Oleh:Muhammad Solihin Oken

Sajak Selikur

1
Perempuan! Siapa Perempuan? Bagaimana kabarmu Perempuan? Kenapa suka merindukan musim yang pasti datang kepadamu! Menatap hujan yang biru tanpa mengerjap awan kemerahan

Olesan lipstik sudah penuh, tapi belum juga jalan- O ikatan tali bramu kekencangan?

Hei, Penyair! Kenapa juga omong remeh-temeh: usil banget sih!

2
Ini sekedar mau usul, bukan usil. Ne, semua tahu segala yang ada di luar ada hubungan dengan di dalam. Ne, yang di dalam tersembunyi dan terikat tali ikatan. Ne, usul ini belum pernah dibahas di seminar-seminar, forum-forum resmi maupun tidak resmi. Jadi, Ne Ne Ne Ne Ne persis bukan usil lho!

Kau penyair atau punakawan sih? Kok ngger gitu

Aku penyair atau punakawan? Ne, tahu ini baru pembuka; Ne lihat saja sajak Ne mau bawa arah kemana ke darat ke laut ke pantai ke gunung Ne mesti perhatikan jalan nih sajak!

3
Sedang apa perempuan di dapur? Kenapa?
Sedang apa perempuan di sumur? Kenapa
Sedang apa perempuan di kasur? Kenapa

Dunia perempuan adalah dunia dapur sumur kasur- ini perempuan masa lalu?; Dunia perempuan adalah peri-peri cantik dari kahyangan- itu perempuan fiksi?; Dunia perempuan adalah percakapan yang lewat atas gerak sejarah- Nah, ini lebih realistis!

Perempuan itu berjalan ke arah senja pada sunyinya waktu menatap dirinya dalam siluet yang berkepanjangan dan tetes hujan membasahi setiap gerak bayangannya- membawa sajak tentang rindu waktu

4
Kau tahu berapa abad dunia dipenuhi suara laki-laki, kata perempuan itu, sejak filsafat dibangun di Yunani Klasik- apa saja yang dikerjakan perempuan di kala itu? Sama sekali tak ada penjelasan

Kau tahu kekuasaan berapa abad dipegang laki-laki, sejak kekaisaran Tiongkok- apa yang dikerjakan perempuan di kala itu? Sama sekali tak ada penjelasan

Lihatlah debu-debu dan angin meracau ke setiap kelokan jalan dan kulihat anak-anak gadis menutup mata karenanya!

5
Di mana perempuan berdiri di tubuh kekuasaan? Di kepala badan atau kaki

Ke mana kekuasaan berjalan? Ke kelas bangsawan satria ke kelas brahmana pandita atau ke kelas pedagang dan pekerja- semua punya ambisi kuasa (hanya hantu laut mungkin yang tak punya hasrat kuasa atas daratan)

Aku perempuan- dari keturunan nenek moyang yang pernah dijajah bangsa-bangsa kolonial menyerahkan segala pada akal sehatku sendiri bahwa peradaban dunia yang berdiri atas bangun kolonialisme adalah peradaban lelaki- dan sebuah perdamaian dunia tak pernah tercapai di setiap langkahnya; saatnya kini dunia berjalan di atas bangun peradaban perempuan

6
Tetes hujan bawa kabut rindumu bikin aku kalut pada cinta setengah cemburu memburu awan permainkan diriku

Kau ambil langkah yang tak satu mempercayai- kau perempuan, bukan?

Tak ada jalan bagi perempuan- kembang yang basah tak tahu kenapa dirinya basah sampai hujan beranjak pergi

7
Awan gelap mengurung atas rumahku sementara ombak laut hanya bawakan kisah kesedihan- demikian perempuan Jawa ungkapkan perasaan

Kartini, kau tahu dimana ruang bagi langit dan bumi- lelaki dan perempuan dan arti hidup

Kau tahu batas jalan pendopo menuju kamar- tiap aturan tak bertulis meski dia cukup mudah dituliskan- ketaatan itu bagian dari kebijaksanaan, ungkap lelaki ningrat itu

8
Syair-syair kota pergi ke hutan membujuk Tjut Nyak tuk berperang kala terjatuh dalam kesedihan hilang semangat penuh keraguan

Para Didong berbekal ilmu pada surau duduk mengaji bermunajat ke khadirat Ilahi bumi rencong tiada penjajah lagi

Datang surat kepada Tjut Nyak suratan takdir apa artinya melawan tiada berarti banyak hanya mati bunga duka

