Oleh: Swary Utami Dewi

Hari ini ada berita menarik. Ada menteri yang didemo oleh ratusan aparatur sipil negara (ASN) di kementeriannya. Tak bisa ditutupi lagi karena berita ini sedang viral di mana-mana. Menteri dari kementerian yang mengurusi pendidikan di Indonesia itu mendapat protes keras dari ASN di tempatnya karena ulah miring sang menteri sendiri. Menurut berita, menteri itu suka main pecat seenaknya, suka marah, dan seterusnya, dan seterusnya. Berbagai spanduk juga dibentangkan untuk menunjukkan kritik pedas terhadap sang menteri.

Nah, berita demonstrasi para aparatur sipil negara atau ASN inilah yang menarik. Jika biasanya para mahasiswa atau buruh yang melakukan aksi demontrasi saat dirasa ada yang tak pas, kali ini para ASN unjuk gigi menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok yang punya keberanian untuk menyuarakan protes atas ketidakadilan atau kejanggalan di kementeriannya.

ASN sendiri merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Mereka bekerja di instansi pemerintah, baik di pusat maupun daerah. ASN merupakan pilar birokrasi negeri yang memiliki peran strategis dalam berbagai hal. Mereka melaksanakan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan, menjalankan pelayanan publik, melakukan perencanaan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, dan mengawasi penyelenggaraan tugas umum pemerintahan. Pendek kata, negeri ini tak berjalan baik jika ASN tak bekerja dengan baik.

Lalu apa kaitannya demonstrasi ASN di suatu kementerian tadi? Bagiku ini adalah satu cara dari para ASN untuk menjaga negara dari para pejabat yang sewenang-wenang dan korup. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa ada orang-orang tertentu yang menjadi pejabat tinggi di berbagai kementerian bukan karena ia memang mumpuni atau berkarier lama di situ sehingga ia menjadi zaken atau ahli. Banyak yang mendadak dijadikan pejabat. Keahlian dan pengalaman? Tampaknya menjadi urusan kesekian.

Lalu apa yang akan terjadi? Karena mereka diangkat berkat kedekatan, bukan karena keahlian, maka tugas-tugas yang seharusnya mereka jalankan menjadi tak terlaksana. Pejabat anu menjadi lebih asyik mengurus hal tertentu. Bisa jadi sesuai pesanan patron yang membantunya ada di situ atau menjadi peluang bagi dirinya untuk berbuat suka-suka.

Aku ingat kata Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung menjadikan seseorang menjadi korup atau bertindak sewenang-wenang. Bertindak suka-suka atau asal-asalan. Jika ada misalnya di jabatan-jabatan strategis tadi adalah orang titipan pengusaha atau konglomerat tertentu, maka bisa jadi jabatan itu dilakukan untuk menguntungkan sang patron. Maka jika ini terjadi, tujuan pembangunan Indonesia untuk menyejahterakan rakyat menjadi tak tercapai. Program-program pemerintahan akan rentan dikorupsi atau dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Ujung-ujungnya, rakyat banyak yang sengsara.

Maka di sinilah peran penting ASN, untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik. ASN yang baik bukan “asal bapak atau ibu senang”, tapi melaksanakan, memastikan dan mengawal bahwa program-program pemerintah adalah untuk rakyat. Bukan untuk keluarga atau koneksi sang pejabat. Loyalitas ASN adalah untuk negara, bukan pada orang atau pejabat tertentu.

Para ASN yang baik juga bisa membantu memastikan agar pemerintahan punya martabat. Agar mereka yang sedang berkuasa juga tak asal-asalan bersikap dan bertindak. Etika birokrasi juga bisa dijaga dengan baik oleh para ASN, termasuk juga mengawasi para atasan yang bisa jadi lupa karena mendadak dapat jabatan tadi.

Akhirnya, sudah saatnya ASN mengokohkan diri untuk terus bisa menjadi abdi negara yang sesungguhnya. Melalui pemerintahan yang dikawal oleh para birokrat mumpuni, maka mereka yang mau coba-coba memanfaatkan kuasa di negeri ini bisa diatasi oleh para ASN sejati – ASN yang betul-betul bekerja dari hati untuk Indonesia tercinta ini.