Oleh: Stef Tokan
Sore ini, Jumat (19/7/2024), Pater Berty Tijow MSC di Paroki Grogol, Jakarta Barat, mengabarkan dalam FB-nya bahwa Pater Kees Bertens MSC meninggal dunia. Rasa sedih langsung mencuat. Sosok Pater Bertens sangat melekat pada pembelajaran Filsafat di Indonesia.
Upaya untuk memperkenalkan filsafat dan pemikiran kritis di Indonesia sudah diusahakannya sejak 1968, dengan mengajar di pelbagai di perguruan tinggi, antara lain, Sekolah Tinggi Seminari Pineleng, Manado; Fakultas Teologi UKIT Tomohon; Sekolah Tinggi Filsafat “Driyarkara” Jakarta; Universitas Indonesia; Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta dan menjadi Direktur Pusat Pengembangan Etika Atma Jaya.
Pater Kees juga menulis sejumlah buku seperti “Sejarah Filsafat Yunani” (1975), “Ringkasan Sejarah Filsafat” (1976), “Filsafat Barat Abad XX, jilid I (Inggris-Jerman) dan jilid II (Perancis) tahun 1983; “Panorama Filsafat Modern” (1987), “Fenomenologi Eksistensial” (1987), “Memperkenalkan Psikoanalisa” (1979), “Etika” (1994), dan sejumlah buku bertema Etika Terapan (Etika Kedokteran, Etika Bisnis).
Selain itu, tulisan-tulisan Pater Bertens bertebaran di Opini Koran Kompas dan Suara Pembaharuan. Di Kompas, Pater Bertens juga menulis pada Kolom Bahasa dimana beliau mengulas tentang istilah atau pengertian kata dan terjemahan kata itu ke dalam bahasa Indonesia, yang dirasakannya kurang tepat, atau makna yang telah bergeser.
Dari seorang filsuf murni, akhirnya Pater Bertens bergeser ke arah Etika Terapan, guna memberikan wawasan dan tanggapan terhadap pandangan-pandangan dan penerapan-penerapan teknologi dan ekonomi yang berdampak pada hidup manusia secara etis. Dengan Etika Terapan itu Pater Bertens memberi tanggapan pada cara pandang pragmatis yang mengabaikan nilai manusia. Tema-tema seperti eutanasia, bayi tabung, cloning, aborsi, pangan transgenik, profesi medis, biomedis, tanggung jawab media masa, etika profesi, etika dalam penelitian sel induk. Artikel yang berbau etika ini kelak dibukukan dalam “Sketsa-Sketsa Moral” (2004).
Dari semua itu, kita dapat membaca luasnya wawasan beliau dan terutama upaya untuk mencerdaskan dengan wawasan yang luas, yang semuanya mengalir pada muara: cinta manusia.
Pater Bertens juga menaruh perhatian khusus pada Indonesia Timur dengan mengusahakan dana beasiswa bagi anak-anak Indonesia Timur yang kuliah di fakultas kedokteran. Yang lulus sudah banyak dan mereka kini mengabdi sebagai dokter di pelosok-pelosok.
Saat masih mengajar di Seminari Tinggi Pineleng, Pater Kees ibarat jam tangan. Bila beliau sudah keluar dari kamar kerjanya, maka para Frater sudah tahu itu jam berapa.
Pater Kees Bertens lahir di Tilburg, Belanda, pada 1936. Beliau studi doktoral di Universitas Leuven, Bergia, dengan disertasi tentang filsuf Perancis abad 17, yaitu Nicholas Malebranche.
Saat itu Pater Bertens masih seorang biarawan muda Kongregasi MSC. Saat itu Kongregasi MSC Indonesia masih masuk MSC Provinsi Belanda. Tenaga imam-imam Belanda itu dikirim ke Indonesia dan berkarya di wilayah-wilayah yang penuh tantangan dengan penduduk miskin dan sakit.
Mereka lalu masuk ke Langgur dan dari Langgur, Kei, Maluku Tenggara, para misionaris Belanda itu masuk ke Papua, terutama Papua bagian Selatan.
Pada 1960-an beliau tiba di Indonesia dan menjadi dosen di Pineleng. Pater Bertens memperlihatkan contoh hidup sebagai seorang imam MSC yang taat kepada pimpinan dan komunitas.
Di sela-sela tugasnya sebagai dosen, Pater Bertens membantu Paroki Blok Q Jakarta Selatan merayakan Ekaristi setiap hari Minggu.
Jasanya amat besar untuk Tarekat MSC Provinsi Indonesia. Di masa tua, Pater Bertens harus hidup dengan kursi roda. Walau begitu, setiap pagi kita bisa melihatnya membaca koran Kompas dan koran The Jakarta Post.
Beliau seorang pembaca yang baik. Saat merayakan 50 Tahun Hidup Membiara dalam Kongregasi MSC, Pater Bertens, antara lain, mengatakan, dirinya selalu berusaha untuk menjadi seorang biarawan yang sesuai dengan Spiritualitas Hati.
Pendiri Kongregasi Pater Jules Chevalier mengimani bahwa dari lambung Yesus yang tertibkan tombak serdadu keluarlah daerah yang membasuh dunia menjadi dunia baru. Dari Hati Kudus Yesus lahirlah dunia baru. New Heart for New World. Selamat Jalan, Pater Kees Bertens MSC. Ametur.