/1/

DI DALAM JANJIMU, AKU BERTEDUH

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku percaya padamu,
bukan karena kata-kata itu indah
tapi karena kau menyimpannya
seperti akar menyimpan hujan—
dalam gelap, dalam diam,
namun selalu cukup
untuk hidup tumbuh di atasnya.

Janji yang kau ucapkan
bukan kilau di permukaan sungai,
melainkan arus yang tetap mengalir
meski hujan tak turun berbulan-bulan.

Aku mempercayakan amanahku padamu
seperti langit mempercayakan fajar
kepada putaran bumi—
tak pernah tergesa,
namun tak pernah alpa.

Dan ketika yang lain memilih lupa,
kau adalah batu sunyi
yang tak berpaling dari beban,
tak menggugurkan kepercayaan
meski musim mengganti kulitnya.

Sahabat,
di dalam janjimu aku berteduh—
bukan karena kau sempurna,
tetapi karena kau memilih
untuk tetap menjaga
bahkan ketika dunia
menyuruhmu berpaling dari janji kita.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/2/

BUKAN MEMILIKI TAPI MENJAGA

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Kau tak datang untuk menanyakan luka,
tapi duduk di sampingnya
sampai hujan reda.

Aku tak menimbang tawamu,
karena kutahu,
di dalamnya ada bekas air mataku.

Kita bukan saling memiliki,
tapi saling menjaga
agar tak satupun dari kita hilang
di tengah badai
atau pesta.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/3/

KEPERCAYAAN SAHABAT

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Bukan aku yang menuliskan namamu di batu itu—
waktu yang melakukannya,
dengan jemari hujan
dan luka angin.

Sahabat,
kepercayaan ini tak pernah butuh segel,
ia tumbuh seperti lumut:
di tempat yang paling sepi,
di sisi batu yang tak dijamah tepuk tangan.

Janji bukan gema yang nyaring,
melainkan bisik
yang bertahan lebih lama dari suara.

Aku tahu,
kau membawa amanah itu bukan di pundak,
tapi di dalam detak waktu,
dan itu cukup
untuk menjadikanmu langit
bagi musim yang terkadang lupa arah.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/4/

AMANAH YANG KAU BAWA

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku mempercayaimu,
seperti hutan mempercayai api
yang tidak menyala
untuk membakar,
melainkan untuk menghangatkan
akar yang gemetar.

Kau adalah bara
yang tahu kapan diam,
dan kapan menjelma cahaya
tanpa menjadi abu.

Amanah yang kau bawa
tidak meledak—
ia membisik,
ia menyala dari dalam
seperti jantung gunung
yang memilih sabar
daripada megah.

Sahabat,
aku tak menagih janji itu.
Aku hidup di dalamnya,
seperti biji dalam buah
yang tak pernah bertanya
siapa yang akan menanamnya kelak.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/5/

LANGIT DALAM DADA SAHABATKU

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Ada langit kedua
yang tersembunyi dalam dada sahabatku—
bukan langit tempat burung terbang,
tapi langit tempat janji-janji
berkumpul diam
seperti bintang yang menunggu malam.

Setiap amanah yang kutitipkan
tidak hilang di dalamnya—
ia menjadi konstelasi,
menyala,
namun tak pernah silau.

Sahabat,
kau tidak membawa kata-kata itu
sebagai beban,
kau memeluknya
seperti malam memeluk cahaya,
tanpa menggenggam,
namun tak pernah melepaskan.

Dan aku tahu,
kepercayaanku hidup di sana:
bukan sebagai harapan,
melainkan sebagai bagian
dari jantung langit yang tak terlihat
tapi selalu ada.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/6/

JANJI YANG TAK BERSAYAP

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku menaruh kata-katamu
di atas batu yang menghadap matahari—
bukan untuk diuji,
tetapi agar ia hangat
saat dinginnya malam datang terlalu panjang.

Kau tak bersumpah,
tapi aku melihat nyala
di antara jeda suaramu,
seperti pelita kecil
di dasar gua yang tak pernah ramai.

Janji itu tak bersayap—
ia tidak terbang,
tapi bertahan,
seperti akar
yang menyusup ke perut bumi
dan menolak mati
meski tak dijenguk hujan.