9
Suara perempuan seperti mitos gadis kecil dalam kolam kecil bermandikan kembang rupa

Kembang yang dipetik dari hutan larangan tempat dewa-dewa penjaga bawakan tetes embun dan bila si gadis membasuh kembang itu ke tubuhnya akan mengalir air susu pertama

Dewa-dewa itu lelaki dan kuasa atasnya

10
Gadis-gadis kecil itu senantiasa dekat dengan dewa-dewa dan menjadi anak asuhnya

Karena bila menjauh, gadis-gadis itu akan diganggu jin-jin jahat dan menodai kesuciannya

Jin-jin itu juga laki-laki dan kuasa atasnya

11
Kemerdekaan atas tanah dan air kemerdekaan dari jiwa tertindas kemerdekaan yang membebaskan dari kuasa patriarki dan cemooh hibrida

Jalan kemerdekaan jalan waktu jalan rindu

Jalan kemana setiap yang membiru menerpa angin perubahan

12
Penelope, kekasih Roma, tahu tak mudah menjaga kesetiaan- dia menatap waktu dari dalam, karena di luar banyak suara-suara tak setia

Kamar- adalah tempat terbaik menjaga kesetiaan itu dan menyimpan keresahan dari duka- waktu adalah rindu tak putus di tengah ketidakpastian musim dan suara hiruk pikuk Roma. Kenapa lelaki itu kau tempatkan di medan perang, dan perempuan menunggu dalam kamar? Jawab pengarangnya: aku hanya mencoba menetralisir keadaan

Kadang sesuatu cepat datang dan mengecewakan perempuan- dan aku sungguh tak ingin itu basah air mata merebak jalan-jalan kota Roma hanya karena seorang wanita, kata pengarangnya

13
Stereotip perempuan- tanpa sejarah? Dan fiksi picisan membelenggu pada romansa

Narasi-narasi tubuh penuh gemuruh penuh erang berserak ratusan novel atas kamar nomor dan ukuran laci dan angka terkunci

Ah, tubuh membisu dalam kamar di antara kucing dapur yang merawat- sebentar lewat

14
Yang pergi mungkin waktu

Kita tinggal dalam hening panjang pada ruang-ruang lama tak kita jumpa

siapa robek bahasa dalam saku jas tua? mungkin waktu, jawabnya

15
Hanya cerita dan suara perempuan itu entah di mana?

Aku harus pergi, katanya, sebelum percakapan itu menatap dirinya ke dalam: bahasa?

Bahasa perempuan adalah mitos tersembunyi cahaya bayang laki-laki dan lambang-lambang kejantanan sampai ujung halaman

16
Perempuan dan kesuburan- Dewi Sri dan kesuburan rahim-rahim ibu bumi nuai padi atas musim

Benih-benih yang ditabur pada rembulan merah dan mengabur kata pejantan

Bila laki-laki meletakkan benih atas kesuburan- Dewi Sri di mana pusat benih-benih kau temukan? Pada cinta, atas kaum yang menindas perempuan?

17
Vaginum- ke rahim ruang tumbuh berkembang akar janin tubuh dan kelakar tercipta hasrat kegilaan kepuasan dan cinta

O, kotak pandora itu masih di sana dan belum terbuka

Jalan-jalan ke atas langit ke bintang-bintang ke sisi bulan menyusur lembut cayaha sampai pagi

 

18
Debu-debu berterbangan hebat atas kuda lintas padang savana- yang mengias-ngias kakinya pada waktu dan pertempuran

Kuda pejantan- alam bebas dan liar

Ke padang savana ke bukit-bukit terjal di mana masih ku dengar suara perempuan itu, tuhan?

19
Ke pintu gerbang ke ruang-ruang pabrik dan buruh harian; perempuan dan kerja dan upah murah: Mitos Perempuan

Perempuan domestik berpindah jadi perempuan pabrik; dan mungkin suara perempuan itu pernah kau dengar dari dalam arloji

Suara mengapung atas waktu detik menit jam yang kau kenakan sebelum kematiannya

20
Senja pergi ke sisiku mengurai kisah dan waktu ke mana perempuan bawa cerita dan nama?

Betapa mungkin karangan bunga mimpi wajah perempuan yang hilang kan datang kembali

Kata rindu tinggal sunyi, bahasa!

21
Pagi adalah pertemuan antara kau dan aku antara risau dan rindu

Senja mengalun puisi- puisi panjang mengucap segala kata yang pergi dan hilang

Perempuan dan Mitos- waktu kemana pergi kapan dia datang hanya hujan menemaniku menunggumu dalam kesendirian

—— s e l e s a i ——-