Oleh: Swary Utami Dewi

Meski telah berpulang, nama besar Rizal Ramli tetap bergaung. Gagasan dan semangatnya tetap terdengar nyaring. Semasa hidupnya, Bang Rizal –demikian saya dan banyak aktivis biasa memanggilnya– dikenal sebagai ekonom yang selalu bersuara keras terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Ia aktivis sejati yang tak lelah berjuang untuk mewujudkan cita-citanya. Ia intelektual organik yang selalu berani menyuarakan kebenaran, bahkan ketika ia tengah ada di lingkaran kekuasaan. Di mata banyak orang, Bang Rizal adalah cermin keberanian total dan keteguhan hati yang langka.

Kesan-kesan di atas juga muncul di acara diskusi dan peluncuran buku Mengenang Rizal Ramli: Catatan Para Sahabat. Buku bersampul biru ini disunting saya sendiri, bersama-sama Arief Gunawan dan Herdi Sahrasad. Peluncuran dan diskusi buku diselenggarakan di Kampus Trinity, Universitas Paramadina, Jakarta, pada Jumat, 17 Oktober 2025. Bertindak sebagai moderator acara adalah putra Bang Rizal, Dipo Satria Ramli.

M. Subhi Ibrahim, intelektual muda dari Universitas Paramadina, memberikan sambutan singkat selaku tuan rumah. Ia mengatakan bahwa Rizal Ramli adalah sosok yang selalu menyalakan semangat untuk berpikir kritis.

Hariman Siregar, aktivis 1974 yang merupakan aktivis legendaris sepanjang masa, menuturkan, “Yang saya salut dari Rizal adalah keberanian dan loyalitasnya. Ia punya konsistensi dalam memperjuangkan keadilan. Ekonomi tanpa keberpihakan adalah sekadar angka-angka dan penderitaan bagi rakyat,” katanya. Menurut Hariman, Rizal selalu percaya pada cita-citanya—sesuatu yang patut dicontoh oleh generasi muda.

Mahfud M.D. menambahkan, “Kepergian Mas Rizal membuat kita kehilangan energi untuk terus menjaga Indonesia pada arah yang tepat. Mas Rizal selalu menjaga kejujuran dan kelurusan para pemimpin. Ia orang yang paling berani dan tidak pernah takut mengkritik, termasuk ketika ia sedang berada di dalam kekuasaan.”

Bursah Zarnubi, Bupati Lahat dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi), menilai pemikiran ekonomi Rizal Ramli sangat relevan hingga kini. “Bang Rizal selalu berapi-api ketika berbicara tentang keadilan dan kesejahteraan. Isu-isu itu tetap menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” ujar Bursah. “Ia adalah salah satu guru saya,” imbuhnya.

Indro Cahyono, sahabat seperjuangan dari angkatan 1977-1978, mengatakan bahwa Rizal Ramli adalah pejuang yang tidak pernah berhenti. “Ia berpolitik dengan dasar nilai. Nilai keadilan dan kebaikan selalu ia perjuangkan,” tuturnya.

Jumhur Hidayat, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), mengingatkan kembali sisi kemanusiaan Rizal yang jarang dibicarakan. “Bang Rizal protes keras saat saya dan dua aktivis lain diborgol polisi karena cuitan kami di Twitter. Ia juga mengirimkan pengacara untuk membantu,” kata Jumhur. “Dalam suatu aksi besar gerakan buruh, Bang Rizal juga hadir dan berorasi bersama kami,” tambahnya.

Herdi Sahrasad, dosen Paramadina yang merupakan salah satu editor buku ini, menyebut bahwa Rizal Ramli sering menekankan pentingnya solidaritas prodemokrasi. “Para kapitalis predatoris lebih suka mengutamakan akumulasi modal. Mereka bersimbiosis dengan penguasa untuk melakukan korupsi, sementara rakyat makin miskin,” ujarnya. “Bang Rizal melawan semua itu dengan segenap pengetahuan dan integritasnya.”

Saya tentu sepakat dengan semua pendapat di atas. Bagi saya pribadi, Bang Rizal Ramli adalah sosok yang tidak hanya berpikir besar, tetapi juga hidup dengan konsistensi pada keyakinannya. Ia menunjukkan bahwa nilai keadilan, kejujuran, dan cinta pada rakyat tak bisa ditawar-tawar. Di tengah dunia yang mudah menyerah pada kompromi, Rizal Ramli memilih tetap tegak. Ia sekaligus mengajarkan kepada kami, yang lebih muda darinya, bahwa berpihak kepada rakyat bukanlah sikap romantik, melainkan kewajiban moral dari setiap intelektual dan warga negara.

Pada akhirnya, saya ingin mengatakan bahwa bisa menyunting buku tentang Bang Rizal merupakan bentuk cinta dan hormat saya kepada seorang aktivis senior, yang sepanjang hidupnya menunjukkan konsistensi perjuangan yang luar biasa. Bang Rizal memang bukan sekadar pemikir. Ia juga seorang pejuang moral, yang percaya bahwa kekuasaan yang benar haruslah berpihak pada keadilan dan kemanusiaan. Ia selalu menegaskan bahwa keadilan sosial adalah penting, dan tanpa keberpihakan, pembangunan hanya akan menjadi statistik tanpa makna.

Kini, ketika kepergiannya masih meninggalkan ruang hening di hati banyak orang, saya ingin kembali mengenangnya dengan menghadirkan kembali puisi yang saya tulis pada awal Januari 2024, beberapa saat sesudah saya mendengar berita wafatnya beliau.
*****

Rajawali itu Rizal Ramli

Rajawali itu terbang tinggi mengangkasa
Tinggi dan tinggi
Kepak kokohnya tak pernah menyurut
Meski sering badai berupaya menghentikan

Rajawali itu senantiasa ramah dengan para rajawali kecil
Ia memilih menaungi
Lebih banyak ia tertawa meski kadang muncul sikap geli
melihat kegirangan piyek yang masih haus berguru

Ia tidak sempurna
Persis seperti ketidaksempurnaan semua manusia
Tapi justru itulah yang membuatnya
mau dan mampu untuk selalu berteriak terhadap ketidaksempurnaan negeri ini

Kepret… Bang
Tajam dan lugas tanpa sumbang ia bersuara
Tidak pula dibalut kepura-puraan
Tidak juga untuk menyenangkan para penguasa
Kepret, Bang
Dan wacananya kerap membuat merah telinga

Rajawali tetaplah rajawali
Ia mampu menggetarkan angkasa dengan sayapnya
Ia bisa menggugah nurani meski kadang merasa sendiri
Ia sadar jalan kritis memang selalu berduri dan kerap tak banyak diikuti
Dan kesejatian diri sang rajawali tetap tak terganti

Kini…
Pergi… pergilah engkau setinggi yang engkau mau
Terbang… terbanglah mengangkasa tanpa perlu engkau kembali
Karena baktimu sudah selesai untuk bumi

Wahai rajawali
Engkau sudah membuktikan dirimu memang sejati
Dan rajawali itu adalah Rizal Ramli