
/1/
RINDU YANG TIDAK PERNAH MENUA
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Ada kehilangan yang tidak pernah benar-benar pergi.
Ada rindu yang tidak pernah menua.
Dan ada cahaya—
yang tetap memanggil kita pulang,
meski kita telah berjalan jauh dari namanya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/2/
SERPIHAN INGATAN DAN RINDU
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Ada malam yang pecah di sudut mata kami,
pecahannya menjelma menjadi burung-burung hitam
yang melayang di pusaran cakrawala,
mencari sarang di nadi takdir—
tempat mimpi dan luka saling berpelukan.
Di tepi sunyi yang tak mengenal tidur,
kami berdiri—
menyulam hari dari benang cinta yang terputus,
menjahitnya dengan jarum kesabaran
yang ditempa dari tulang luka
dan mata air doa yang tak kering.
Rindu menyalakan lilin bintang
di ruang rahasia semesta,
membawa langkah kami menyusuri lorong ingatan
yang menggigil di bawah hujan cahaya,
sementara angin memutar kunci
pintu-pintu masa lalu
yang belum sempat kami kunci.
Ingatan kami adalah medan perang:
di sana gugur nama-nama
yang pernah menjadi rumah bagi jiwa kami.
Namun dari puingnya
kami tumbuh seperti pohon
yang mengakar di retakan batu,
menyerap sinar dari langit terbelah,
menolak runtuh
meski musim mencoba memutus kami.
Kami memungut serpihan itu—
pecahan cermin yang memantulkan wajahmu
dalam ribuan bentuk yang tak pernah utuh,
namun setiap pantulan mengiris,
dan setiap irisan menjadi penegasan
bahwa berdarah pun
adalah cara untuk tetap hidup.
Setiap serpihan kami simpan,
bukan untuk meratap,
tetapi untuk mengasahnya menjadi pisau cahaya—
senjata yang akan kami gunakan
mengiris kabut dari jalan generasi berikutnya,
agar mereka melihat matahari
tanpa harus kehilangan seluruh langitnya.
Di atas meja sunyi,
kami menulis dengan tinta bintang
yang diperas dari langit malam,
membiarkan kata-kata berdarah
agar dunia tahu
betapa panjang jarak
antara kehilangan
dan pulang.
Dan bila suatu hari tubuh ini habis,
biarlah nama kami tinggal di udara,
menyusup ke napas anak-anak,
mengajarkan mereka
bagaimana bertahan,
bagaimana mencinta,
dan bagaimana memanggil pulang
segala yang hilang—
tanpa pernah menyerah.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/3/
KAU YANG PERGI
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kau melangkah,
membawa bau tanah basah setelah hujan,
meninggalkannya di udara yang aku hirup.
Bayangmu memanjang di jalan sepi,
diseret angin ke arah yang tak aku tahu.
Kau tak menoleh— bukan karena lupa,
tapi setiap tatapanmu ke belakang bagiku akan terasa seperti belati yang kembali menancap dan membuka luka lama.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/4/
WAKTU SAAT ITU
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Waktu bagi kita saat itu hanyalah arus yang menelan riak demi riak,
membawa kita menjauh dengan kecepatan yang tak kita sadari.
Di lipatan waktu,
rindu tumbuh seperti akar menembus batu yang membisu.
Waktu terus berjalan,
tapi bagi kita saat itu,
waktu seperti batu diam yang memisahkan dua sungai yang tak pernah bersatu.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/5/
INGATAN TENTANGMU
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Ingatan tentangmu lahir dari retak di dadaku.
Potongan wajah, tawa, dan kata terapung di lautan senyap.
Kadang ingatan itu datang dengan cahaya sekejap, menusuk malam yang pekat.
Kadang ia hanyut,
menjadi debu halus yang aku hirup tanpa sadar,
membuatku sesak tanpa sebab.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/6/
MENGUMPULKAN SERPIHAN INGATAN TENTANGMU
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kau pergi,
meninggalkan bayang yang merambat pelan,
seperti embun pagi yang tak pernah hilang.
Jejakmu— cahaya remang di lorong gelap,
membakar rindu seperti api dalam sunyi.
Waktu berbisik dalam desah angin,
mengubah kumpulan detik menjadi kenangan,
melukis ruang di antara hati yang merindu.
