Oleh Tb Mhd Arief Hendrawan
–
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Seseorang yang sudah berHaji dan berUmrah tetap bisa masuk neraka jika ibadah yang dilakukannya tidak Mabrur/Mabrurah atau tidak memenuhi syarat, serta ia masih melakukan dosa-dosa besar. Haji dan Umrah mabrur, yang diterima Allah SWT akan menghapus dosa-dosa besar dan kecil, tetapi tidak secara otomatis menjamin seseorang masuk surga, terutama jika mereka masih melakukan perbuatan maksiat.

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Seseorang yang sudah menunaikan Haji atau Umrah, tetapi masuk neraka bisa terjadi karena beberapa alasan, di antaranya :
• Niat ibadah yang tidak ikhlas, hanya untuk pamer atau berbangga diri
• Menggunakan harta yang haram
• Terjebak oleh tipu daya syetan mencari Travel yang bisa bayar murah, dan tak peduli/masa bodo walau tidak mendapat bimbingan Spiritual Iman dan Taqwa yang benar kepada jalan Allah SWT.
• Masih gemar melakukan dosa-dosa besar yang berkaitan dengan hak orang lain, dan
• Tidak adanya perubahan sikap setelah ibadah Umrah dan Haji.
Kualitas ibadah haji tidak hanya dilihat dari pelaksanaannya di Tanah Suci, tetapi juga perubahan akhlak yang lebih baik setelah kembali ke rumah.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Berikut adalah beberapa penyebab mengapa ahli ibadah seperti orang yang berHaji dan berUmrah bisa masuk neraka:
1.Niatnya tidak ikhlas.
Ibadah haji atau umrah yang diniatkan karena riya atau ingin dipuji oleh orang lain tidak akan diterima oleh Allah SWT. Hal ini karena keikhlasan adalah syarat utama diterimanya sebuah ibadah.
2.Haji atau Umrah tidak Mabrur/Maburah.
• Haji yang mabrur/mabrurah, yakni yang diterima oleh Allah, adalah yang dilakukan dengan ikhlas, menggunakan harta yang halal, serta menghindari perbuatan keji dan fasik.
• Jika seseorang ber-Haji/Umrah dengan harta haram dan niat yang tidak tulus (misalnya untuk pamer), atau tidak sungguh-sungguh menjauhi dosa, maka hajinya bisa tertolak/mardud.
• Jika ibadah Haji/Umrah dilakukan dengan harta hasil rampasan/rentenir, korupsi, atau menjhalimi sanak famili dan keponakan(misalnya, tidak membagi warisan dari pihak ibu dan nenek dengan adil dan benar, menggunakan harta yang didapat dengan cara bathil dari warisan tersebut untuk beribadah), maka ibadahnya tidak akan mendapatkan pahala, melainkan dosa istidraj.
3.Durhaka kepada kedua orang tua.
Seorang yang terlihat rajin beribadah, termasuk pergi Haji atau Umrah, dapat menjadi ahli neraka jika ia durhaka kepada ibu dan bapaknya. Sikap ini menunjukkan kegagalan dalam menjalankan salah satu kewajiban paling dasar dalam Islam, yaitu berbakti kepada kedua orang tua.
4.Berbuat jhalim kepada sesama ummat Islam. Ibadah Haji dan Umrah tidak akan menghapus dosa yang berkaitan dengan hak orang lain (habluminannas). Dosa-dosa ini hanya bisa diampuni jika si pelaku meminta maaf langsung kepada orang yang dirugikan dan melayani dengan sepenuh hati. Contohnya:
Menyelewengkan Dana Haji, Korupsi, dan membuat daftar tunggu atau quota lebih dari 2 tahun.
5.Gagal bertobat dari dosa-dosa besar.
• Beberapa dosa besar tidak diampuni hanya dengan beribadah, seperti syirik (menyekutukan Allah). Jika seseorang melakukan dosa besar lainnya, ia tetap harus bertaubat dengan sungguh-sungguh.
• Haji atau Umrah dapat menghapus dosa-dosa kecil yang telah lalu, tetapi tidak secara otomatis menghapus dosa besar yang memerlukan tobat yang sungguh-sungguh.
• Dosa-dosa besar, terutama yang berkaitan dengan hak-hak sesama manusia (misalnya, hutang atau menjhalimi orang lain), tidak akan diampuni tanpa penyelesaian dengan pihak yang bersangkutan.
6.Tidak ada perubahan sikap setelah beribadah.
Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu tanda diterimanya ibadah haji adalah adanya peningkatan dalam ketaatan dan akhlak yang lebih baik setelahnya. Jika seseorang kembali pada perbuatan maksiat setelah Haji/Umrah, hal itu menunjukkan bahwa ibadahnya mungkin tidak mabrur (mardud).
7.Lalai mendidik anak
Tidak mendidik anak dengan benar, sehingga anak berbuat maksiat yang kemudian menjadi sebab orang tuanya masuk neraka.
Ada kisah mengenai ahli ibadah yang rajin shalat, umrah/haji dan puasa, tetapi ia dihadang masuk surga oleh anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua terlalu sibuk beribadah dan lalai dalam mendidik anaknya, sehingga anak-anaknya terjerumus dalam maksiat dan menyeret orang tua ke neraka.
8.Tidak adanya tafakur dan keikhlasan.
Sebagian ahli ibadah bisa masuk neraka karena tidak bertafakur (merenungi) perbuatannya. Hal ini membuat mereka bisa beribadah dan bermaksiat secara tidak sadar dalam waktu yang bersamaan. Misalnya, menggunakan pakaian atau makanan yang haram untuk shalat.
• Seseorang yang beribadah, termasuk Umrah/Haji, tetapi tidak merenungi perbuatannya dan tetap bermaksiat, maka ibadahnya bisa menjadi sia-sia. Termasuk seseorang yang kurang ikhlas/riya’ dan hanya berfokus pada sisi lahiriah ibadah juga bisa terancam masuk neraka.
9.Sombong setelah berhaji.
Setelah menunaikan ibadah Umrah dan Haji, seseorang bisa merasa sombong atau bangga diri atas ibadahnya. Padahal, tanda Umrah/Haji yang Mabrur/Mabrurah justru membuat seseorang semakin rendah hati dan lebih baik akhlaknya.
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah.
Kita Wajib Paham dan Tahu
MA’RIFATULLAH ATAS IBADAH UMRAH/HAJI YANG MAQBUL DAN MABRUR/MABRURAH
Ibadah Umrah/Haji sebagai ibadah peningkatan Spiritual Religi yang Maqbul dan Mabrur/Mabrurah merupakan ibadah yang membawa perubahan positif bagi pelakunya.
Maka ciri-ciri ibadah Umrah/Haji yang kita lakukan bisa disebut Mabrur/Mabrurah dan Maqbul sebagai anugerah sertifikasi dari Allah ﷻ adalah sebagai berikut :
1) Mendapat Ilmu Hikmah atau ilmu Laduniy langsung dari Allah ﷻ, Weruh Sakdurunge Winarah
2) Kita mendapat anugerah Allah ﷻ bisa melihat dan mendengar keadaan manusia di Alam Kubur, nikmat kubur atau azab kubur.
3) Kita senantiasa mendapat warta dari Allah ﷻ kapan tiba ajal diri kita.
4) Kita mendapat anugerah dari Allah ﷻ bisa melihat dan berkomunikasi dengan seluruh Malaikat Allah dan Jin Islam atau Non Islam, seperti ilmunya Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad ﷺ
5) Senang mendengar maupun memberi Nasehat dan Tawaran hal yang baik pada orang orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah ﷻ, kendati walau sebelumnya tidak kita kenal.
6) Dan anugerah ilmu Hikmah/Laduniy lainnya dari Allah ﷻ , sehingga membuat diri kita selalu rendah hati. Tidak merasa lebih mumpuni atau lebih hebat dari orang lain.
Lihat pernyataan Allah ﷻ yang tersirat dalam :
1) QS.2 Al-Baqarah : 7~10, 245, & 269,
2) QS.3 Ali Imran : 26~27, 3) QS.64 At-Taghabun : 11,
4) QS.57 Al-Hadid : 11, dan
5) QS.61 Ash-Shaff : 7 ~ 13.
Kesimpulan
Pada dasarnya, pahala dari haji/umrah yang mabrur adalah surga, tetapi hal ini tidak menjamin kebal dari dosa dan azab neraka. Ibadah haji dan umrah adalah kesempatan besar untuk menghapus dosa, tetapi harus diikuti dengan tobat nasuha, perbaikan diri, dan akhlak yang baik, terutama kepada sesama manusia.
Jika tidak, seseorang tetap bisa menjadi ahli ibadah yang celaka, karena perbuatan dosa lain yang tidak terhapuskan oleh ibadahnya.
Wallaahu A’lam
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته






