Oleh: joko
Catatan Ziarah RD Ponsianus Ongirwalu, Langkah Iman Vicaris Episcopal di Negeri Emas Spanyol, Menyusuri Cahaya Iman di Balik Dinding Katedral Salamanca
Perjalanan hari ke-11 ziarah Porta Sancta membawa Pastor RD Ponsianus Ongirwalu bersama para peziarah menembus perbatasan Portugal menuju Kota Emas Salamanca, Spanyol – kota bersejarah yang menyimpan pesona iman dan peradaban.
http://suaraanaknegerinews.com | FATIMA – SALAMANCA, Jumat (24/10/2025)
Usai santap pagi, rombongan ziarah yang dipimpin oleh RD Ponsianus Ongirwalu, Vicaris Episcopal Kevikepan Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, meninggalkan tanah Portugal menuju Spanyol.
Hari ke-11 perjalanan rohani Porta Sancta itu menjadi babak baru yang menyingkap pesona Kota Emas Salamanca – sebuah kota yang tak hanya dikenal karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga karena kedalaman sejarah iman yang melingkupinya.
Salamanca: Kota Emas di Jantung Castilla y León
Salamanca berdiri anggun di dataran tinggi Spanyol tengah, dialiri Sungai Tormes yang membelah kota melalui jembatan batu berusia ratusan tahun.
Dengan penduduk sekitar 160 ribu jiwa, kota ini menjadi salah satu permata budaya Eropa dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Bahasa Spanyol yang dituturkan di Salamanca bahkan disebut sebagai bahasa paling murni di Spanyol – sebuah kebanggaan yang menegaskan identitas kota ini sebagai penjaga tradisi.
Di tengah pesonanya, berdiri Universitas Salamanca, universitas tertua di Spanyol yang berdiri sejak 1218 dan masih berdenyut dengan kehidupan akademik hingga kini.
Katedral Salamanca: Dua Gereja, Satu Jiwa
Tujuan utama ziarah hari itu adalah Katedral Salamanca, kompleks megah yang menggabungkan Katedral Lama (Catedral Vieja) dan Katedral Baru (Catedral Nueva).
Pembangunan Katedral Baru dimulai pada tahun 1513 dan memakan waktu dua abad hingga rampung pada 1733.
Batu pasir berwarna keemasan yang digunakan dalam konstruksinya memberi kilau lembut pada setiap dinding dan menara, membuatnya tampak bersinar di bawah cahaya sore.
Arsitekturnya memadukan gaya Gotik dan Barok, hasil karya tangan-tangan maestro seperti Juan de Álava dan Joaquín Churriguera. Di dalamnya tersimpan karya seni religius, patung, dan lukisan yang mengajak setiap peziarah merenung dalam keheningan iman.
Salah satu detail yang menarik perhatian adalah ukiran astronot di gerbangnya, simbol unik yang menjadi bukti bagaimana tradisi dan modernitas bisa berpadu dalam satu ruang sakral.
Ruang Refleksi dan Kesunyian Rohani
RD Ponsianus Ongirwalu bersama rombongan menyempatkan diri berdoa dalam keheningan di dalam Katedral Baru.
Dalam refleksi singkatnya, Pastor Ongirwalu menekankan bahwa ziarah bukan hanya perjalanan jasmani, tetapi juga perjalanan batin menuju pemurnian iman.
“Setiap langkah dalam ziarah ini mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu hadir di setiap sudut sejarah manusia—baik di kapel sederhana maupun di katedral megah seperti ini,” ungkap Pastor Ongirwalu dengan nada lembut namun penuh makna.
Sore di Plaza Mayor: Denyut Hidup Kota Emas
Menjelang sore, rombongan beranjak menuju Plaza Mayor de Salamanca, alun-alun megah berarsitektur Barok yang dibangun antara tahun 1729 hingga 1755.
Dengan luas mencapai 75 x 51,5 meter, plaza ini dapat menampung hingga 20.000 orang dan menjadi pusat kehidupan sosial kota.
Di sekeliling plaza, deretan kafe dan restoran tradisional menawarkan aroma kopi dan masakan khas seperti Hornazo-pai daging yang menjadi kuliner kebanggaan Salamanca.
Saat senja tiba, lampu-lampu di sekitar plaza menyala lembut, menciptakan suasana hangat yang memeluk setiap pengunjung dalam nuansa klasik Eropa.
Cahaya Iman di Negeri Emas
Perjalanan hari ke-11 itu bukan sekadar persinggahan geografis, melainkan momen spiritual yang meneguhkan iman dan persaudaraan di antara para peziarah.
Dari Fatima ke Salamanca, dari doa menuju refleksi, RD Ponsianus Ongirwalu mengajak rombongan untuk melihat bahwa ziarah sejati bukan hanya mencari tempat suci, tetapi juga menemukan kedamaian batin dan cinta yang melampaui batas negara.
Perjalanan ziarah Porta Sancta akan berlanjut menuju kota berikutnya, namun Salamanca meninggalkan kesan mendalam: kota yang menyatukan sejarah, ilmu, seni, dan iman dalam satu panorama keemasan.
Di bawah langit Spanyol yang tenang, langkah RD Ponsianus Ongirwalu dan para peziarah terus bergaung sebagai saksi perjalanan iman lintas batas.