Aku di sini,
membuka pintu jiwa yang terkunci,
mengumpulkan serpihan ingatan tentangmu yang jatuh, seperti daun-daun berguguran dalam senja.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/7/
DI ANTARA LANGKAH YANG MENJAUH
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Di antara langkah yang menjauh, arus waktu yang terus mengalir, dan serpihan ingatan yang tersisa, ada satu benang halus yang tak pernah putus.
Benang itu menautkan kita— bukan di dunia ini,
bukan di ruang yang bisa kita sentuh,
tapi di celah sunyi yang hanya bisa dijangkau oleh rindu.
Di sanalah aku menunggu,
dan kau— entah sadar atau tidak— selalu datang.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/8/
KETIKA AKU MERASAKAN POTONGAN INGATANMU KEMBALI
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Bintang jatuh,
membelah malam.
Ingatanmu,
potongan cahaya—
kembali datang bergetar dalam sunyi.
Rembulan merangkul lautan, senyap tanpa kata.
Zikir alam berbisik,
detak tanpa suara,
menembus hati,
menyatukan jiwa.
Kita terpisah,
tapi cahaya itu—
tempat bertemu, tanpa raga, tanpa waktu.
Potongan ingatanmu,
datang bagaikan pelita lembut,
menuntun langkah ke pintu rahmat-Nya.
Malam saksi bisu,
cahaya jadi doa,
mentari jiwa,
membebaskan rindu menuju pulang ke ridho-Nya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/9/
DI TITIK TERAKHIR BAYANGMU
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Aku berdiri di titik terakhir bayangmu,
tempat tanah memeluk senja dan angin menyalin aroma langkah yang tak kembali.
Langit pecah perlahan, menumpahkan warna yang tak sanggup kugambarkan,
seperti rahasia yang hanya dimengerti burung-burung yang pulang ke sarangnya.
Di sini, waktu bukan lagi arus atau batu,
melainkan pintu tak terlihat yang menganga antara kita.
Aku tak mengetuknya.
Aku hanya menunggu—
sebab aku tahu,
kadang bayang tak butuh pulang,
ia hanya perlu diterima sebagai bagian dari cahaya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/10/
SUNYI YANG MENGAJARKAN NAMA-NYA
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Sunyi adalah guru yang mengajariku menyebut nama-Nya dari palung terdalam hati tanpa suara.
Ia menanamkan kesabaran di sela denyut nadi,
membiarkan rinduku mengalir ke arah yang tak terpetakan.
Di dalamnya,
wajah yang pernah hilang berubah menjadi doa,
dan langkah yang pernah menjauh menjadi jalan pulang ke cahaya-Nya.
Aku tak lagi mencari,
sebab aku menemukan bahwa kehilangan pun bisa menjadi pertemuan,
jika ia diikat oleh-Nya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/11/
LUKA YANG MENUMBUHKAN SAYAP
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Dari luka yang tak pernah tertutup,
tumbuhlah sayap-sayap kecil yang tak terlihat mata,
namun mampu mengangkat kita ke tempat yang tak dijangkau langkah.
Kita terbang di atas sungai ingatan,
menyusuri kelokan cahaya yang menuntun kita ke pelukan langit.
Di sana, air mata yang jatuh menjadi bintang,
dan kenangan pahit menjadi tanah bagi doa-doa baru.
Kita pun mengerti: sayap itu tak lahir untuk melupakan, tapi untuk membawa luka menjadi bagian dari terbang kita menuju-Nya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
/12/
MENEMUKAN JALAN MENUJU-NYA
Puisi: Leni Marlina
[UNP Padang, PPIPM-Indonesia, Satu Pena Sumbar, KEAI, ACC SHILA, Penyala Literasi, ASM, WPM-Indonesia] ☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Rindu hanyalah nama lain dari perjalanan.
Ia tidak selalu membawa pulang,
tapi selalu menuntun pada cahaya yang sama.
Di setiap kehilangan yang kita genggam,
kita menemukan jalan menuju-Nya.
Dan cahaya itu—selalu menunggu,
meski kita telah berjalan jauh dari nama-Nya.
