Elza Peldi Taher, Penulis Satupena

Oleh: Elza Peldi Taher

Rapat tahunan anggota Satupena berlangsung Kamis 15 Agustus 2024 via zoom. Ini adalah rapat anggota yang ketiga memasuki tahun keempat Satupena dibawah Ketum Denny JA. Rapat anggota diikuti oleh 323 peserta, dari berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke, berlangsung dalam suasana terbuka, diskusi yang hangat dan rileks. Hal ini terlihat dari ratusan kolom chat yang isinya beragam komentar dari peserta sepanjang zoom. Kolom chat selain diisi dengan berbagai respon juga diisi dengan aneka pantun yang mencerahkan hati. Berpantun adalah salah satu hal yang melekat pada dunia penulis, terutama penyair. Pantun pantun yang bersahutan yang dikirim peserta memperlihatkan mereka sangat riang dengan rapat tahunan ini.

Tak banyak banyak kritik terhadap kepemimpinan Denny JA selama lebih tiga tahun memimpin Satupena. Setidaknya itu yang tergambar dalam kongres via zoom tersebut. Umumnya memberikan apresiasi terhadap apa yang telah dilakukan Denny JA dan beberapa saran yang akan dilakukan ke depan.

Tiga tahun lebih memimpin Satupena, Denny JA telah melakukan banyak gerakan. Adaprogram rutin tahunan penghargaan kepada penulis, webinar satupena tiap minggu , pelatihan menulis, penerbitan buku dan banyak lagi.

Salah satu ide cemerlang Denny JA adalah membuat organisasi Satupena di tiap provinsi lengkap dengan strukturnya dan tiap pulau mempunyai seorang koordinator. Baik Ketua Satupena daerah maupun koordinator pulau adalah orang orang yang selama ini dikenal sebagai penulis produktif sehingga gengsi Satupena cukup terjaga.

Selama memimpin Satupena Denny juga telah mengorbankan dana sebanyak hampir 3,2 milyard dari kantong pribadi untuk mendukung aneka kegiatan Satupena. Satu jumlah yang lumayan besar.

Saya ingin memberi beberapa catatan utama terhadap perjalananan Satupena dibawah kepemimpinan Denny JA.

###

Satupena, sebuah organisasi yang dikhususkan untuk para penulis, telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan selama masa kepemimpinan Denny JA. Dengan alokasi dana sebesar 3,2 miliar rupiah untuk mendukung berbagai kegiatan, Satupena tampaknya telah berada di jalur yang benar untuk mengembangkan sayapnya. Namun, keberhasilan finansial ini juga menimbulkan tantangan serius yang perlu diatasi agar organisasi ini tidak terlalu bergantung pada satu individu, terutama jika Denny JA tidak lagi menjabat sebagai ketua umum.

Ketergantungan yang tinggi pada satu sumber dana dapat menimbulkan risiko signifikan bagi keberlangsungan sebuah organisasi. Dalam kasus Satupena, alokasi dana yang besar dari Denny JA mungkin memberikan dorongan yang kuat untuk pengembangan awal, tetapi ketergantungan ini juga dapat menciptakan masalah besar jika ada perubahan kepemimpinan. Tanpa diversifikasi sumber dana, Satupena berisiko menghadapi kesulitan finansial yang serius jika Denny JA tidak lagi terlibat aktif kelak

Lebih jauh lagi, ketergantungan pada satu sumber dana dapat menghambat kreativitas dan inovasi dalam perencanaan kegiatan. Organisasi mungkin merasa terikat untuk memenuhi harapan dan preferensi dari donor utama, daripada mengejar inisiatif yang benar-benar sesuai dengan visi jangka panjangnya. Dalam konteks ini, organisasi harus mencari cara untuk membangun kemandirian finansial yang lebih besar, agar tidak terjebak dalam ketergantungan yang dapat merugikan stabilitas dan pertumbuhannya.

Kendala ini diperburuk oleh kenyataan bahwa kegiatan penulis belum menjadi bagian dari arus utama dalam masyarakat. Hal ini menciptakan tantangan tambahan dalam menjaring donatur dan mitra kerja yang dapat membantu mendanai kegiatan Satupena.

Membangun Satupena Daerah

Salah satu gebrakan yang paling bagus di bawah Denny JA adalah pendirian cabang Satupena di setiap provinsi di Indonesia. Ini ide yang sangat bagus. Tiap daerah yang telah memenuhi standar pengurus organisasi diberikan dana insentif di awal berdirinya. Insentif ini memungkinkan Satupena untuk lebih dekat dengan komunitas penulis di daerahnya. Dengan dukungan dana setiap cabang memiliki peran yang krusial dalam memfasilitasi kegiatan penulisan dan mengembangkan bakat penulis di daerahnya masing-masing. Pemberian suntikan dana awal untuk setiap cabang juga sangat penting, karena ini memberi mereka kekuatan finansial untuk memulai dan melaksanakan berbagai kegiatan penulisan.

