Oleh: Arsiya Oganara*
Suaraanaknegerinews.com – Surah Hud memuat kisah tentang Nabi Hud as dan para pengikutnya. Tema utama menjelaskan tentang al-Qur’an kitab yang sangat teliti dan rapi sususnanya serta rinci dalam peringatan dan berita gembira.
Surah ini berbicarara tentang kedudukan, keistimewaan al-Qur’an, larangan mempersekutukan Allah dan Nabi Muhammmad saw adalah rasul yang menyampaikan tugas berita gembira dan peringatan khususnya hari kebangkitan.
Surah ini juga menguraikan tentang pengetahuan Allah, penciptaan, pengaturan, dan pengendalian-Nya terhadap alam raya dan semua mahluk serta uraian kebinasaan para pembangkang dan aneka tuntunan bagi yang taat.
Ini merupakan satu-satunya surah yang menguraikan peristiwa air bah yang menenggelamkan kaum Nabui Nuh as.
Surah ini merupakan surah kesebelas dalam Al Qur’an terdiri dari 123 ayat, termasuk golongan surah Makkiyah, artinya diturunkan saat Rosulullah masih di Makkah. Kata lainnya, Rosulullah belum hijrah ke Madinah. Pendapat mayoritas ulama, seluruh ayatnya turun sebelum Rosulullah hijrah ke Madinah.
Surah ini merupakan urutan kelima puluh dua dari segi tertib turunnya. Ia turun sesudah surah Yunus dan sebelum surah Yusuf.
Nama Nabi Hud terulang sebnyak lima kali dan uraian tentang kisahnya merupakan uraian terpanjang bila dibandingkan dengan uraian tentang Nabi Hud di surah yang lain. Kisahnya terdapat pada surah 50 -60.
Adapun tafsir secara singkat berdasarkan Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an” karya M. Quraish Shihab yang diterbitkan oleh Lentera Hati.
Ayat 50 – 52, kaum ‘Ad adalah kaum Nabi Hud as. Ia mengajak kaum ‘Ad untuk mengesakan Allah, ajakan ini tulus tanpa pamrih hanya karena Allah. Ia juga mengajak kaumnya mohon ampun pada-Nya.
‘Ad adalah kelompok masyarakat Arab terdiri dari sepuluh atau tiga belas suku, kesemuanya telah punah. ‘Ad merupakan generasi kedua dari putra Nabi Nuh as bernama Sam. Suku ‘Ad bermukim di asy-Syihr di Hadramaut.
Kuburan Nabi Hud as terdapat disana dan hingga kini merupakan tempat yang diziarahi khususnya menjelang Ramadan. Nabi Hud as keturunan dari suku ‘Ad.
Kemudian, ayat 53 – 55, seruan Nabi Hud as tertolak dan kaum ‘Ad tetap keras hati menyekutukan Allah dengan berhala-berhala sesembahan mereka. Bahkan mereka mengatakan Nabi Hud as orang gila. Maka Nabi Hud as berlepas diri terhadap kekufuran mereka.
Ayat 56, kata ubun-ubun bagi pengguna bahasa Arab apabila hendak menggambarkan kehinaan dan penguasaan terhadap orang lain maka melukiskannya sebagai orang yang ditarik ubun-ubunnya.
Lalu, ayat 57, Allah akan menyiksa dan memusnahkan kaum ‘Ad dan digantikan dengan kaum yang lain, mereka taat pada Allah.
Terakhir, ayat 58 – 60, Allah mendatangkan azab pada kaum ‘Ad. Diuraikan pada QS. Al-Haqqah (69): 6 -8, mereka dibinasakan dengan angin kencang yang sangat dingin selama tujuh malam delapan hari tiada henti, mereka mati bergelimpangan seakan-akan tunggul pohon kurma yang lapuk.
Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba yang selalu tunduk dan patuh pada-Mu. Kabulkanlah permohonan kami. Wallahu a’lam bishowab.
*Profil Penulis:
Arsiya Heni Puspita – Arsiya Oganara adalah nama penanya. Lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi dengan hobi membaca dan travelling.
Hobi ini pula yang mengantarkannya menjadi Professional Journalist yang sudah mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dan dinyatakan Kompeten.
Juga Professional Tourist Guide and Professional Tour Leader, Licensed and Certified dari Disparekraf DKI Jakarta dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Indonesia.
Saat ini mulai merambah ke dunia sastra dan kegemarannya menulis tersalurkan dengan menulis cerpen, puisi, puisi esai, dan lainnya.
Arsiya Oganara sangat senang bertemu dengan orang baru, persahabatan bisa dilakukan melalui medsosnya. FB: Arsiya Heny Puspita. IG: arsiyahenyhdl. Email: hennyarsiya@gmail.com.






