Perkumpulan Kawanua Katolik kembali menunjukkan eksistensi dan hakikat mereka di tanah rantau, di sekitar Jabodetabek, jauh di luar tanah asal leluhur Minahasa, Sulawesi Utara. Pada Minggu 25 November 2023 kembali menjadi panitia dan terlibat dalam Misa Inkulturasi Minahasa di dua paroki, yakni Alam Sutra dan Kedoya dalam lingkup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).
Sejak pelantikan Pengurus periode 2023 – 2028 pada bulan Mei lalu, sesuai keputusan Rapat Kerja Pleno pada bulan Juni, salah satu program kerja dari Bidang Budaya dan Seni bekerjasama dengan Bidang Liturgi dan Bidang DPP Kawkat adalah mengadakan Misa Inkulturasi atau Nuansa Budaya Minahasa di Paroki-paroki yang ada di lingkup Keukupan Agung Jakarta. Program ini merupakan kelanjutan dari program kepengurusan sebelumnya juga. Kegiatan ini penting karena menjadi program andalan yang langsung bisa mengungkapkan kesatuan identitas budaya Minahasa dan iman Katolik dalam sebuah perayaan ritual gerejani universal. Sesuai dengan moto perkumpulan Kawanua Katolik: Nos Unum Sumus (Kita Adalah Satu) yang memang punya visi misi Mahesaesaan: bersepakat berkumpul menjadi satu keluarga yang damai.
Perkumpulan yang bernama lengkap ‘Kawanua Katolik Mahesaesaan’ ini adalah wadah orang Minahasa yang beragama Katolik di tanah rantau yang dideklarasikan berdirinya tanggal 26 Agustus 2017 demi persatuan dan perdamaian di mana pun berada. Paguyuban ini bersifat inkulusif dan terbuka dengan organisasi dari pelbagai latar belakang, bukan hanya yang bernuansa kultural Minahasa dan berlabel Katolik, tapi juga dengan segenap komponen bangsa, apapun latar suku dan agamanya.
Visi misi kulturalnya jelas sebagai wujud dari kesadaran akan kekayaan budaya suku bangsa Indonesia itu yang menjunjung persatuan, sebagaimana yang menjadi moto Bhinneka Tunggal Ika, diversity in unity yang bahkan diakui di forum internasional. Landasannya jelas sesuai dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Juga dalam tataran gerejani yakni Keuskupan Agung Jakarta, di mana semua anggota Kawkat menjadi warga umat beriman yang tersebar di 67 paroki, memahami dan menghayati Pancasila sudah lama digaungkan dalam Gereja Katolik se-Indonesia bahkan sejak awal perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Secara khusus bahkan ada tahun-tahun khusus untuk merenungkan masing-masing sila tersebut, antara lain sila Persatuan Indonesia, baik teritorial paroki dan kategorial di Keuskupan Agung Jalarta, dan Kawanua Katolik menjadi salah satu yang terlibat dan dilibatkan bersama dengan perwakilan etnis suku yang ada di Indonesia.
Sejak tema Arah Dasar KAJ yang mengusung tagline Kita Indonesia Kita Pancasila itu, misa inkulturasi Minahasa menjadi cukup sering diselenggarakan oleh oleh paroki-paroki, dan Perkumpulan Kawanua Katolik turut mengagas serta terlibat dilibatkan dalam acara tersebut. Tahun 2023 ini saja ada 4 paroki yang menyelenggarakan, yakni Paroki Bidaracina, Paroki Jatibening, dan bulan ini malah di dua paroki bersamaan di jam yang sama, pas di puncak akhir Tahun Liturgi Gereja Katolik, Minggu Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
Misa di dua paroki itu berjalan lancar dan aman, membawa nuansa budaya Minahasa dalam tataran umat yang beragam suku Nusantara, makin menyadarkan umat akan kekayaan bangsa Indonesia. “Setelah perarakan persiapan dengan iringan tarian Kabasaran dari ruang sakristi ke pintu depan gereja, lalu disamput dengan tarian hikmat Tepianolah, kita semua sejenak berhenti menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Perhatikan, betapa kita warga gereja Katolik yang cinta tanah air Indonesia yang sangat kaya akan ragam budaya sukunya. Sungguh kita sedang menegaskan kembali, kita 100% Katolik dan 100% Indonesia. Mari kita syukuri momen istimewa ini, dan berterimakasih kepada teman-teman dari Kawanua, khususnya juga Panitia yang sudah mempersiapakan misa mulia ini.” Demikian ungkapan Pastor Kepala Paroki Alam Sutra, Rm Hadi, sesaat sebelum berlat penutup, didampingi oleh 4 pastor rekan dan 2 pastor dari asal Manado, dan yang pernah berkarya di Papua adalah Pastor Rocky Wowor MSC yang sekarang tugas studi multi media di Universitas Binus, Tangerang.
