
Oleh Wensislaus Fatubun
–
Sejak 10 November 2023, Pemerintah Indonesia mulai mengembangkan proyek strategi nasional (PSN) di Malind makan (baca: kabupaten Merauke). Sebulan sebelumnya, 10 Oktober 2023, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah akan menetapkan proyek lumbung pangan terintegrasi (food estate) berlokasi di Merauke, Provinsi Papua Selatan, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. KEK Merauke ini difokuskan pada produksi padi dan tebu dengan luas lahan mencapai 2 (dua) juta hektar. Dalam berbagai pernyataan yang dipublikasi di media, perwakilan Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kebijakan pembangunan ekonomi di Tanah Papua itu sebagai upaya untuk “membuka daerah yang terisolasi”, “konektivitas total”, “menurunkan harga barang”, “tingkatkan ekonomi masyarakat Papua”, “kemajuan Papua”, “mendorong pertumbuan ekonomi nasional Indonesia”, dan “ciptakan pemerataan pembangunan.”
Upaya pemerintah Indonesia melalui proyek strategi nasional itu mendapatkan ragam reaksi, baik dari pihak organisasi masyarakat sipil, tokoh-tokoh agama, para akademisi maupun orang asli Papua di Malind makan dan juga ahli-ahli independen dari Perserikatan Bangsa Bangsa. Ada reaksi dengan pendapat yang mendukung, tetapi ada juga yang kontra. Misalnya, pada 25 September 2024, Uskup Agung Merauke mengeluarkan pernyataan ke publik bahwa ia mendukung proyek strategi nasional, karena ada tujuan memanusiaakan orang dengan pertanian. Namun, ada pendapat yang berseberangan datang dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Pada 24 Juni 2025, misalnya, PBB mengecam proyek lumbung pangan di Malin makan karena menggusur masyarakat adat. Sebelumnya, pada 7 Maret 2025, beberapa pelapor khusus Perserikatan Bangsa Bangsa mengirimkan surat terpisah kepada pemerintah Indonesia dan pengembang proyek utama, PT Global Papua Abadi (GPA) atas tuduhan bahwa mereka telah menggusur masyarakat adat, membuka hutan tanpa izin, dan mengerahkan pasukan militer untuk membungkam perbedaan pendapat. Pendapat yang senada dengan PBB juga datang dari perwakilan organisasi masyarakat sipil dan beberapa akademisi yang menuduh pemerintah dan perusahan telah melakukan pelanggaran terhadap hak-hak masyarakt adat di Malind makan.
Terlepas ragam pendapat dari berbagai pihak, bagaimana dengan Malind anim sendiri? Apa respon Malind anim terhadap proyek strategi nasional?
Menghadapi proyek strategi nasional itu, beberapa anggota Malind anim membentuk Forum Masyarakat Malind Kondo Digoel (FORMAMA) pada tahun 2024. Forum ini, yang dikoordinir oleh Simon Balagaize, seorang anak muda Malind asal kampung Wambi. FORMAMA adalah ruang konsolidasi Malind anim dalam mengadvokasi perlindungan hak-hak mereka sebagai penduduk asli di kabupaten Merauke. Yasinta Moiwend (60), perempuan Malind Maklew anim yang sangat aktif mengadvokasi hak-hak Malind anim dan lingkungan hidup yang terkena proyek strategi nasional di wilayah adat Malind Maklew anim bersaksi bahwa proyek strategi nasional telah menghancurkan adat dan tanah (makan) Malind. Menurut Yasinta Moyuwend, “Tanah yang digusur itu adalah mama kami. Tuhan sudah sediahkan tanah untuk kami. Kami lahir, kami menginjakkan kaki di tanah itu. Kami mengolah tanah itu untuk dapat makan dan minum.” Pernyataan ini Moyuwend ucapkan dalam pertemuan informal bersama Pelapor Khusus PBB untuk masyarakat adat di kota Jayapura pada 4 Juli 2025. Pernyataan senada juga datang dari Vinsen Kwipalo, anggota Malind anim yang aktif bersama FORMAMA. Kwipalo mengalami hak-haknya sebagai masyarakat adat telah dilanggar oleh pihak pemerintah dan perusahan melalui proyek strategi nasional. Respon warga Malind anim dan FORMAMA itu bukan hal baru bagi Malind anim.
