Dilaporkan oleh: Paulus Laratmase

Tulisa ini merupakan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor Turbey O. Dangeubun, S.Pi.,M.Si, tanggal 5 Juli 2024, sehari setelah Penutupan Festival Munara Wampasi yang dilaksanakan sejak tanggal 1-4 Juli 2024 di Vanue Utama Area Pantai Kasumasa, Kampung Samau, Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. Wawacara ini ditulis dalam sebuah artikel yang seluruhnya merupakan buah pemikirannya.

Munara Wampasi adalah salah satu bentuk kearifan lokan Masyarakat Adat Suku Biyak (baca:Biak) yang mendiami Pulau Biak, sebuah kabupaten di bagian utara pulau Papua terkait bagaimana mengelola iklim dalam tradisi menangkap ikan di laut  pada saat terjadinya pasang surut.

Munara Wampasi menjadi iven tahunan yang telah dilaksanakan 8 kali sampai tahun 2024. Iven ini didasari oleh kekayaan budaya, seni dan kekayaan intlektual orang Biak yang mencoba untuk dirawat menjadi legacy bagi pewaris masa depan sehingga tema dari perhelatan Festival Munawara Wampasi 2024 adalah “Membingkai Pesona, Merawat Masa Depan.”

Membingkai Pesona

Biak memang  istimewa! Biak memiliki  sejuta pesona dan harus dibingkai sebagai investasi masa depan. Pariwisata dan perikanan menjadi sektor unggulan dan diharapkan menjadi lokomotif bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hal pertama dan utama adalah manusia Biak. Relasi-relasi sosial yang dibangun baik suku Biak dan suku-suku di luar Biak telah terjali dalam kohesivitas relasional yang inklusif. Manusia Biak memiliki relasi kultural yang kuat, menjaga, melindungi tradisi-tradisi yang baik sebagai warisan turun temurun dalam keragaman ke-Indonesiaan relasionalnya.

Manusia Biak yang berbudaya adalah Orang Biak yang memiliki daya cipta, rasa dan karsa yang dalam term antropolog Dr. J. Mansoben memampukan manusia Biak berpikir futuristik. Demikian “Munara Wampasi” adalah salah satu dari tradisi manusia Biak tanpa merusak terumbu karang, tidak menangkap ikan dengan cara “bom” yang berdampak pada rusaknya rumah tempat ikan bertelur dan berkembang biak sebuh kearifan  lokal bermakna pengetahuan bagi generasi muda betapa leluhur orang Biak memiliki pandangan progresif menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Kedua, “Munara Wampasi” menjadi siklus alam yang secara intuitif telah dihitung sedemikian rupa sehingga pada hari “H” target mendapatkan ikan dalam jumlah banyak yang dimaknai sebagai rejeki tersendiri, anugerah dari Tuhan dalam kehidupan kolektivitas hidup orang Biak.

Merawat Masa Depan

 Membingkai pesona kebudayaan Masyarakat Adat Suku Biak adalah merawat tradisi turun temurun agar tidak terkikis modernisasi dan globalisasi.

Aksentuasi pemaknaan adat istiadat sebagai warisan budaya dalam keasliannya menjadi daya tarik kunjungan wisatawan. Munara Wampasi yang dikemas dalam sebagian kecil dari warisan kultur suku Biak dapat meningkatkan  kunjungan wisatawan, memastikan bahwa terjadinya hilirisasi ekonomi mulai dari UMKM sampai dengan sentra IKM sehingga memastikan   ekonomi riil menjadi kekutan utama, memaksimalkan semua aglomasi ekonomi dan pertumbuhan yang berada di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif  di kabupaten Biak Numfor.

Dan hal itu mungkin bila semua aspek budaya Suku Biak dirawat dan dijaga, ditularkan dari generasi ke genarasi melalui program-program inovatif yang pada akhirnya bermanfaat bagi semua orang.

Dampak Ekonomi Festival Munara Wampasi 2024

Pertanyaannya, apa dampaknya bagi manusia di Biak? Empat hari sejak tanggal 1 Juli sampai 4 Juli 2024 pelaksanaan iven Munara Wampasi dikunjungi 14.178 orang melibatkan 68 UMKM sebagai partisipan, 882 orang seniman pendukung acara dan 243 tenaga kerja.

Pada momentum ini, negara menetapkan 17 sub sektor ekonomi kreatif dan dari 10 sub sektor di antaranya secara significan terpenuhi pada iven “Munara Wampasi 2024” dan memiliki kontraksi positif terhadap indikator makro pembangunan.

Sementara untuk indikator mikro pembangunan/ spending diperkirakan Rp. 1.252.000.000. Artinya keuntungan  ekonomi, sosial, budaya secara komunal dikuasai oleh orang Biak/ penduduk Biak yang hidup dan tinggal di Biak.

Penutup

Festival Biak Munara Wampasi harus menjadi sarana dan media untuk  meningkatkan kunjungan parawisata di Biak, sebagai media untuk  mengapresiasi Status Budaya Biak dalam konsep nilai yang lebih luas, berdampak ekonomi dan kesejahteraan, medorong hilirisasi UMKM serta kreatifitas masyarakat dan mencipatakan nilai bagi kemajuan budaya Biak.

Segmentasi pesona budaya seperti apen beyeren, snap mor, parade wor dan parade perahu tradisional dan  segmentasi buatan seperti Padaido Island Tour, Land Tour Biak dan Eksebisi Pameran UMKM untuk mendorong percepatan peredaran ekonomi di tingkat mikro adalah sebuah harapan menjadikan Biak sebagai destinasi utama di Tanah Papua dan menjadi salah satu destinasi prioritas di Tingkat Nasional, demikian harapan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Biak Numfor, Turbey O. Dangeubun, S.Pi.,M.Si mengakhiri sesi wawancara dengan Suaraanaknegerinews.com.