Aku percaya padamu
karena kau tak pernah menawar berat amanah,
kau menanggungnya seperti punggung gunung
menyangga langit,
tanpa pernah bertanya:
untuk siapa awan itu disusun,
untuk siapa hujan itu turun.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/7/

BAGIAN HATIMU YANG KAU TITIPKAN

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Kau menaruh amanahmu di tanganku
seperti embun menitipkan rahasia
pada daun yang akan gugur esok pagi.

Tak ada ikrar,
hanya tatapan yang merunduk,
tapi aku tahu:
kau menitipkan serpih dunia
yang tak boleh jatuh sia-sia.

Dan aku menerima,
bukan sebagai beban,
tapi sebagai pohon
menerima gugurnya daun—
bukan akhir,
melainkan bagian dari keutuhan.

Amanahmu menjelma musim
yang tak bisa kutunda,
dan aku tetap berdiri
meski rantingku rapuh,
karena aku percaya:
yang kau titipkan
bukan hanya tugas,
tapi bagian dari hatimu sendiri.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/8/

JANJIMU DI BAWAH KULIT WAKTU

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Sahabat,
janji yang kau ucapkan di hari itu
masih tinggal di bawah kulit waktuku.

Ia tak bersuara,
tapi menghangatkan malam
seperti api
yang tak butuh kobaran
untuk mengerti arti setia.

Aku percaya padamu—
karena kau tidak menunjukkan kekuatan,
tapi luka yang kau jaga
tanpa menjatuhkan yang kau bawa.
Amanah itu tak kau peluk erat,
kau bawa di dalam hatimu.

Dan aku tahu,
kau adalah cahaya
yang tak meminta nama,
namun selalu datang
ketika semua bintang
memilih tiada.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/9/

MENUNGGUMU PULANG

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku tak mengeja angka,
tak menghafal tanggal jatuh tempo—
karena cinta yang pernah kau pinjam
tak berbunga di bursa manusia,
melainkan mekar
di taman yang tak terpetakan
oleh kalkulasi.

Sahabat,
aku tak menulismu dalam kolom hutang,
tapi dalam halaman sunyi
yang hanya bisa dibaca
oleh nurani yang belum mati.

Aku percaya:
kau bukan kabut yang berpura-pura hujan,
kau adalah awan
yang tahu kapan harus kembali
dengan pelangi,
meski langit tak bertanya.

Waktu boleh bungkuk,
musim boleh tertatih,
tapi janjimu—
walau tak bersuara,
telah menjadi getar
di antara reranting yang tetap menunggu
meski dipatahkan badai.

Maka pulanglah,
bukan membawa emas
bukan menyeret maaf,
tapi hadir sebagai dirimu sendiri:
luka yang ingin menepati,
cinta yang ingin menebus,
langit yang masih ingat
janji kepada bumi.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/10/

JEMBATAN PERSAHABATAN

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Tak perlu kau tanya siapa di antara kita
yang pertama memberi,
karena di antara janji yang terucap dalam diam,
semua adalah satu sungai yang mencari laut.

Kita pernah jadi batu,
pernah jadi daun,
pernah jadi bayang yang jatuh di dinding
saling menunggu matahari dari sisi yang berseberangan.

Namun tak pernah kita menyebut
akhir,
karena persahabatan adalah jembatan
yang tidak mengenal tepi—
hanya pijakan yang saling percaya
meski tak selalu bicara.

Jadilah kau angin
yang tetap pulang ke pohon yang memanggil,
dan aku akar
yang tak pernah berniat tumbang
dari kesetiaan.

Sebab langit pun tak pernah meninggalkan amanahnya
meski malam jatuh ribuan kali
di dada kita.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

/11/

SEBAB CINTA TAHU JALAN PULANG

Puisi: Leni Marlina

[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, PPIC, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, ASM, Penyala Literasi, WPM-Indonesia]
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Aku tak menunggumu dengan jari menghitung hari,
tak mematri waktu di dinding kecewa.
Aku menunggumu
seperti bumi menunggu hujan
dengan sabar dan tidak meminta.

Ada yang lebih lembut dari kata janji,
lebih terang dari piutang dan pembukuan—
ia bernama percaya.

Aku percaya padamu
seperti laut percaya pada langit
meski awan tak selalu membalas biru.
Karena bukan kertas yang menuliskan kesetiaan,
tapi napas yang masih menyebutmu dalam diam.

Wahai sahabat,
kita pernah menjadi satu jalan
bernama saling percaya,
dan kau telah menaruh sesuatu padaku,
bukan sekadar angka,
melainkan amanah dari nuranimu sendiri.

