Oleh: Paulus Laratmase
–
Kepala BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Papua) Dr. Junus Simangunsong, S.Si.,M.T., ketika ditemui suaranaknegerinews.com di SD Inpres Fandoi, Distrik Biak Kota, ternyata Tim BPMP dari Ibu Kota Provinsi Papua sedang melaksanakan pembersihan lingkungan sekolah baik di dalam ruang kelas dan di halaman sekolah.
Tim BPMP berjumlah 21 orang hadir di kabupaten Biak Numfor dalam rangka “Bedah Literasi” di mana SD Inpres Burokub menjadi pilihan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor sebagai sekolah percontohan.
“Satuan Pendidikan harus ditata agar menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar,” demikian Kepala BPMP Papua, Dr. Junus Simangunsong mengawali wawancaranya.
Junus Simangunsong menjelaskan, “Kurikulum merdeka balajar sudah lama diterapkan di seluruh Indonesia termasuk kita di Papua. Konsep literasi dan numerasi menjadi inti dari pendidikan dasar bagaimana menata sekolah sebagai pusat belajar yang memikat peserta didik sedemikian rupa sehingga mudah menginternalisasi konsep riil pembelajaran kontekstual di mana siswa melihat dan merasakan apa yang dialami langsung sehingga dijadikan pengetahuan praksis bagi dirinya di masa depan.”
Ia mencontohkan, “Literasi kebhinnekaan adalah pendidikan untuk mengedukasi nilai-nilai keindonesiaan yang tercermin dalam nilai-nilai pancasila yang lebih membumi, kontekstual, dan mudah dipahami siswa, melalui pendekatan literasi kreatif. Tujuan besarnya adalah melahirkan semakin banyak pelajar yang menjadi Duta Pancasila yang aktif menyampaikan pesan-pesan Pancasila untuk kerukunan dan perdamaian bangsa, di komunitas sekolah yang menyenangkan, misalnya di dinding luar sekolah, dilukis rumah ibadat yang menggambarkan tempat ibadat semua agama di negeri ini. Dengan demikian sila pertama Pancasila mudah diinternalisasi konsep bagaimana kerukunan beragama dalam relasi-relasi sosial siswa sejak dini di sekolah.”
“Perpustakaan tidak menjadi tempat ditaruh buku dengan cara menumpuk. Penataan perpustakaan harus menarik siswa dan memikat siswa agar selalu masuk dan membaca berbagai buku yang memberikan informasi pengetahuan bagi dirinya,” ungkap Dr. Junus Simangunsong.
“Jika sekolah tidak menyenangkan, maka diandaikan apa jadinya. Perpustakaan SD Inpres Burokup, bapak lihat sendiri. Ruang guru sekarang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi contoh sebuah perpustakaan ramah terhadap minat siswa membaca. Belajar tidak harus dari guru sebagai pusat informasi. Siswa sendiri akan mencari informasi pengetahuan jika lingkungan memungkinkan untuk itu. Dan SD Inpres Burokub selama beberapa hari ke depan akan ditata menjadi percontohan atau model sekolah yang ramah literasi,” jelasnya.
Diharapkan pada tanggal 17 Agustus 2024 nanti, “Bedah Literasi” SD Inpres Burokup menjadi contoh/ model bagi Biak Numfor dalam menatap sekolah ramah literasi bagi peserta didik di Kabupaten Biak Numfor.