🏝Butir Butir Pasir Di Laut🏖🏝
Oleh Tb Mhd Arief Hendrawan
–
Lembaga Advokasi Kebudayaan dan Adat Minangkabau (LAKAM)
Dari lembah dan gunung, dari sawah dan rantau,
terdengar gema yang mengguncang bumi pusako:
“Bangkitlah, pewaris adat Minangkabau!”
Begitulah suara leluhur memanggil dari masa silam,
membangunkan jiwa yang sempat tertidur dan tergerus oleh zaman.
Di bawah langit ranah Minang yang bertabur kabut sejarah,
berdiri tegak satu lembaga,
bukan sekadar nama, bukan sekadar wadah,
tapi LAKAM, nyala api yang menjaga marwah dan martabat Bundo Kanduang.
Kami bukan hanya penjaga naskah tua di rak berdebu,
kami adalah nafas perjuangan yang berhembus dari surau ke nagari,
dari rumah gadang ke tanah rantau,
menyambung pusako yang hampir putus oleh tangan waktu.
Kami adalah Bara yang Menyala♨🔥
LAKAM lahir dari panggilan jiwa,
dari darah pejuang yang masih hangat mengalir dalam nadi Ranah Minang.
Kami melihat adat dilangkahi, budaya dikomersilkan,
identitas dilupakan atas nama kemajuan.
Namun kami tak diam.
Kami berdiri dengan pena, kata, dan tindakan
menegakkan yang benar, meluruskan yang bengkok,
dengan semangat api yang tak kenal padam..‼
Biar kami dibakar, biar kami difitnah,
LAKAM takkan mundur sejengkal pun.
Sebab kami tahu, yang kami bela bukan dunia fana,
tapi marwah leluhur yang lahir dari nurani dan iman.
Darah Adat, Nafas Perjuangan
Di setiap langkah kami, ada surau yang menjadi saksi.
Di setiap kata kami, ada do’a Bundo kanduang yang menetes di sajadah pagi.
Kami bawa amanah datuk dan ninik,
bahwa adat bukan pajangan, bukan peninggalan mati,
tetapi ruh yang harus dijaga,
seperti bara di tungku — kecil tapi menghangatkan kehidupan.
Kami berjuang bukan untuk nama,
bukan untuk kursi, bukan untuk gelar,
tapi untuk harkat Minangkabau yang luhur,
yang berdiri di atas petuah dan pepatah:
> “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.”
Itulah kompas kami, yang takkan goyah meski dunia berguncang.
Di tengah ombak globalisasi yang menelan akar,
kami adalah karang yang menolak hanyut.
Kepada Anak Nagari
Wahai pemuda pemudi Minangkabau,
jangan kau lupakan dari mana darahmu berasal.
Jangan biarkan adatmu ditukar dengan gengsi semu,
jangan biarkan budaya leluhurmu redup di layar kaca tanpa makna.
Bangkitlah.
Singsingkan lengan baju, satukan suara,
karena LAKAM bukan sekadar lembaga —
ia adalah roh kebangkitan.
Tempat kita menyalakan kembali api yang hampir padam,
menegakkan keadilan untuk tanah adat,
membela suara yang tertindas,
menulis ulang sejarah dengan tinta kebanggaan.
Janji Kami
Kami bersumpah di bawah langit Minangkabau,
selama talempong masih berdentang,
selama Bundo kanduang masih menenun kain adat,
selama angin masih berbisik di lembah Harau,
LAKAM takkan diam.
Kami akan berjuang di setiap ranah Minang,
dengan kata, dengan karya, dengan nurani.
Kami akan menyala —
menjadi api di dada anak nagari,
menjadi sinar bagi yang kehilangan arah,
menjadi benteng adat yang takkan runtuh,
meski dunia berubah seribu rupa.
Ingatlah, wahai pewaris Minangkabau,
kita tak lahir dari kelemahan, tapi dari keberanian.
Kita tak tumbuh dari keluh, tapi dari tekad.
Dan selama itu hidup di dada,
LAKAM akan terus membara,
menjaga adat, menegakkan marwah,
membela budaya, membakar semangat Minang seluruh Nusantara!






