Yusuf Achmad

Bersama debu aku terbang, di langit Ampel bertebaran.
Waktu melupakan, berhenti di pelataran makam.
Dosa membakar, merayap di hati yang gelap.
Berkah menyapa, mengalir di gentong keramat.

Hidup menghilang, penuh misteri dan duka,
Cinta terhirup, tak pernah puas, tak berakhir.
Dia menantang, cita padanya menggoda.
Nasib mengasingkan, tak terlihat, tak terbaca.

Seperti debu yang tak pernah berhenti berterbangan,
Aku terus mencari makna dalam setiap hembusan angin.
Debu-debu di Ampel, aksi bisu perjalanan hidupku.
Mengajarkan bahwa setiap langkah adalah misteri yang harus dipecahkan.

Debu terbang di udara.
Lupa menggantung di benakku.
Dosa merayap di hatiku.
Berkat menyapa di pelataran makam Ampel.
Ingat menyala di mataku.
Luang terbuka di dadaku.
Air menguap di gentong Ampel.
Air keramat menyegarkan jiwaku.

Hilang tak kembali di dunia.
Hidup penuh misteri di sana.
Hirup tak cukup di sini.
Duka tak terobati di mana.
Hati terluka oleh cinta.
Sendiri terasing oleh rintang.
Derita tak berujung oleh nasib.
Cinta tak bertepi oleh cita.

Bersama tak pasti oleh waktu.
Nasib tak terbaca oleh takdir.
Karib tak terlihat oleh debu.
Lagi tak habis-habis oleh nafsu.
Sudah tak cukup-cukup oleh syukur.
Tertantangkah debu itu?
Mati tak terelakkan oleh Illahi.
Illahi tak terjangkau oleh debu.

Nyamplungan lagi dan lagi.
Kampung padat penuh debu.
Debu-debu penuh makna.
Makna-makna penuh tanya.
Tanya-tanya dan tanya.
Tertantangkah debu itu?
Seperti angin tak pernah berhenti berhembus.

Debu-debu ini adalah saksi,
Perjalanan hidup penuh misteri.
Debu suci menempel di sandal pengelana.
Langkah-langkahnya meninggalkan jejak di hamparan doa dan puja.
Hati pecinta, perindu, bahkan si durjana.

Bersatu dalam bahasa pengharapan,
doa, dan rindu yang membara.
Langkah demi langkah, menapaki langit demi langit.
Entah di langit berapa langkahku terhenti.
Meninggi, menurun, ke kanan, kiri, atau menyamping.

Ka’bah berbalut kiswah hitam bertuliskan emas.
Berwibawa, beraura sang Maha.
Berputar-putar adalah hidupku.
Berganti langkah, berbalik, dan kembali lagi adalah jiwa nafasku.

Duhai debu suci yang berbaur rindu.
Tak kan putus silih berganti.
Rinduku sejati tak kan mati.
Seperti bintang yang tak pernah padam di langit malam.
Debu-debu suci ini adalah saksi.
Perjalanan hati yang tak pernah usai.

Surabaya, 3-11-2023