Oleh : Ferry Lasan Bataona
Editor: Paulus Laratmase
–
Gereja Ratu Rosari Suci Tuminting (senin 15/7/2024) berdandan cantik dengan tenda-tenda bertebaran menampung ribuan umat pada misa syukur 40 tahun hidup membiara 10 imam tarekat MSC: P. Joseph Pontoan , P. Canis Rumondor, P. Herry Purasa, P. Sujoko, P. Purwanto, P. Albert Yamlean, P. Edo Besembun, P. Karol Jamrevav, P. Igo Sarkol, P. Hans Rettob.
Misa dipimpin Superior Daerah Kaltim-Sulawesi P. Kor Kuli Keban. Turut bergabung sejumlah imam senior, mulai dari yang tertua yang oleh muda disapa “bapa Abraham” P. John Tinggogoy, mantan pembina P. Hendro Riberu, P. Adrie Budi, P. Frans Mandagi, P. Manu Ohoiwutun, P. Polce Pitoy, P. Vianey Untu dan lain-lain.
Mgr. Rolly Untu, walaupun sibuk menerima tamu di Keuskupan, masih sempat datang bergabung dengan umat yang bersukacita di Aula Paroki. Misa syukur ini juga sekaligus untuk merayakan 31 tahun hidup membiara P. Jefry Bogia MSC, pastor rekan Paroki Ratu Rosari Suci Tuminting.
Koor Paroki dengan dirigen andalannya Marcelinus Kilapong membuat suasana semakin semarak dengan lagu Halleluya karya F. Handel yang membahana di akhir misa. Koor yang sama mem-back up lagu wajib tarekat MSC, ketika puluhan imam tarekat MSC itu membentuk corona melingkari altar dan menyanyikan lagu berhahasa latin yg sangat menyentuh rasa. Sungguh suatu nyanyian hati yg penuh syukur dan bahagia:
“Ametur ubique terrarum Cor Iesu Sacratissimum in aeternum”
(Semoga dikasihilah di seluruh bumi Hati Kudus Yesus, sampai selama-lamanya).
Suasana yang hangat dan akrab penuh rasa persaudaraan begitu terasa. Masih dalam perarakan keluar dr gereja selesai misa, barisan para imam biarawan itu “dicegat” dengan uluran jabat tangan umat kiri kanan.
Saya terkesan dengan penampilan sederhana seorang imam P. Antonius Tukiran MSC, dari Watutumou, yang datang ke tempat acara dengan mengendarai kendaraan dinasnya sebuah motor, dan sempat ngobrol dengan imam yang rendah hati ini.
Berjalan sendiri ke arah Aula paroki di tengah hiruk pikuk manusia, seorang ibu menghadang saya dan menyalami dengan sangat santun.
“Selamat malam Pastor. Maaf, ini pastor siapa?” Saya tersenyum dan menjawab bahwa saya bukan pastor. Dan jangan ragukan orang manado kalau bikin pesta. Di Aula, di tenda-tenda makanan-makanan pesta dihidangkan berlimpah rua. Itulah ekspresi rasa syukur dan bahagia mereka.