Oleh: I Ketut Surajaya

Dia benci semua kaum adam
Dia dendam semua kaum hawa
Gegara cinta yang merebak
Bagai cendawan kuping
Tumbuh subur di dahan
Pohon lapuk dimandikan hujan
Patah tergeletak di tanah
Tak berdaya di terpa kemarau
Kering bernasib kayu api
Lebur menjadi bara
Mematangkan nasi kehidupan
Walau jadi bubur dan kerak

Bara lebur jadi abu
Pupuk kehidupan berbagai tumbuhan
Kata dia itulah benci dan dendam
Yang lahir dari cinta yang kandas
Melintas dalam kehidupannya

Wahai kawan mungkinkah
benci dendam melahirkan cinta?
Dalam pikiran sehatku
Ya sangat mungkin
Asal radar kesadaran
dan sensor logika
Yang berdinamika
Saling tarik ulur menuju harmoni

Manakala kesadaran emosi
Tak kuasa disensor nalar logika
Maka cinta dibunuh olehnya
Manakala sensor logika
Seimbang dengan radar kesadaran
Maka cinta menjadi pupuk
Menyuburkan segala tumbuhan

Itulah cintaku jauh dari romantis
Bagai ranting, bagai air hujan, cendawan, kemarau, kayu, api, bara, nasi, bubur, kerak, abu dan vitamin segala tumbuhan, berkat DIA

 

Depok, 14 Mei 2024