Di antara berbagai pencapaian yang ada, Satupena Sumbar mencatat prestasi yang sangat mengesankan. Satupena Sumbar berhasil menyelenggarakan dua kali kegiatan literasi internasional yang melibatkan banyak peserta dari luar negeri. Keberhasilan ini merupakan indikator jelas dari kekuatan dan daya tarik Satupena di tingkat global, serta kemampuannya untuk menyelenggarakan acara berkualitas tinggi yang menarik perhatian internasional.

Kegiatan internasional ini tidak hanya memberikan platform bagi penulis lokal untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka dari luar negeri, tetapi juga meningkatkan visibilitas dan reputasi Satupena di kancah internasional. Prestasi ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat dan pengelolaan yang efektif, Satupena dapat menjadi pemain kunci dalam arena penulisan global. Pencapaian seperti yang diraih oleh Satupena Sumbar harus menjadi inspirasi dan model bagi cabang-cabang lainnya, tetapi setiap cabang juga harus berusaha untuk mencapai standar yang sama.

Beberapa cabang Satupena daerah seperti Jakarta, Jateng, Jatim dan Yogyakarta juga sangat produktif melakukan kegiatan dan menghasilkan banyak buku. Penting bagi Satupena untuk memastikan bahwa setiap cabang memiliki akses ke sumber daya yang cukup dan pengelolaan yang efisien. Tidak hanya dana awal yang diberikan, tetapi juga upaya berkelanjutan untuk mencari dukungan tambahan dari berbagai sumber.

####

Dalam sambutannya Denny mengemukakan bahwa saat ini yang bisa hidup dari menulis makin sedikit. Persentase penulis yang bisa hidup dari royalti karya mereka hanya 1-2 persen. Penulis mengalami penurunan penghasilan sebesar 43 persen dibanding periode sebelumnya. Penulis juga terganggu oleh kehadiran AI. Penulis Hollywood bahkan melakukan protes terhadap penggunaan AI dalam penulisan skenario dan menuntut regulasi yang makin ketat.

Jika memang tak lagi bisa menggantungkan hidup sebagai penulis, lalu untuk apa penulis? Apa yang bisa dilakukan Satupena? Satupena, seperti yang dikatakan Denny JA, memberikan peluang pada penulis membangun jaringan,pelatihan dan pengembangan, promosi dan pemasaran karya, memberikan penghargaan tahunan kepada penulis dan peluang mempublikasikan karya mereka ke publik luas.

Dalam waktu dekat 30-31 dan Agustus 2024 ini Satupena akan mengadakan program yang disebut “Writing Retreat Satupena”. Program yang dipimpin oleh Okky Madasari, Dewan Penasehat Satupena, akan memberikan pelatihan menulis kepada 24 lebih peserta yang mendaftar dan hasilnya akan dijadikan sebuah buku.

Penutup

Kembali ke pertanyaan, jika memang tak bisa menggantungkan hidup sebagai penulis, lalu untuk apa menulis ? Penulis adalah penjaga sejarah dan pembentuk masa depan. Melalui tulisan mereka, penulis tidak hanya merekam kejadian dan pengalaman, tetapi juga menyampaikan pemikiran dan ide yang dapat membentuk cara pandang dan tindakan masyarakat. Setiap kata yang ditulis bisa menjadi benih bagi perubahan besar, menginspirasi pemikiran kritis, dan mendorong kemajuan. Dalam banyak kasus, ide-ide besar yang memicu revolusi sosial, ilmiah, atau budaya berasal dari penulis yang berani mengeksplorasi dan menyampaikan gagasan-gagasan mereka.

Sebagai contoh, karya-karya sastra dan pemikiran yang muncul selama Renaisans, Revolusi Industri, atau era modern telah banyak menentukan arah perkembangan peradaban. Buku-buku seperti “1984” oleh George Orwell atau “To Kill a Mockingbird” oleh Harper Lee tidak hanya mempengaruhi cara pandang masyarakat tetapi juga memicu perubahan sosial yang signifikan. Penulis memiliki kekuatan untuk mempengaruhi generasi mendatang dan menantang norma-norma yang ada, menjadikan mereka agen perubahan yang sangat penting.

Karena itu penting bagi Satupena untuk terus mendukung kegiatan penulisan , memberikan penulis kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai bentuk ekspresi kreatif. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya membantu penulis dalam pengembangan pribadi tetapi juga memperkaya landscape sastra nasional, memperkenalkan perspektif yang beragam, dan menciptakan dialog yang konstruktif.

Ciputat 20 Agusus 2024

Elza Peldi Taher