Oleh: Budhy Munawar-Rachman
–
Sore ini, saya sengaja datang ke Mahakam Residence 24, untuk melihat pameran lukisan digital sahabat saya Denny JA. Ada 182 lukisan yang dipamerkan di hampir setiap lantai hotel itu. Lukisannya memunyai tema-tema mulai dari Pilpres 2024, covid-19, meditasi, revisiting pelukis dunia, derita Gaza Palestina, sampai imajinasi anak-anak.
Setelah melihat semua lukisan itu, saya menyadari kekhasan Denny dalam melukis, yang saya rasakan ketika puluhan lukisan sudah kita nikmati dan hikmati. Satu dua lukisan menghentak saya karena unik, menarik, atau malah mengejutkan. Misalnya saya terkejut karena ada filsuf India, Krishnamurti muncul dalam lukisan Denny. Sudah lama saya tidak mendengar Denny bicara tentang filsafat Krishnamurti. Terakhir dulu sekali sewaktu masih awal sebagai mahasiswa S1.
Tentu ada banyak tokoh muncul dalam lukisan Denny. Yang menarik buat saya, banyak lukisannya mempunyai konteks peristiwa. Misalnya lukisan tentang pilpres 2024, covid 19, penderitaan Gaza, Palestina, dan lainnya. Juga ada beberapa yang terkait ide, seperti meditasi, imajinasi anak-anak, sampai revisiting pelukis dunia. Kalau kita mengenal pelukis-pelukis dunia. Denny menghadirkannya kembali dalam imajinasi kekinian, misalnya lukisan Rembrandt. Atau lukisan tentang Monalisa yang dihadirkan dengan Monalisa yang lebih muda dan gemuk. Saya tertawa dalam hati. Hebat betul AI ini menjadikan Monalisa dewasa yang cantik, menjadi Monalisa muda yang gemoy.
Melihat pameran lukisan di Lorong-lorong kamar hotel ini menarik. Saya belum pernah melihat pameran lukisan di hampir semua Lorong hotel. Saya bisa rasakan, pengunjung atau orang yang menginap di hotel itu, pasti awalnya kaget. Tapi kalau ia sudah mulai melihat-lihat sampai satu lantai hotel tersebut, saya yakin, ia akan terkesan dengan lukisan-lukisan itu, karena secara fenomenologis akan terasa keunikan lukisan Denny yang menampakkan diri, yang setiap orang akan memaknainya beda-beda.
*
Saya mengenal Denny, sebagai seorang tokoh yang dikenal sebagai pionir dalam berbagai bidang, termasuk survei politik dan penulisan esai-esai politik dan agama. Kini Denny juga merambah dunia seni, dengan eksplorasi puisi esai dan kemudian eksplorasi seni lukis dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI). Kehadiran Denny dalam dunia seni lukis digital menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat bersinergi dengan kreativitas manusia untuk menghasilkan karya seni yang inovatif dan unik.
Denny yang dikenal luas sebagai seorang penulis, konsultan politik, dan penggiat demokrasi dan hak asasi manusia. Namun, ketertarikannya pada seni rupa, khususnya dalam memanfaatkan teknologi AI untuk menciptakan karya seni lukis, membuka babak baru dalam kariernya. Melalui lukisan-lukisan yang diciptakan dengan bantuan AI, Denny berhasil menggabungkan visi dan bakat artistiknya dengan potensi teknologi yang sedang berkembang pesat.
Teknologi kecerdasan buatan telah membuat terobosan signifikan dalam berbagai bidang, termasuk seni rupa. AI dapat diprogram untuk belajar dari ribuan karya seni, memahami gaya, teknik, dan aliran seni yang berbeda, kemudian menghasilkan karya baru yang mencerminkan pemahaman tersebut. Dalam konteks lukisan AI, Denny menggunakan algoritma AI untuk menciptakan karya seni yang bukan hanya mengesankan secara visual, tetapi juga mengandung makna filosofis dan naratif yang mendalam. Ini yang saya rasakan ketika menikmati dan menghikmati pameran 182 lukisan Denny ini.
