Yusuf Achmad
Ketika seseorang merasa cukup, ia akan menemukan kedamaian yang tidak bisa dibeli oleh materi. Hafsah, seorang mahasiswi sederhana, menjadi contoh nyata. Dengan pakaian yang terbatas jumlahnya, ia tetap merasa kaya karena hatinya dipenuhi rasa syukur kepada Alloh. Sebaliknya, Maryam, yang memiliki segalanya, justru merasa kekurangan karena hatinya selalu dihantui oleh keinginan yang tidak pernah terpenuhi.
Inilah esensi rasa cukup: bukan terletak pada jumlah yang kita miliki, tetapi pada sikap kita terhadap apa yang ada. Rasa cukup adalah kunci kebahagiaan sejati, karena ia memampukan kita untuk hidup di masa kini, tanpa dihantui oleh penyesalan masa lalu atau kekhawatiran masa depan.
Syukur: Jalan Menuju Nikmat yang Lebih Besar
Rasa cukup tidak bisa dipisahkan dari syukur. Syukur adalah ungkapan terima kasih atas segala pemberian Alloh, baik yang besar maupun kecil, yang tampak maupun yang tersembunyi. Melalui syukur, Alloh SWT berjanji akan menambahkan nikmat-Nya. Sebaliknya, kelalaian dalam bersyukur hanya akan mengundang azab-Nya.
Sebagai muslim, nikmat terbesar yang harus kita syukuri adalah Islam itu sendiri. Islam adalah jalan hidup yang mengarahkan kita pada iman, takwa, dan kebahagiaan di dunia serta akhirat. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. mengingatkan, “Nikmat mana lagi yang lebih besar daripada nikmat Islam?” Pernyataan ini seharusnya menjadi renungan mendalam bagi kita semua untuk tidak pernah melupakan bahwa Islam adalah anugerah yang tiada tara.
Menjaga Taman Hati dari Iri dan Tamak
Namun, bersyukur dan merasa cukup bukanlah hal yang mudah. Kita hidup di dunia yang sering kali mempromosikan keinginan tak berujung, menciptakan ilusi bahwa lebih banyak selalu lebih baik. Di sinilah pentingnya menjaga “taman hati” kita. Jangan biarkan rasa iri, tamak, atau ketakutan merusak keindahan hati yang bersih.
Dengan menjauhkan diri dari kecemburuan terhadap apa yang dimiliki orang lain, kita bisa merawat hati kita agar tetap damai. Dengan menanam rasa syukur di setiap sudut hati, kita akan melihat dunia dengan pandangan yang lebih jernih dan penuh kasih.
Menghidupkan Cukup dalam Kehidupan
Rasa cukup dan syukur adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Bersama-sama, keduanya menciptakan kehidupan yang penuh keberkahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dalam keadaan aman, sehat, dan memiliki rezeki untuk sehari, maka seolah-olah dia telah memiliki seluruh dunia.”
Maka, mari jadikan “cukup” bukan hanya sebuah kata, tetapi sebuah cara hidup. Cukup bukan berarti berhenti berusaha, tetapi menerima hasil dengan keikhlasan. Syukur bukan berarti pasrah, tetapi terus mengingat Alloh di setiap langkah. Dengan cukup dan syukur, kita tidak hanya menjalani hidup, tetapi juga merasakan keberkahan di setiap detiknya.






