Eko Hermato, seorang guru yang kesehariannya mengajar di SMA Negeri 1 Biak Provinsi Papua. Kesukaannya pada mengoleksi benda-benda langka dan mencari sumber apa dan mengapa benda-benda itu berasal serta apa manfaat dan dampaknya bagi dirinya dan orang lain.
Benda-benda itu diperoleh di areal Perang Dunia II di mana Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua dikenal dengan sejarah masa lalu Pada tanggal 7 Juli 1944, pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal MacArthur menyerang gua yang menjadi tempat persembunyian tentara Jepang.
Selain menjatuhi bom, pasukan Amerika, juga menjatuhkan drum-drum bahan bakar yang kemudian ditembaki dari udara. Hal tersebut membuat gua dipenuhi dengan api dan terjadi ledakan dahsyat berkali – kali. Dalam serangan tersebut 3.000 tentara Jepang terkubur dan tewas seketika.
Sejarah Biak masa lalu ole Eko Hermato, benda-benda material hasil budaya, alam dan lingkungan dari sejarah kekejaman terhadap kemanusiaan perlu dikelola sebagai bukti material ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan manfaat pariwisata dan budaya bagi generasi kini untuk diketahui.
Eko Hermanto lalu membuat museum mini di rumahnya, dengan melihat fenomena yang kurang edukatif, di mana banyaknya benda-benda peninggalan perang dunia II di Biak yang semakin punah karena dijual masyarakat ke pengepul besi tua dengan harga yang sangat murah dan tidak sebanding dengan nilai histori dari benda tersebut.
Selain itu, kata Eko Hermanto, SE, sesungguhnya banyak hal dari benda benda dimaksud dapat menjadi edukasi sejarah bagi masyarakat, termasuk peserta didik. Benda-benda yang telah dikumpulkan terdiri dari peralatan dan perlengkapan perang seperti beberapa senjata tua, radio perang, selongsong peluru, granat dan bom (tidak aktif) serta hal-hal lain yang berkaitan dengan kehidupan prajurit perang (tempat makan, minum, sikat gigi dan lainnya).
“Museum Mini Edukasi Perang Dunia II” sebuah stand di areal Pameran UMKM pada momentum Sail Teluk Cendrawasih yang digelar tanggal 21-27 November 2023 tidak disangka menjadi stand yang diminati baik pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum, ingin mengetahui apa dan bagaimana cerita di balik benda-benda bersejarah di masa lalu, dampak perang bagi kemanuisaan.
Bagi Eko Hermanto, momentum Sail Teluk Cendrawasih membuka cakrawala sebuah visi edukasi bagi publik, bahwa sejarah kekejaman kemanusiaan danpat dinarasikan kembali melalui benda-benda peninggalam Perang Dunia II di Biak.
Baginya, benda-benda peninggalan akan bercerita pada essensinya kepada manusia, betapa teknologi dapat berdampak positif tetapi juga negatif bagi kemanusiaan, sejarah kekelaman masa lalu yang tidak perlu terulang lagi.
“Hari ini, mimpi saya mendirikan sebuah museum mini edukasi Perang Dunia II menjadi kenyataan. Perjuangan saya mengoleksi berbagai material bukti sejarah beberapa tahun silam, kini dapat dikutsertakan dalam pameran berskala nasional di areal 4 ha. Antusiasme pengunjung menjadi bukti, bahwa benda-benda ini merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan manfaat pariwisata dan budaya bagi generasi kini untuk diketahui,” tandas Eko Hermanto.
Paulus Laratmase