Saya menduga proses kreatif Denny dalam menciptakan lukisan AI melibatkan beberapa tahapan. Pertama, ia menentukan tema dan konsep yang ingin diangkat dalam karyanya. Setelah itu, ia menggunakan algoritma AI yang telah dilatih dengan database besar dari karya-karya seni klasik dan modern. AI kemudian menghasilkan beberapa versi lukisan berdasarkan parameter yang telah ditentukan.
Selanjutnya, Denny melakukan kurasi terhadap hasil yang dihasilkan oleh AI. Ia memilih kemudian membentuk karya-karya yang paling sesuai dengan visinya. Kemudian melakukan sentuhan akhir secara manual untuk memastikan bahwa karya tersebut tidak hanya mengandung elemen visual yang menarik, tetapi juga memiliki kedalaman makna yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikannya. Banyak pesan yang disampaikan dalam setiap lukisan. Setiap orang bisa memaknai sendiri-sendiri. Tapi benang merahnya sama, yaitu perhatian Denny pada manusia konkret.
Saya belum melihat lukisan-lukisan Denny yang terkait krisis lingkungan. Mungkin setelah ini akan muncul lukisan-lukisan yang mengajak kita untuk peduli pada dunia yang semakin rusak. Bumi, rumah kita bersama, yang akan semakin tidak layak dihuni, akibat pemanasan global.
Salah satu karya lukisan AI yang menyolok dari Denny adalah seri lukisan yang mengangkat tema hak asasi manusia, atau kemanusiaan dan keadilan sosial. Dalam seri ini, Denny berhasil menyampaikan pesan-pesan penting keadilan dan perdamaian melalui visualisasi yang dihasilkan oleh AI, yang menciptakan perpaduan harmonis antara teknologi dan seni.
Karya-karya Denny tidak hanya dipamerkan di galeri seni, atau di hotel seperti yang saya nikmati dan hikmati sore ini, tetapi juga di berbagai platform digital, yang memungkinkan akses yang lebih luas bagi publik seluruh Indonesia bahkan dunia, untuk menikmati dan mengapresiasi seni. Hal ini sejalan dengan visi Denny yang sudah saya kenal beberapa tahun lalu, untuk mendemokratisasikan seni, menjadikannya lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Juga sekaligus mendorong penggunaan AI untuk mengembangkan kreativitas seni rupa.
Kehadiran lukisan AI Denny menandai babak baru dalam dunia seni rupa, di mana teknologi dan kreativitas manusia dapat berkolaborasi untuk menciptakan karya-karya yang inovatif dan bermakna. Ini membuka peluang baru bagi seniman untuk mengeksplorasi batas-batas kreativitas mereka, sekaligus menawarkan cara baru bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan seni.
Belum ada pelukis yang terus terang membuka diri terhadap teknologi AI dalam mengembangkan kreativitasnya sebagai pelukis. Baru Denny. Yang menarik. Ia bukan pelukis pada awalnya, tapi dengan ketekunannya ia sekarang ditahbiskan sebagai pelukis. Tanpa perlu lagi memperdebatkan definisi sebuah lukisan, apakah dibuat oleh tangan manusia, atau dibantu oleh AI, menghikmati pameran 180 lukisan Denny, membuat saya tidak peduli dengan debat definisi sebuah lukisan. Dunia memang sedang berubah dan mengalami disrupsi dengan masuknya AI dalam kehidupan manusia.
Di masa depan, seni lukisan AI berpotensi menjadi lebih dominan seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Namun, esensi seni sebagai ekspresi individu dan medium untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan emosional akan tetap menjadi inti dari setiap karya seni, baik yang dihasilkan oleh manusia maupun AI. Ini yang telah dan saya yakin akan terus ditunjukkan oleh Denny.
Denny dengan lukisan AI-nya telah menunjukkan bagaimana teknologi dapat menjadi alat yang kuat dalam eksplorasi seni. Melalui perpaduan antara visi artistiknya sendiri, dan kecerdasan buatan, ia berhasil menciptakan karya-karya yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga kaya akan makna. Ini menegaskan bahwa dalam dunia seni, teknologi bukanlah pengganti kreativitas manusia, melainkan mitra yang dapat memperluas dan memperkaya ekspresi artistik kita. Selamat ya Denny. Saya ikut menikmati dan menghikmati hasil karya lukisanmu sore ini, yang melihatnya saja, telah mampu menghilangkan kepenatan saya setelah bekerja seharian.
BMR 12/6/2024