Dilaporkan oleh: Godefridus Samderubun

Pemaparan makalah kedua oleh Prof. Dr. Julius Ary Mollet, SE.,MBA.,MTDev.,Dip.LED, Ph.D pada zoom meeting dalam rangka Hardiknas 2024 sekaligus Ulang Tahun Pertama IKDKI Wilayah Papua.  “Pembangunan Berkelanjutan dan Pemberdayaand Masyarakat di Tanah Papua Melalui Ekonomi Hijau” merupakan judul makalah Prof. Ari melalui pertanyaan sentral, mengapa masyarakat Papua seolah-olah tidak berdaya dalam tantangan perubahan ekonomi yang dinamis?

Global Warming

“Sustainable Development merupakan kesepakatan masyarakat global untuk menjaga kesimbangan pembangunan dan lingkugnan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang. Konsep pembangunan bekelanjuatan memiliki 3 aspek yakni ekonomi, lingkungan dan partisipasi masyarakat. Beliau mengutip pandangan dari Todaro (2014) bahwa Sustainable development tidak hanya mengejar kepentingan ekonomi, tetapi juga memperhatikan isu lingkungan dan masyarakat,” demikian Prof Ari memulai dengan meletakan pembahasan dalam konteks economic sustainable.

“Sustainable Development ini merupakan sebuah pilihan dalam menghadapi kondisi global warming. Implikasi Global warming yang paling dirasakan pada negara negara yang berada dekat kutub utara dan juga selatan. Negara yang berada di daerah tropis termasuk Indonesia dan termasuk Tanah Papua yang memiliki hutan tropis yang masih baik dan diharapkan kelestarian hutannya bisa terjaga merupakan “the last frontier” menjaga lingkungan bumi. Tanah Papua memiliki sumber daya alam yang melimpah dan juga terdapat banyak variasi biodiversity yang terdapat dalam cagar alam dan tentunya kekayaan alam tersebut. Namun dalam pengeloaan sumber daya alam tersebut perlu memperhatikan isu lingkungan agar alam di Tanah Papua dapat terjaga untuk generasi mendatang. Hal ini dilakukan diantaranya melalui Deklarasi Manokwari yang ditandatangani oleh Pemerintah provinsi Papua dan Papua Barat,” tegas Prof Ari.

Policy Global  Green Economy

Berbagai upaya untuk pengembangan ekonomi sekaligus pelestarian lingkungan menurut Prof. Ary, harus terus diupayakan.

“Konsep Green Economic menjadi konsep penting  untuk dilaksanakan. Green economy growth (GEG) atau ekonomi hijau merupakan salah satu pendekatan yang memadukan kepentingan ekonomi dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi besar bangsa Indonesia dimana Pemerinath Indonesia juga merupakan atau menjadi bagian dari negara G7 yang telah bersepakat untuk melaksakan green economic. Program ini telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020-2024. Dalam konteks local, Green economic juga terdapat dalam RPJMD Provinsi Papua 2017-2023, dimana perencanaanya dipadukan dengan Visi 100 Tahun Papua yang mengedepankan pembangunan yang berwawasan lingkuangan,” ungkap  Prof. Ari.

Programa Green Economic dengan konsep sustainable development ini bukanlah sebuah hal yang sulit di Papua karena Sejarah membuktikan telah membuktikan bagaimana orang papua pada jaman dulu pernah mengalami masa kejayaan melalui Koperasi Yawa Datum di Nimboran telah melakukan ekspor cash crop ke New Zezland, Singapura dan Belanda (Poli, 2006). Selain itu ada banyak potensi pengembangan green economic yang dapat dilakukan misalnya melalui Pengembangan Kakao pada Masyarakat Kemtuck dan Nimboran. Kemudian pengembangan produksi kopi di Distrik Primatid dan Asologaime di Wamena. Selanjutnya ada pengembangan Sagu di Distrik Nabire Barat dan Kimi, Nabire, pengembangan sagu di Kabupaten  Jayapura dan berbagai kegiatan pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Nabire, Jayapura dan lain-lain.

Implementasi  Green Economy di Papua

Bagaimana Stregi Kebijakan dalam pengembangan Green Economic ini di papua? Prof. Ari menjelaskan, Pertama, sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat Papua pada era kolonialisasi telah mampu mengembangkan ekonomi lokal melalui suatu wadah Koperasi Yawa Datu sebbagai lembaga yang pengerak produksi dan distribusi. Kedua, Kedua, product delivery to costumer menjadi penting dalam rangka menjada supply chain. Ketiga, perlunya meningkatkan capacity building dalam pemberdayaan masyaraatk Keempat, permasalahan klasik dalam implementasi program pemberdayaan ekonomi adalah “berkelanjutan” konsisten kebijkan dan partsisipasi masyarakat (inclusion).

Ekonomi hijau menurut Prof. Ari, dapat dijadikan salah satu model dan dapat diimplementasikan dalam memberdayakan masyarakat di Tanah Papua. Ekonomi hijau sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dimana terdapat tiga aspek yang meliputi ekonomi, lingkungan dan partisipasi masyarakat.

“Implementasi green economic perlu dibentuk suatu wadah koperasi dalam rangka memperkuat supply chain dan kolaborasi stakeholder, serta keterlibatan masyarakat yang inklusif. Pentingnya kebijakan pemerintah yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat di Tanah Papua,” demikian  closing statement Prof. Ari.

 

Terlampir

* Curicullum Vitae (click link bellow)

CV Prof. Dr. Julius Ary Mollet, S.E., M.B.A., MT.Dev., Ph.D