Penulis : Ririe Aiko (Puisi Esai yang didramatisasi dari keluarga Korban PHK Sritex) (1) Di meja makan, tak terdengar lagi suara piring beradu, Seorang istri mengeluh, Dihadapan sang suami, Yang kini tampak rapuh tak berdaya "Pak, hari ini kita tak punya beras" Pertanyaan singkat, tapi tak bisa dia jawab, Pikirannya penuh luka, Hanya bisa diam seribu bahasa Ia menunduk, mengaduk sisa kopi di cangkir retak, Sambil mencoba mencari jawaban, di dasar gelas yang kosong. Hari itu, meja makan terasa asing, piring-piring berjejer tanpa isi, anak-anak menunggu dengan tatapan polos, mereka tak tahu, bapak telah kehilangan segalanya hari ini. Selembar kertas putih tergeletak di lantai, berisi kalimat pemutus nafkah, tangan yang dulu merangkai kain, kini gemetar tanpa pegangan. Puluhan tahun ia mengabdi, Hingga rambutnya berubah putih. Mengabdikan diri sepenuh hati, menghabiskan separuh hidup, bersama mengikat kenangan, dengan mesin-mesin tua, yang kini ia tinggalkan. PHK adalah berita paling kejam, Menghancurkan resolusi masa depan. Tapi apa daya? Perusahaan tak lagi sanggup membayar. Tak ada negosiasi, tak ada karier pengganti, Semua harus menerima, dengan hati yang lapang. Tapi bisakah pasrah mengisi perut yang lapar? ----000--- Esoknya, si bapak berjalan melewati gerbang pabrik, menatap nama perusahaan yang pernah ia banggakan, Matanya kosong, bingung mencari peluang Di antara sistem yang menjerat banyak aturan Tapi ia tetap mencoba mendatangi satu demi satu, berbagai perusahaan baru. Tapi sayang, Jawabannya selalu sama, "Maaf, usiamu terlalu tua untuk bekerja." Sebaris kalimat sederhana, tapi cukup untuk menenggelamkannya dalam keputusasaan. "Aku memang sudah tua, tapi aku masih bernyawa, aku harus mencari nafkah untuk keluargaku." Ia, lelaki yang tangannya pernah terampil, sekarang menjadi sepasang tangan kosong yang tak tahu harus berbuat apa. Lalu ia pun pulang, berjalan melewati toko-toko yang dulu menjual hasil keringatnya. Baju-baju yang ia jahit dengan teliti, digantung rapi di etalase, tapi tak ada tempat baginya di sana. Malam itu ia kembali pulang, tanpa uang tanpa solusi. Hanya berita tentang kegagalan sebagai pencari nafkah, ia pun tak berani masuk, Hanya duduk lemas di teras, menghitung sisa uang recehan di dompet. Istrinya datang menghampiri, membawa sebuah cerita penuh luka, tentang anak-anak yang terpaksa tidur dengan perut kosong seharian. Bapak lagi-lagi terdiam, membisu seribu bahasa, hanya air matanya yang berbicara. Sakit namun tak berdaya! ------ CATATAN: (1)https://finance.detik.com/berita-ekonomi- bisnis/d-7799604/badai-phk-di-sritex-10-969-karyawan -kena-imbas-sejak-2024-ini-rinciannya #puisiesai02 #30harimenulispuisiesai