Sebelumnya, sejak tahun 2003, beberapa warga Malind anim telah berjuang untuk melindungi hak-hak mereak. Misalnya, gerakan Tiga Buta dari warga pantai Barat pulau Kimaam yang dikoordinir oleh Paulina Imbumar dari kampung Kawe, gerakan Sasi Mayan dari `anggota Malind Maklew anim, dan gerakan Salib dan Misal dilakukan oleh komunitas Malind Mbian di kampung Muting bersama Nico Rumbayan, MSC, seorang pastor Katolik dari misonaris Katolik dari Konggregasi Hati Kudus Yesus (MSC). Fenomena gerakan Malind anim itu memperlihatkan adanya upaya mempertahankan diri dan melindungi sumber daya yang mereka miliki. Hal itu memperlihatkan sebuah arah yang berlawanan dengan gagasan pemerintah Indonesia membangun Tanah Papua.
Apa yang ditawarkan oleh Malind anim?
Adakah rintisan jalan yang ditawarkan oleh Malind anim untuk membangun Malind makan (Merauke). Saya melihat bahwa response Malind anim itu perlu juga dibaca sebagai inisiatif kesejahteraan masyarakat “oleh Malind untuk Malind.” Inisiatif itu bermakna dan berbasis pada konsep Malind anim tentang pembangunan apa pun yang dirancang itu harus (selalu) menjadi pusat dalam memajukan gagasan tentang kesejahteraan yang memelihara kehidupan bersama yang baik (harmoni), sehingga mengakhiri keterpisahan antara mereka yang mempromosikan inisiatif dan mereka yang terdampak olehnya. Hal ini sejalan dengan visi pembangunan global dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menggarisbawahi pentingnya kesejahteraan bersama dan tidak ada yang tertinggal atau termarginalisasi (UNDP, 1990).
Konsep kesejahteraan Malind anim
Kesejahteraan adalah konsep dinamis yang terus berubah karena interaksi interaktif antara komponen politik, ekonomi, budaya, dan sosial kehidupan manusia. Dalam konsep para akademisi non masyarakat adat, aktivitas dan proses pencapaian kesejahteraan seringkali bersifat individual dengan ukuran ekonomis. Sebaliknya, Malind anim merekonseptualisasi kesejahteraan dari sudut pandang komunal dan kolektif di mana kohesi dan relasionalitas memainkan peran krusial. Memahami bagaimana kesejahteraan dipahami di tingkat komunitas sangat penting bagi setiap program atau intervensi yang berkaitan dengan komunitas. Pengalaman dan pemahaman tentang makan (tanah) dan rasa memiliki juga berkontribusi pada kemajuan menuju pencapaian kesejahteraan. Perjuangan Malind anim menegaskan bahwa program pembangunan seperti proyek strategi nasional itu harusnya selaras dengan kebutuhan untuk memfasilitasi gagasan orang asli Papua tentang kesejahteraan kolektif di Tanah Papua.
Gagasan itu tentu ada hubungan dengan konsep nakali, nakalu dan iham dalam komunitas Malind anim di Malind makan (Merauke) dimana menggambarkan kehidupan yang baik adalah kehidupan yang terhubung satu sama lain, termasuk makhluk hidup dan benda mati serta lingkungan sebagai bagian dari pencapaian kehidupan bahagia tersebut. Semua ini mengarah pada gagasan holistik tentang kesejahteraan, yang semuanya diinformasikan dan dilembagakan dalam kerangka Sistem Pengetahuan Adat. Artinya, kesejahteraan secara holistik dan kolektif, yang mengacu pada rasa kolektif dalam memenuhi tanggung jawab komunal atau adat.