Kotbah Pastor Steven Lalu Pr (Sekretaris Eksekutif Komsos KWI) sendiri berkisar tentang ungkapan khas daerah Sulawesi Utara: Torang Samua Basudara, terinspirasi dadi bacaan-bacaan liturgi minggu itu. Bila kita memperlakukan secara baik orang lain apalagi yang kecil miskin dan tak berdaya, menjadi orang baik sebagaimana ajaran dan perintah Yesus, sang Raja semesta alam, maka kita boleh diperkenankan memasuki “sebelah kanan”, yakni kumpulan orang baik yang diselamatkan, memasuki kerajaan Allah. Bukan mereka yang mengaku-ngaku mengenal apalagi berteriak-teriak atas nama Tuhan.
Terinspirasi renungan yang dibawakan Pastor Antonius Steven Lalu Pr, lalu Pastor Kepala Paroki Alam Sutra, Rm Hadi, sebelum kata-kata penutup, mengajak Umat beriman St. Laurensius menyanyikan lagu dalam semboyan Manado: Dalam Yesus Torang Basudara, pada akhir perayaan misa Inkulturasi Minahasa pas Minggu Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.
“Dari Minahasa ke Alam Sutra … (Cakeep)
Ada Ekaristi Nuansa Budaya … (Cakeep)
Bersama Rm Hadi Alam Sutra Hargai Budaya…(Cakepp)
Karena Yesus Raja Semesta Alam… (Cakepppp)”
Demikian juga suasana meriah dan hikmat iman dan budaya di St Andreas Kedoya, misa dipimpin oleh Pastor Kepala Paroki, Pastor Jhems Kumolontang MSC, didampingi Pastor Made Putrayasa MSC, Pastor Piet Mogie MSC dan dua pastor senior MSC yang juga pernah berkarya di Keuskupan Agung Merauke: Pastor Berthy Tijow dan Pastor Bob Rarun. Pastor Jhems sendiri asal Minahasa, dan setahun sebelumnya memasuki tugas baru di Jakarta, setelah sekitar 22 tahun melayani umat di tanah Papua.
Kotbah dibawakan oleh mantan pastor paroki sebelumnya, Pastor Cel Mayabubun MSC. Juga inti kotbah seputar tema kebaikan kepada sesama, dan diwujudkan dalam tindakan dan sikap konkret kepada mereka yang paling susah dan menderita. Kasih persaudaraan itu adalah inti dari ruang dan waktu hidup dari sebuah komunitas yang percaya kepada Yesus.
Torang Samua Basudara dan Si Tou Timou Tou (Manusia hidup untuk menumbuhkan manusia lain) adalah semboyan-semboyan suku Minahasa di Sulawesi Utara beribukota Manado yang merupakan ungkapan nilai-nilai universal kristiani yang mestinya juga merajai hati dan pikiran serta tindakan setia pribadi dan komunitas beriman Katolik di mana saja berada, dalam budaya suku bangsa apa saja. Karena Yesus adalah raja semesta alam, sang Raja dari Kerajaan Kasih itu sendiri. Sekarang dan selamanya. Amin.
Stefi Rengkuan,
Ketua Umum Kawanua Katolik
Pengurus Ikatan Alumni STF Seminari Pineleng