🏝Butir Butir Pasir Di LautπŸ–πŸ
Oleh Tb Mhd Arief Hendrawan

Bandung, Suaraanaknegerinews.com, β€” Warga di kawasan Ciparay, Kabupaten Bandung, dikejutkan oleh peristiwa tragis yang terjadi pada Senin malam (4/11/2025).
Pertikaian keluarga yang bermula dari adu mulut berujung maut, setelah dua orang kakak tega menghabisi nyawa adik kandungnya sendiri.

Korban, pria berinisial R (28), datang ke rumah orang tuanya dengan maksud membicarakan masalah harta warisan. Namun pembicaraan yang seharusnya membawa solusi, justru memicu emosi antara R dan dua kakaknya, A (35) dan S (33).
Perdebatan memanas hingga berakhir dengan aksi kekerasan menggunakan benda tumpul.

Kapolsek Ciparay, AKP Dedi Santosa, membenarkan kejadian tersebut.

β€œBenar, korban meninggal dunia di lokasi akibat luka serius di kepala. Kedua pelaku sudah kami amankan untuk proses hukum,” ujarnya kepada wartawan.

Saksi mata mengatakan, sebelum peristiwa tragis itu terjadi terdengar suara bentakan dan jeritan dari dalam rumah. Saat warga mendobrak pintu, korban ditemukan sudah tergeletak bersimbah darah di ruang tamu.

Polisi menduga kuat motif pembunuhan ini berakar pada sengketa harta warisan. Barang bukti berupa kayu dan batu yang digunakan untuk memukul korban telah diamankan di lokasi kejadian.

β€œTindak kekerasan masalah pembagian harta warisan bukan jalan keluar. Kami imbau masyarakat agar setiap persoalan keluarga diselesaikan dengan musyawarah,” tambah Kapolsek.

Jenazah korban kini telah dibawa ke RS Bhayangkara Sartika Asih untuk keperluan autopsi. Sementara kedua pelaku terancam dijerat Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Warga sekitar masih tidak percaya tragedi kelam ini bisa terjadi di lingkungan mereka.
β€œDulu mereka rukun, sering kumpul bareng. Tapi sejak masalah tanah itu, hubungan mereka mulai renggang,” kata salah satu tetangga dengan nada sedih.

Refleksi Sosial: Amarah yang Merenggut Darah Sendiri

Kasus di Bandung ini menjadi cermin betapa rapuhnya hubungan keluarga ketika dikuasai oleh ego dan harta. Seringkali, warisan yang seharusnya menjadi kenangan kasih sayang orang tua justru berubah menjadi ♨bara api yang membakar darah sendiri.

Tidak ada harta yang lebih berharga daripada keharmonisan keluarga. Ketika kata-kata tak lagi jadi jembatan, maka amarah berubah menjadi senjata.
Dan malam yang seharusnya tenang, berakhir dengan tangisan dan penyesalan panjang.

Semoga tragedi ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Bahwa warisan sejati bukanlah harta, tanah atau uang, melainkan kasih sayang, kemaafan, dan kedamaian di antara saudara.