Gunawan Trihantoro, Pegiat Satupena Jawa Tengah

 Oleh: Gunawan Trihantoro )*

Ungkapan “Menulis adalah Bakti untuk Keabadian” yang diutarakan oleh Swary Utami Dewi, atau yang kerap disapa Mba Tami, dalam komentarnya di WG Satupens 1, adalah sebuah kalimat yang penuh makna mendalam dan mengandung filosofi yang kuat tentang pentingnya menulis dalam kehidupan manusia. Kata-kata ini mengandung esensi dari sebuah tindakan yang tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga menjadi sebuah dedikasi yang berkelanjutan, sebuah bentuk bakti yang kita lakukan demi meninggalkan jejak yang tak akan pudar oleh waktu.

Dalam dunia yang terus berubah, di mana segala sesuatu tampaknya bergerak dengan cepat, menulis menjadi semacam penahan arus yang memungkinkan kita untuk menyimpan, mengabadikan, dan membagikan pikiran, perasaan, serta pengalaman kita kepada orang lain. Ketika menulis, kita sebenarnya sedang mengukir sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata di atas kertas atau layar. Kita sedang menciptakan sebuah warisan yang mampu hidup lebih lama daripada usia itu sendiri, sebuah warisan yang dapat memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Dengan kata lain, tulisan memiliki kekuatan untuk melawan kefanaan, memastikan bahwa apa yang kita pikirkan dan rasakan tidak akan hilang begitu saja seiring dengan berlalunya waktu.

Menulis adalah sebuah aktivitas yang tidak hanya melibatkan pikiran dan tangan, tetapi juga jiwa. Di balik setiap kata yang kita pilih, setiap kalimat yang kita rangkai, terdapat bagian dari diri kita yang tertanam di dalamnya. Setiap penulis menaruh sepotong jiwanya ke dalam tulisannya, dan itulah yang membuat setiap karya tulis menjadi unik dan bermakna. Ketika Mba Tami mengatakan bahwa menulis adalah bakti untuk keabadian, ia sebenarnya sedang mengingatkan kita bahwa menulis bukanlah sekadar hobi atau pekerjaan biasa. Ini adalah sebuah tindakan sakral, sebuah komitmen untuk memberikan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri kepada dunia.

Sebagai penulis, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa apa yang ditulis bukan hanya bermanfaat bagi diri kita, tetapi juga bagi orang lain. Tulisan-tulisan kita bisa menjadi sumber inspirasi, pelajaran, atau bahkan panduan bagi mereka yang membacanya. Oleh karena itu, menulis bukan hanya tentang menciptakan cerita atau menyampaikan informasi, tetapi juga tentang memberikan nilai, memberikan makna, dan menciptakan hubungan yang mendalam dengan pembaca. Dalam hal ini, menulis benar-benar menjadi sebuah bentuk bakti yang dapat terus memberikan manfaat, bahkan setelah penulisnya sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Menulis juga memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Ketika menulis, kita menciptakan jembatan yang menghubungkan ide, pengalaman, dan perasaan kita dengan pembaca di seluruh dunia. Sebuah tulisan yang baik dapat melintasi batasan geografis, budaya, dan bahkan waktu, untuk mencapai hati dan pikiran orang-orang yang mungkin tidak pernah kita temui. Inilah yang membuat menulis menjadi sesuatu yang sangat istimewa dan berharga. Dengan menulis, kita dapat berkomunikasi melampaui batas-batas yang ada, menciptakan ikatan yang kuat dan bermakna dengan pembaca, dan memberikan dampak yang positif bagi dunia.

Mba Tami, melalui komentarnya di WG Satupena 1, telah menggugah kesadaran kita tentang pentingnya menulis sebagai sebuah tindakan yang tidak hanya bermakna bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain dan masa depan. Komentar tersebut mengingatkan kita bahwa setiap tulisan yang dibuat adalah kontribusi kita terhadap dunia, yang bisa bertahan melampaui waktu, menciptakan jejak yang abadi. Dalam dunia yang semakin digital seperti sekarang, di mana informasi begitu mudah diakses dan disebarkan, peran tulisan menjadi semakin penting. Tulisan kita dapat menjangkau lebih banyak orang, mempengaruhi lebih banyak pikiran, dan menginspirasi lebih banyak tindakan.

Tidak heran jika tulisan berupa pendapat pribadi saya yang diunggah oleh Mas Endro di www.gebrak.id misalnya, mendapat respon positif dari komunitas penulis. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran tulisan dalam membangun komunikasi yang bermakna dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, menulis benar-benar menjadi sebuah bentuk bakti yang dapat terus memberikan manfaat bahkan setelah penulisnya tiada. Setiap tulisan adalah sepotong keabadian, sebuah jejak yang tidak akan pernah benar-benar hilang, dan akan selalu ada sebagai saksi dari pemikiran, perasaan, dan pengalaman kita.

Menulis adalah bakti untuk keabadian, ungkapan ini tidak hanya menginspirasi para penulis untuk terus berkarya, tetapi juga mengingatkan kita semua akan pentingnya meninggalkan warisan melalui kata-kata. Sebuah tulisan memiliki kekuatan untuk mengubah pandangan, memberikan inspirasi, dan memicu perubahan. Sebagai penulis, kita memiliki kemampuan untuk membentuk dunia di sekitar kita melalui kata-kata yang kita pilih, dan itulah yang membuat menulis menjadi sebuah tindakan yang sangat penting dan bermakna.

Dalam dunia yang serba cepat dan penuh perubahan, menulis adalah cara kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan merangkai pemikiran kita dalam bentuk yang bisa dibagikan kepada orang lain. Ini adalah cara kita untuk berbagi pengalaman kita dengan dunia, untuk meninggalkan jejak yang akan bertahan lama setelah kita pergi. Dengan menulis, kita memberikan sesuatu yang abadi kepada dunia, sesuatu yang dapat terus memberikan manfaat dan inspirasi bagi generasi mendatang.

Oleh karena itu, mari kita terus menulis, terus berkarya, dan terus memberikan bakti terbaik bagi keabadian. Setiap kata yang kita tulis, setiap kalimat yang kita rangkai, adalah sebuah langkah menuju keabadian, sebuah bentuk bakti yang tidak hanya bermakna bagi diri sendiri, tetapi juga bagi dunia di sekitarnya. Dalam setiap tulisan, ada sepotong keabadian, ada sepotong jiwa yang akan terus hidup, dan itulah yang membuat menulis menjadi begitu luar biasa dan bermakna.

)* Penulis adalah pegiat Satupena Jawa Tengah, dan penulis buku antologi puisi Cinta Karya Tuhan, tinggal di Blora.