Hal ini tentu saja memerlukan praktik-praktik resiprositas yang diatur oleh nilai-nilai yang menekankan pentingnya memastikan bahwa setiap orang diurus dengan sumber daya komunitas. Komponen holistik kesejahteraan terpenuhi melalui pemenuhan tujuan terkait kebutuhan fisik, sosial, budaya, psikologis, dan spiritual, serta diperkuat oleh pengetahuan dan nilai-nilai masyarakat adat, seperti berbagi, kasih sayang, kerendahan hati, kebaikan hati, dan integritas. Nilai-nilai ini dianut dan dipahami dengan berbagai istilah dalam mite, lagu dan tarian Nggat-Zi atau Nggat-Hai atau tari Ele dalam komunitas Malind anim. Misalnya, pada tahap inisiasi Mbulalo, tahap inisiasi dimana seorang Malind diperkenalkan dengan hiasan atau atribut dema sebagai anggota klan Malind anim ditutup upacaranya dengan Weglah dari para Mitawal, sebagai berikut: “Namha Malind ko-oh. Malind makan ahan kamb. Ndom mambali amo hain makan ehe, makan epe ahan kame hasib” (Terjemahan: Sekarang ini engkau adalah Malind anim. Tanah Malind adalah milikmu. Jika berbuat tidak baik terhadap tanah ini, dia akan membunuhmu).
Mengendalikan cara produksi dan mendukung kerabat
Swasembada dan kemandirian telah menjadi tujuan mencapai kesejahteraan dalam komunitas Malind anim turun temurun. Dahulu kala, para leluhur Malind anim di kampung-kampung menjunjung tinggi prioritas untuk melindungi dan melestarikan cara produksi mereka, dan di sinilah Pengetahuan Adat berkembang dengan tata kelola adat sebagai alat dan mekanisme untuk mempertahankan kendali atas sistem produksi mereka. Hal ini krusial dan rahasia bagi para leluhur kami, mulai dari mengolah tanah hingga memanen sumber daya dari laut, yang sama rahasianya dengan mengasuh dan membesarkan anak dalam sebuah keluarga. Protokol budaya khusus telah diterapkan, yang terhubung dengan pemahaman faktor-faktor lingkungan dan ekologis, yang juga berpusat pada kemampuan mereka untuk memahami semua keterkaitan yang ‘tak terlihat oleh mata telanjang’ ini. Misalnya, tradisi minum wati, atau teknik membangun Topa (bedeng) dengan wambad (mencangkul dengan sekop) dimana di atas Topa itu ditanami Kemb (keladi), Kav (Gembili), dan Nal (sejenis Gembili). Ada lebih banyak praktik budaya Malind anim seputar pemeliharaan dan kesakralan cara produksi ini karena merupakan jawaban utama untuk kemandirian, saling ketergantungan, responsif terhadap kebutuhan satu sama lain, dan kebaikan bagi seluruh masyarakat. Intinya selalu tentang menjaga semua kerabat.
Kesejahteraan diri memang krusial, tetapi agar diri bahagia, seorang Malind anim perlu terhubung dengan kebahagiaan orang-orang di sekitar seseorang, keluarga, klan, suku, atau bangsa, atau bahkan tanah dan sistem pendukungnya. Unit-unit dasar masyarakat dan tatanan masyarakat inilah yang menjadi pilar kesejahteraan kolektif dalam komunitas Malind anim sebagaimana juga tercermin dalam gerakan Kolut pere atau gerakan merawat jejak leluhur dari Malind Marori di kampung Wasur.
Cara produksi Malind anim dapat merujuk pada produksi dan pengumpulan makanan, baik di darat maupun dari laut, serta semua praktik yang menjaga dan memastikan keberlanjutan dan pemahaman akan batasan ekologis. Dalam skenario kampung, apa pun yang diproduksi atau dikumpulkan dibagikan (distribusi), memastikan kebutuhan setiap orang terpenuhi. Lebih banyak akan diproduksi (surplus). Namun, bukan tugas seseorang untuk mengumpulkan produk seperti makanan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk memastikan bahwa orang-orang mengakses sumber daya secara sama, termasuk dalam situasi yang sulit. Hal ini dengan jelas diajarkan dalam mite penciptaan menurut aliran kepercayaan Malind Mayo Bodol. Leluhur Malind anim dulunya mandiri dan bebas, karena berbagai alasan, termasuk kemampuan untuk bekerja sama demi kebaikan masyarakat, menekankan nilai-nilai adaptasi dan kolektivitas lokal, memastikan keadilan sosial-ekologis, dan menjaga kesejahteraan setiap orang. Agar hal ini terjadi dalam masyarakat, dan“kamopha katalob-la es-hanid naggo”, dalam bahasa Indonesia “agar kehidupan ini dapat berlangsung terus”.
