Studi Sastra Inggris, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia mengajar dan membimbing mahasiswa di bidang bahasa, sastra, dan penulisan. Ia percaya bahwa pendidikan dan karya tulis dan karya kreatif adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Di luar aktivitas kampus, Leni juga menulis sebagai jurnalis lepas, editor, dan kontributor digital. Sejumlah karyanya dapat dibaca di: https://suaraanaknegerinews.com/category/puisi-leni-marlina-bagi-anak-bangsa
Leni juga memulai dan mendampingi sejumlah komunitas literasi dan sosial berbasis digital, antara lain:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community (PPIC)
3. PPIPM Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat):
https://shorturl.at/2eTSB
https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community (Ling-TC)
6. Literature Talk Community (Littalk-C)
7. Translation Practice Community (Trans-PC)
8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C)