Aku tahu,
kau akan kembali.
Bukan untuk melunasi angka,
tapi untuk menggenapkan nurani,
sebab jiwamu adalah perjanjian yang tak mengingkari diri.

Lihatlah,
bahkan bunga pun tak meminta kumbang datang,
ia hanya mekar.
Dan saat waktunya tiba,
segala yang pernah pergi akan pulang—
bukan karena dipanggil,
tapi karena rindunya sendiri.

Dan bila kau tiba,
aku tak akan berkata,
“Akhirnya.”

Aku akan menyambutmu
dengan senyum terindahku
seperti malam di musim semi,
sebab bintang pun tahu:
segala yang bersinar,
akan kembali pada cahaya sejati.

Victoria, Australia, 2012
(Direvisi kembali oleh penulisnya di Padang, Sumatera Barat, NKRI, 2025)

——————————–‐———–
Tentang Penulis: Leni Marlina

Leni Marlina merupakan seorang penulis, penyair, dan akademisi kelahiran Baso, Agam – Sumbar dan berdomisili di Padang. Ia tumbuh dengan kecintaan pada kata dan keyakinan bahwa sastra bisa menjadi jembatan kebaikan antar manusia. Sejak lama, ia melibatkan diri dalam kegiatan literasi dan sastra, baik di lingkungan kampus, sekitar maupun di berbagai komunitas yang lebih luas.

Sejak tahun 2022, Leni Marlina bergabung dalam keluarga besar SATU PENA (Asosiasi Penulis Indonesia) cabang Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Sastri Bakry dan Bapak Armaidi Tanjung. Dalam lingkungan inilah ia banyak belajar dan tumbuh bersama rekan-rekan penulis lainnya.

Pada Mei 2025, Leni diberi kehormatan sebagai Penulis Terbaik Tahun Ini oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam acara Gala Dinner Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3 (IMLF-3). Penghargaan ini ia terima dengan penuh rasa syukur, sebagai bentuk dukungan bagi semangat gotong royong dalam membangun budaya baca dan tulis di tanah air.

Di luar negeri, Leni menjadi bagian dari ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA) yang dipimpin oleh penyair dunia Anna Keiko. Sejak 2024, ia dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA, dan pada 2025 diberi amanah sebagai Ketua Perwakilan Asia dalam kelompok duta puisi ACC SHILA—sebuah kesempatan untuk mempererat jalinan budaya melalui puisi.

Tahun yang sama, ia juga bergabung dengan World Poetry Movement (WPM) Indonesia, yang dikordinasikan oleh Ibu Sastri Bakry, sebagai bagian dari gerakan puisi dunia yang berpusat di Kolombia.

Perjalanan Leni di dunia sastra internasional bermula saat menempuh studi S2 Menulis dan Sastra di Australia pada 2011–2013. Saat itu, ia menjadi anggota komunitas penulis di Victoria dan belajar dari banyak penulis lintas budaya.

Pada 31 Mei 2025, Leni dengan sejumlah komunitas yang dipimpinnya, bersama Achmad Yusuf (sebagai ketua), turut menyelenggarakan kegiatan Poetry BLaD (Peluncuran & Diskusi Buku Puisi) dan IOSoP (Seminar Internasional Online tentang Puisi) 2025, diamananahkan oleh Media Suara Anak Negeri News (di bawah pimpinan Paulus Laratmase) berkolaborasi dengan Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini adalah ruang bersama untuk berbagi semangat dan cinta terhadap literasi, kemanusian dan perdamaian melalui karya saatra, puisi.

Sejak 2006, Leni mengabdi sebagai dosen di Program Studi Sastra Inggris, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia mengajar dan membimbing mahasiswa di bidang bahasa, sastra, dan penulisan. Ia percaya bahwa pendidikan dan karya tulis dan karya kreatif adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.

Di luar aktivitas kampus, Leni juga menulis sebagai jurnalis lepas, editor, dan kontributor digital. Sejumlah karyanya dapat dibaca di: https://suaraanaknegerinews.com/category/puisi-leni-marlina-bagi-anak-bangsa

Leni juga memulai dan mendampingi sejumlah komunitas literasi dan sosial berbasis digital, antara lain:

1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community (PPIC)
3. PPIPM Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat):
https://shorturl.at/2eTSB
https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community (Ling-TC)
6. Literature Talk Community (Littalk-C)
7. Translation Practice Community (Trans-PC)
8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C)