Malind anim menjunjung tinggi bagaimana kehidupan selalu berkaitan dengan kearifan, prinsip, dan nilai-nilai, yang memastikan bahwa setiap orang memainkan perannya sebaik mungkin, misalnya jika seseorang atau keluarga memancing atau menjaring ikan atau udang di rawa tertentu, dia berdoa atau mengucapkan mayan (doa singkat), sebagai berikut: “Amay ay, dakum kamonai idih. Nok awe /muy anai og samb” atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, “Moyang perhatikan tali pusar kami. Kami minta berikan ikan/daging yang banyak”. Selain Mayan atau sering diucap juga mean, ada juga Nggamo. Nggamo adalah kalimat-kalimat pendek yang sudah sudah terrumus dan tetap lalu diucapkan pada saat diperlukan untuk tujuan tertentu. Ini dapat berupa kutukan atau permintaan. Rumusan dari kalimat ini diwariskan dari moyang ke cucunya, dari generasi tua ke generasi muda. Ini dapat disamakan dengan mantera, tetapi juga sebuah nasehat moral untuk menghargai alam sekitar dan merawat hubungan dengan leluhur dan kerabat.
Tujuh elemen kesejahteraan Malind anim dalam (melalui) inisiatif komunitas
Mengejar kebaikan kolektif juga merupakan komponen yang digunakan dalam eksplorasi budaya kebahagiaan, yang bersumber dari rasa sejahtera. Komunitas Malind anim tidak ditampilkan dalam studi (survei) kebahagiaan lintas budaya global, termasuk Laporan Kebahagiaan Dunia dan Basis Data Kebahagiaan Dunia. Namun, dalam studi lapangan saya pada tahun 2013 – 2014 di distrik Tubang, kabupaten Merauke, saya melihat Malind anim mengutamakan kekayaan sosial-budaya dan menunjukkan kekerabatan, dan tradisi yang jauh dari cara konsumerisme ala modernitas.
Oleh karena itu, integrasi konsep kesejahteraan Malind anim sangat diperlukan dalam pembangunan di Malind makan (Merauke). Integrasi konsep kesejahteraan Malind anim untuk memajukan pembangunan yang bermakna dan penuh harapan harus menjadi inti dari setiap konsep pembangunan, termasuk inisiatif pembangunan di Tanah Papua.
Pemahaman Malind tentang integrasi kesejahteraan dalam pembangunan itu tertanam dalam filosofi, protokol, metode, dan pendekatan budaya yang selaras. Misalnya, gerakan Kolutpere yang sedang dikembangkan oleh Agustinus Mahuze dan warga Malind Marori di kampung Wasur dimana memahami dan mempraktikkan nilai-nilai adat dan etos Malind Marori yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan.
Masyarakat Malind itu beragam yang mendiami wilayah ekologi pesisir, tepian sungai dan hulu sungai serta rawa dan sabana. Wilayah ekologi mempengaruhi pola hidup mereka. Ada Malind Maklew anim, Malind Kima-Khima banim, Marori, Marind Mbian anim, Yeinan, dan Kanume, namun serupa dalam banyak hal, dengan setiap komunitas yang memiliki karakteristik khas. Karakteristik ini memengaruhi individu, keluarga, dan komunitas, membentuk perilaku, proses pengambilan keputusan, dan motivasi untuk berubah. Meskipun keragaman dalam komunitas Malind anim, beberapa nilai budaya yang lestari berfungsi sebagai elemen pemersatu. Sebagaimana diuraikan di bagian sebelumnya, saya menyimpulkan bahwa tujuh elemen pemersatu dalam komunitas Malind, yakni keluarga, kolektivisme (kerabat), konsensus, timbal balik, rasa hormat, spiritualitas, dan cinta. Tujuh elemen ini harus mejadi indikator kesejahteraan manusia di Tanah Papua. Artinya, sudah saatnya para pihak mengukur keberhasilan pembangunan itu berbasis pada element yang telah disediakan, dihidupi dan dipraktekan oleh penduduk asli Papua, khususnya Malind anim.