Bukittinggi, NKRI, 2000
Melbourne, Australia, 2011
Padang, NKRI, 2025
———————————
Tentang Penulis: Leni Marlina
Leni Marlina merupakan seorang penulis, penyair, dan akademisi kelahiran Baso, Agam – Sumbar dan berdomisili di Padang. Ia tumbuh dengan kecintaan pada kata dan keyakinan bahwa sastra bisa menjadi jembatan kebaikan antar manusia. Sejak lama, ia melibatkan diri dalam kegiatan literasi dan sastra, baik di lingkungan kampus, sekitar maupun di berbagai komunitas yang lebih luas.
Sejak tahun 2022, Leni Marlina bergabung dalam keluarga besar SATU PENA (Asosiasi Penulis Indonesia) cabang Sumatera Barat, yang dipimpin oleh Ibu Sastri Bakry dan Bapak Armaidi Tanjung. Dalam lingkungan inilah ia banyak belajar dan tumbuh bersama rekan-rekan penulis lainnya.
Pada Mei 2025, Leni diberi kehormatan sebagai Penulis Terbaik Tahun Ini oleh SATU PENA Sumatera Barat dalam acara Gala Dinner Festival Literasi Internasional Minangkabau ke-3 (IMLF-3). Penghargaan ini ia terima dengan penuh rasa syukur, sebagai bentuk dukungan bagi semangat gotong royong dalam membangun budaya baca dan tulis di tanah air.
Di luar negeri, Leni menjadi bagian dari ACC Shanghai Huifeng International Literary Association (ACC SHILA) yang dipimpin oleh penyair dunia Anna Keiko. Sejak 2024, ia dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC SHILA, dan pada 2025 diberi amanah sebagai Ketua Perwakilan Asia dalam kelompok duta puisi ACC SHILA—sebuah kesempatan untuk mempererat jalinan budaya melalui puisi.
Tahun yang sama, Leni juga bergabung dengan World Poetry Movement (WPM) Indonesia, yang dikordinasikan oleh Sastri Bakry, sebagai bagian dari gerakan puisi dunia yang berpusat di Kolombia.
Perjalanan Leni di dunia sastra internasional bermula saat menempuh studi program pascasarjana bidang kepenulisan dan sastra di Australia pada 2011–2013. Saat itu, ia menjadi anggota komunitas penulis di Victoria dan belajar dari banyak penulis lintas budaya.
Pada 31 Mei 2025, Leni dengan sejumlah komunitas yang dipimpinnya, bersama Achmad Yusuf (sebagai ketua), turut menyelenggarakan kegiatan Poetry BLaD (Peluncuran & Diskusi Buku Puisi) dan IOSoP (Seminar Internasional Online tentang Puisi) 2025, diamananahkan oleh Media Suara Anak Negeri News (di bawah pimpinan Paulus Laratmase) berkolaborasi dengan Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini adalah ruang bersama untuk berbagi semangat dan cinta terhadap literasi, kemanusian dan perdamaian melalui karya sastra umumnya dan puisi khususnya.
Sejak 2006, hampir dua dekade, Leni Marlina mengabdi sebagai dosen di Program Studi Sastra Inggris, Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Ia mengajar dan membimbing mahasiswa di bidang bahasa, sastra, dan penulisan. Ia percaya bahwa pendidikan dan karya tulis dan karya kreatif adalah bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
Di luar aktivitas kampus, Leni juga menulis sebagai jurnalis lepas, editor, dan kontributor digital. Sejumlah karyanya dapat dibaca di: https://suaraanaknegerinews.com/category/puisi-leni-marlina-bagi-anak-bangsa
Leni juga memulai dan mendampingi sejumlah komunitas literasi dan sosial berbasis digital, antara lain:
1. World Children’s Literature Community (WCLC): https://shorturl.at/acFv1
2. Poetry-Pen International Community (PPIC)
3. PPIPM Indonesia (Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB https://shorturl.at/tHjRI
4. Starcom Indonesia Community (Starmoonsun Edupreneur): https://rb.gy/5c1b02
5. Linguistic Talk Community (Ling-TC)
6. Literature Talk Community (Littalk-C)
7. Translation Practice Community (Trans-PC)
8. English Language Learning, Literacy, and Literary Community (EL4C)
p to Editor Baca juga: shards-of-memory…sm-wpm-indonesia/





